Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Jumat, 16 Desember 2016

Masuk SD Bukan Hanya Sekedar Mahir Calistung

*MASUK SD, BUKAN HANYA TENTANG CALISTUNG*


"Tante, bisa ngetes anak buat masuk SD?"


"Ngetes apa maksudnya?"


"Iya ini anakku udah 6 tahun, tapi kok aku masih deg-degan. Ni anak bisa gak ya masuk SD. Gurunya nyuruh dites aja, katanya ..."


"Tes mah gampang. Yang jauh lebih penting itu bagaimana kita menyiapkan anak untuk siap masuk SD"


"Apa yang musti disiapin?"


"Gini, kita lihat dulu aktivitas di SD itu apa saja. Belajar di kelas, main bareng sama teman dan ada kemandirian minimal yang perlu dicapai. Apalagi kalau SD-nya full day school"


"Kemandirian minimal itu, gimana maksudnya, Tante?"


"Kita lihat satu-satu ya. Belajar di kelas, berarti anak sudah mampu untuk konsentrasi dalam batas waktu tertentu. Mau mendengar guru bicara. Mampu duduk diam. Gak ganggu temannya waktu belajar. Sabar menunggu temannya yang lambat. Tapi bisa mengejar juga kalau temannya lebih cepat kerjanya. Motorik halus sudah lumayan karena dia akan banyak menulis atau menggambar. Memahami bentuk sudah paham karena dia akan banyak membaca. Konsep dasar berhitung juga perlu dikuasai. Dan kelengkapan kemampuan lainnya yang dibutuhkan untuk mengikuti proses belajar di SD dengan lancar."


"Aduh, anakku ada yang bisa ada yang belum itu. Dia masih suka gak konsen dan gak sabaran. Kalau sudah bosan dan gak sabar dia akan keliling dan lari-lari di kelas."


"Nah, itu salah satu PR--nya. Yang kedua, terkait sosialisasi dan kendali emosi. Bisa gak si adek main bareng teman-temannya. Gak rebutan atau maksa. Tapi gak menyendiri juga. Bisa gak dia mengendalikan emosi, gak gampang marah atau nangis. Bisa gak dia bicara dengan baik untuk mengungkapkan pendapat dan mengekspresikan perasaannya?"


"Aduh, dia masih suka main rebut aja kalau ada maunya. Gak minta izin dulu. Sering berantem jadinya kalau main ..."


"Oke itu PR kedua. Berikutnya adalah kemandirian minimal yang tadi Tante sebut. Maksudnya adalah, anak perlu memiliki ketrampilan bantu diri, bahasa kerennya self help skill sesuai usianya. Sudah bisa makan sendiri belum? Kan gak mungkin minta disuapi gurunya terus-terusan. Sudah bisa pakai baju dan celana sendiri belum? Termasuk yang rada rumit itu mengancingkan kemejanya. Kalau belum bisa, repot nanti setelah pelajaran olah raga ganti bajunya. Sudah bisa menjaga dan merapikan barang, buku, tempat minum, pensil dll? Juga sudah bisa buang air sendiri di toilet atau belum? Dari mulai masuk sampai keluar kembali dari toilet dengan bersih dan kering?


"Aduh ... anakku baru bisa sampai "Ma ... udah ..." Lalu harus diceboki orang gede"


"Nah itu PR lumayan besar selain PR-PR lainnya. Toilet training harusnya sudah beres pada usia anak TK. Gak mungkin lah kita ngandelin guru atau penjaga sekolah untuk nyebokin anak kita. Ini beresiko sekali. Maksudnya sangat beresiko, karena terkait dengan "Body Integrity" dan juga menghindari pelecehan seksual. Anak harus sudah tahu bahwa alat kelaminnya tidak boleh dilihat dan dipegang-pegang orang lain pada usia TK."


"Aduh ... aduh ... banyak bener PR-nya ..."


"Hehe ... gak apa, pelan-pelan dilihat lagi. Gak usah dipaksain masuk SD kalau memang masih cukup banyak PR yang perlu diselesaikan. Apalagi SD sekarang banyak yang "achievement oriented". Peluang ongkos emosinya akan lumayan besar.


Gitu ya, jadi buat list mana kemampuan yang sudah bisa dan mana yang belum bisa. Kemudian buat rencana untuk membuat bisa. Mana yang bisa diselesaikan oleh gurunya di TK, dan mana yang tetap menjadi tugas kita sebagai orang tua. Insya Allah kamu sama suami bisa ... :) "


*Masuk SD bukan melulu bicara calistung.

*IQ tinggi tidak selalu paralel dengan kematangan dan kesiapan sekolah


Yeti Widiati


Sumber: copas fb bun Atieqah Arief

Tidak ada komentar:

Posting Komentar