Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Minggu, 20 Desember 2015

Jenis Pisang Pengaruhi Warna pada Bunga Mawar

Mawar Cantikku

Beberapa waktu lalu seperti biasanya. Tiap pagi usai jemur baju, aku pasti cek-cek si bunga mawar. Alhamdulillah, dua kuntum siap mekar di hari itu. Bonus buat pecinta tanaman seperti aku adalah ketika melihat tanamanku berbunga.

Namun ada yang lain ceritanya dari mekarnya si mawar kali ini. Apa ya? Ternyata setelah aku perhatikan, warna bunga mawarku kali ini kelihatan lebih gelap. Kalau kemarin-kemarin warnanya kan merah merona. Tapi mekar kali ini warnanya menjadi merah magenta. Wow, keren.

Warna lebih Gelap
Dengan nutrisi kulit pisang hijau


Lalu aku ingat-ingat, aku kasih nutrisi apa ya buat si mawar kemarin/ seperti biasanya sih, seminggu sekali aku kasih potongan kulit pisang. Dan biasanya aku kasih si mawar kulit pisang raja. Tapi kemarin aku beri dia kulit pisang hijau. Dan rupanya itulah yang membuat warna si mawar jadi berbeda. Ternyata jenis pisang mempengaruhi warna pada bunga mawar.

Warna lebih gelap
Jadi tertarik nih buat nyoba macam-macam jenis pisang buat si mawar. Gak ribet kok. Kita yang makan pisangnya, si mawar kebagian kulitnya. Dan bonusnya kita di kasih lihat bunga-bunga yang semarak dan semerbak mewangi. Jadi kalau makan pisang jangan buang kulitnya sembarangan ya. Bisa bikin orang kepleset. Lebih baik benamkan di media tanam si mawar. Hasilnya….

Lihat dan buktikan sendiri, ya


Nutrisi non kulit pisang hijau





Baca Selengkapnya....!

Rabu, 16 Desember 2015

#Goes to Malang 3: Perpisahan yang Mengharukan di Masjid Turen

Serambi Pondok Pesantren
Habis dari wisata petik apel di Batu kami menuju Turen. Tujuan kami adalah mengunjungi Masjid Tiban di kawasan Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang–Jawa Timur. Aduh namanya panjang sekali. Maafkan kalau ada salah tulis yach. Disebut Masjid Tiban karena konon masjid ini tiba-tiba ada. Tapi semua itu juga hanya cerita. Masjid ini didirikan langsung oleh pemilik yang sekaligus pengasuh pondok pesantren yaitu KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat Alam, sering disebut dengan Romo Kyai Ahmad.

Masjid Tiban yang terkenal itu
Dari Batu ke Turen berarti jauh ke arah selatan. Perjalanan dari Batu ke Turen lumayan lama juga. Dhuhur kami baru tiba di Turen. Dan yang pertama kali aku ucapkan melihat bangunan pesantren Turen ini, Wow, Amazing. Luar biasa. Meskipun bangunan masih dalam tahap pemugaran, namun kelihatan sekali kalau bangunan ini sangat luar biasa. Melihat megahnya bangunan dengan tekstur keramik warna biru, kita serasa terdampar di negeri giok.

Area Sholat di lantai 1



Bangunan pesantren ini juga sangat luas. Area parkirnya luas. Dan ada pula rest area untuk para sopir. Dan parkir di sini gratis lhoh. Demikian pula masuknya. Kita hanya perlu lapor dan nanti dikasih kartu. Kalau kita pulang kartu ini kita kembalikan. Ibaratnya kalau orang bertamu itu kan pakai permisi, demikian pula kalau pulang ya harus pamit. Saat itu banyak sekali pengunjung yang datang. Parkiran sampai penuh. Demikian pula dengan pengunjung yang berjalan kaki.

Tak beda dengan bangunan pesantrennya, bangunan toilet-nya pun terkesan unik. Serasa di jaman kerajaan dahulu kala. Karena sudah tiba waktu dhuhur, kamipun melaksanakan sholat berjamaah dahulu. Habis itu langsung mencari lokasi yang nyaman buat acara perpisahan.


Foto bersama

Setelah berkeliling komplek pesantren, kami akhirnya mengadakan acara perpisahan di emperan pondok. Maunya di tingkat atas, tetapi para pengurus yayasan yang sudah sepuh tidak sanggup kalau harus naik tinggi-tinggi.
Perpisahan kali ini cukup mengharukan. Sedikit sambutan dari pengurus yayasan. Dan sepatah kata dari guru yang mutasi. Disertai wejangan tentunya. Lalu diakhiri dengan penyerahan cindera mata. Waduh, pakai basah nih mata. Saingan dengan gerimis yang tiba-tiba turun membasahi area pesantren.


Jalan-jalan mengitari komplek pesantren

Habis acara perpisahan maunya kita keliling-keliling pesantren. Karena konon di lantai 7 dan 8 ada pusat perbelanjaan yang dikelola para santri. Oh ya bangunan pesantren ini ada 10 tingkat lho. Tingkat 1 sampai 4 digunakan untukkegiatan para santri. Ada pusat penjualan souvenir juga di lantai 1. Ada pula pajangan akuarium raksasa. Terus di lantai 2 sampai 6 mata dimanjakan dengan pahatan kaligrafi yang menawan. Dan dari lantai 9, 10 kita bisa melihat pemandangan kota Malang yang asri kehijauan.

Hanya sayangnya nih, kita nggak keliling sampai sana. Mengingat waktu sudah semakin siang, dan esok hari kami sudah harus sampai di Demak. Bahkan beli oleh-olehpun cepat-cepat. Kami belinya di Lancar Jaya. Harganya lebih miring. Kendati semua oleh-oleh di sini harganya lebih miring dibanding di kota kami. Yah, kan sini pusatnya ya. Kerpik apel, keripik nangka, keripik telo madu, keripik salak, brem, dan yang tak boleh lupa, sari apel.


Narsis dulu ya
Lepas itu kami melanjutkan perjalanan menuju pulang. Lalu kami menyempatkan diri mampir di Makam Sunan Ampel, walau sebentar. Takut besok pagi belum nyampai Demak. Padahal besok dah mulai KBM. Di perjalanan pulang, diusahakan untuk merem, istirahat.
Dan alhamdulillah, Subuh saya sampai di rumah. Suami dah nunggu di depan gapura buat mbantuin membawa oleh-oleh. Hihihi, ternyata banyak juga bawaannya. Padahal kan tadi tekadnya nggak bakalan beli banyak oleh-oleh. Namanya emak-emak, lihat temannya beli, kok kayaknya asyik ya ngikut saja. Hadeuh, see u.

Sebelumnya di sini

Baca Selengkapnya....!

Selasa, 15 Desember 2015

#Goes to Malang 2: Wisata Petik Apel

Foto Bersama
Hai, hai, lanjutin ceritaku goes to Malang yach. Kebiasaan aku, kalau tidur di tempat yang baru, aku nggak bakalan bisa tidur nyenyak. Jadi yach, mata terpejam, tapi sebenarnya nggak tidur betulan. Beberapa teman sudah pules. Mungkin karena kelelahan. Jam 3 kurang seperempat, Bu Ning dah bangun. Aku dengar sih beliaunya bangun. Langsung deh mandi. Daripada antri katanya. Aku termasuk yang bangun awal, tapi eng ing eng, kebagian mandi belakangan. Bukannya males lho, tapi solidaritas saja.

Habis mandi, kebetulan masuk waktu Subuh. Teman-teman ngajakin sholat jamaah ke Mushola yang kebetulan ada di depan rumah. Yach, sekalian kenalan sama para tetangga. Habis sholat, sebagian bantu-bantu tuan rumah menyiapkan sarapan. Dan masih ada lho yang nunggu giliran buat mandi. Lha kamar mandinya cuma satu. Sambil nunggu teman-teman siap, kami foto-fotolah di halaman rumah, sembari menunggu matahari terbit di Sidoarjo. Habis itu sarapan rame-rame. Tapi masih nunggu Pak Sopir yang belum lagi siap. Jadinya foto-foto dulu yach.

Menunggu matahari terbit di Sidoarjo


Pukul enam pagi, kamipun meluncur ke Malang. Kali ini rombongan bertambah dengan putranya Bu Sakdiyah. Tapi mereka berangkat dengan mobil sendiri. Bahkan para pengurus Yayasan pindah mobil. Wah, kami yang kemarin sempat sungkan buat berkelakar jadi rame deh dalam minibus. Tapi karena diserang kantuk, ya kelakarnya kalah sama tidur. Waktu itu masih begitu pagi, Sidoarjo masih diselimuti kabut. Tapi kami sudah meluncur ke Kota Malang. Tepatnya ke Batu, buat wisata petik apel.


Nunggu Pak Sopir
Kota Sidoarjo ternyata lebih cantik di pagi hari. Kotanya tertata rapi dengan banyak pepohonan menghiasi jalan. Kotanya bersih dan asri. Jadi nggak kepingin tidur kendati mata ini mengantuk. Pukul delapan kami memasuki kota Malang. Dan kami terpisah dari mobil di depan. Jadinya sibuk telpon-telponan buat ketemuan. Karena sopir minibus kami ini termasuk kudet dan kuper, nggak tahu rute jalan. Katanya biasa jalan ke Jakarta. Yaelah, pak.


Selamat datang di kebun apel
Untungnya adegan terpisah rombongan ini tak berlangsung lama. Dan akmi bisa melnajutkan perjalanan ke Batu Malang. Di sini udara mulai terasa dingin. Di kanan kiri berjajar penjual tanaman bunga. Aih, bunganya bagus-bagus. Lumayan lama juga perjalanan ke kebun apel ini. Mungkin rasa penasaran kami akan wisata petik apel ini yang membuat perjalanan terasa lama. Dan memasuki kawasan wisata di Batu Malang, here we go, wisata petik apel di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Batu Malang. Letaknya bersebelahan dengan kawasan wisata Selekta. Mata rasanya langsung terbius oleh indahnya pemandangan. Bukit dengan jajaran pohon cemara yang masih berselimut kabut. Udara yang sejuk, dan pohon apel yang berjajar dengan buahnya yang bergelantungan menggiurkan. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Tak sabar rasanya ingin segera menjejak kebun untuk memetik buah apel.


Apelnya manis

Tapi tunggu dulu, kami mesti beli tiket dulu. Dua puluh ribu rupiah per orang, kami bebas memetik dan memakan buah apel sepuas kami. Namun untuk yang dibawa pulang mesti ditimbang dulu dan dibayar yach. Per kilo-nya 20.000 rupiah. Lebih mahal dari yang dipasar. By the way, jaminan kesegarannya tak tertandingi. Habis bayar tiket, kami dapat welcome drink berupa sariapel. Segar. Kami lalu diberi arahan, apel yang kayak apa yang mesti dipetik. Apel yang di sini jenis apel manalagi. Rasanya manis segar. Dan tahu nggak, ternyata yang enak tuh yang kulitnya bruntusan. Itu pertanda apel sudah tua. Bukannya yang masih mulus yach.
Sayang saat itu kebun sedang becek. Mungkin semalam turun hujan, wah. Licin juga jalannya. Mana waktu itu pakai gamis lagi. tahu gitu tadi pakai celana yach. Lha aku pikir kebun apel ini datar-datar saja seperti kebun strawberry. Tak tahunya menjanjak. Terasiring gitu. Mana licin lagi, tapi semangat deh, mau petik apel, kendati mesti angkat gamis tinggi-tinggi. Hihihi, don’t worry, pakai dalaman panjang lagi.


Bersama Dik Novi


Wah, kami semangat petik apelnya. Sayang sekali nih, buah yang ada di jangkauan tangan kecil-kecil. Buah gedenya ada di pucuk, tak terjangkau. Ya iyalah, sudah pasti yang berada dalam jangkauan sudah diambil pengunjung yang lebih dulu. Tapi untungnya tuh Bu Tutik nemu kayu panjang, buat menjolok apel. Bu Zul sampai manjat-manjat buat nemuin buah yang gede-gede. Dan apel yang baru dari pohon ini rasanya memang renyah banget. Beda sama yang di pasar. Jadi semangat deh.

Pohon apel dengan buahnya yang menggiurkan
Apel-apel ini sudah siap petik. Jadi begitu kesentuh sedikit langsung deh lepas dari tangkai. Lihat saja itu di bawah pohon, banyak sekali buah apel berserakan. Mungkin karena bukan buah yang diinginkan untuk dipetik atau mungkin karena bentuknya kecil-kecil, apel-apel itu dibiarkan begitu saja oleh para wisatawan. Mudah-mudahan apel yang berserakan itu dikumpulin pemilik kebun yach. Kan mubazir kalau dibiarkan begitu saja. Bisa dimanfaatkan itu buat keripik apel atau minuman sari apel.

Ngantuk cantik di perjalanan
Rasanya ingin berlama-lama di kebun apel. Tetapi sudah diteriaki dari bawah disuruh turun karena kami mau melanjutkan perjalanan. Dan akulah yang terakhir turun. Timbang buah apel, dapat dua kilo, doang. Tapi sibuk foto-foto melulu, jadi gak konsentrasi petik apel. Wah, sandalnya penuh tanah basah lagi.

Selain beli apel, ada juga lho penjual bibit sayuran, satu renteng berisi aneka macam bibit sayuran. Dan harganya 15.000 saja. Next trip, ke Turen ya… Ke mana lagi kalau bukan ke Masjid Tiban

Bacaan sebelumnya di sini

Bacaan selanjutnya: di sini

Baca Selengkapnya....!

Senin, 14 Desember 2015

#Goes to Malang 1: Menunggu itu Melelahkan

Menunggu itu melelahkan
Tanggal 12 sampai dengan tanggal 13 Desember 2015 guru- guru TK Muslimat NU beserta pengurus Yayasan Pendidikan Muslimat NU Demak berencana untuk mengadakan zarkasi ke daerah Malang. Perjalanan ini sekaligus sebagai acara perpisahan bagi guru-guru TK yang telah mutasi. Di antaranya Ibu Hartini yang pindah mengajar di TK Wijayaksuma serta Bu Muzaroah yang pindah ke RA di daerah Sayung.

Kami akan pergi bertiga belas. Delapan guru, tiga pengurus yayasan serta dua guru undangan. Sayangnya zarkasi kali ini tidak diikuti komplit oleh semua guru. Bu Musdalifah serta Maklah sebagai petugas kebersihan, tidak bisa ikut. Demikian pula Ibu Sunarsih, dari pengurus Yayasan Pendidikan Muslimat.

Nampang dulu ya, kendati kesal menunggu



Kami berencana untuk berangkat pukul sepuluh pagi. Jadi semua anak baik dari kelompok A maupun kelompok B masuk pagi semua. Begitu anak-anak pulang, kami langsung bersiap. Bahkan beberapa tamu undangan sudah berdatangan. Sambil bercanda-canda kami menunggu minibus yang hendak mengantarkan perjalanan kami ke daerah Malang. Rencananya nanti kami akan mampir ke Tuban untuk ziarah ke tempatnya Sunan Bonang. Lalu ke Gresik mengunjungi makam Sunan Ampel. Habis itu rencananya kami mau ke Tanggulangin di Sidoarjo untuk belanja tas. Oh ya, rencananya nanti kami akan menghabiskan malam untuk beristirahat di rumah anak salah seorang pengurus Yayasan kami, yakni Bu Sakdiyah. Esok paginya baru melanjutkan perjalanan untuk berwisata di daerah Malang.


Wah, jadi kepikiran kalau Malang itu daerah tinggi. Jadi masing-masing dari kami tak lupa menyiapkan jaket tebal. Darpada ntar kedinginan. Itu sih rencana manisnya. Tak tahunya rencana yang sudah disusun dengan rapi bisa juga meleset lhoh.

Edisi melatih kesabaran

Tunggu punya tunggu hingga waktupun berlalu. Jam mulai bergeser beranjak semakin siang. Namun minibus yang ditunggu tak kunjung datang. Waktu kru dari minibus dihubungi juga tidak bisa. Kami jadi gelisah juga. Jadi pergi gak ya. Soalnya sudah masuk waktu dhuhur. Itu sudah molor lebih dari dua jam. Sementara minibusnya juga belum datang. Pengurus Yayasan yang bersangkutan dengan pemesanan minibus pun mulai kebakaran jenggot. Aih, siapa yang nggak kesal coba, yah. Janjian jam sepuluh berangkat, masak sampai waktu dhuhur lewat, belum juga datang. Akhirnya kami sholat dhuhur dulu, sekalian buka bekal makan siang.


Dan tahu nggak jam berapa minibusnya datang? Jam 1! Bisa dibayangkan bagaimana payahnya kami menunggu. Sudah dandan okey, jadinya berantakan lagi. dan bisa dibayangkan omelan yang beruntun buat kru mnibus yang molor itu. Karena menunggu itu memang sangat melelahkan. Dan ternyata telah terjadi miss komunikasi antara kru minibus dengan makelarnya. Ini bukan kesalahan minibusnya. Karena memang mereka dipesan jam satu oleh sang makelar. Hadeuh.


Jadi langsung tancap gas deh, perjalanan ke Malang. Di langit awan hitam menggumpal. Namun kami berdoa semoga perjalanan berjalan dengan lancar. Walau kadang ditingkahi dengan gerimis. Dan karena waktu keberangkatan yang super molor, maka buyarlah rencana kami semula. Tujuan zarkasi ke Tuban dan Gresik yang rencananya dilakukan di awal keberangkatan ditukar besoknya kalau pulang. Karena Maghrib kami baru memasuki perbatasan Jawa Timur. Tadi terkena macet di daerah Kudus karena ada perbaikan jalan. Untungnya minibusnya cukup nyaman. Jadi kami bisa beristirahat selama perjalanan. Walaupun sopirnya kurang enak sih nyetirnya.
Jam sepuluh malam kami tiba di Sidoarjo. Dan kendati sudah malam, kami mampir ke Tanggulangin buat lihat-lihat tas. Sebagain besar toko sudah pada tutup. Tapi ya sekalian mampirlah. Kalau aku sih lihat-lihat doang. Rencananya perjalanan kali ini gak mau beli banyak oleh-oleh. Ogah repot bawanya. Dari rumah saja sudah bawa tiga tas, apa nggak tambah repot kalau borong banyak barang. Tapi lihat tas bagus-bagus dengan harga murah, bikin mata ijo juga. Tapi yes, kali ini aku menang. Bisa ngalahin keinginan mata ijo lihat tas murah dan bagus.

Nenteng barang bawaan ke minibus

Puas lihat-lihat tas, kami melnajutkan perjalanan. Kali ini mobil berhenti lama. Tak tahunya nunggu jemputan dari putranya Bu Sakdiyah. Karena Bu Sakdiyah nih lupa rute jalan ke rumah anaknya. Maklumlah waktu itu malam hari. Dan ternyata kami menginap di Sidoarjo, bukan di Malang. Sampai rumah anaknya Bu Sakdiyah, sudah malam banget. Jam sebelas. Karena belum sholat Isya, kami sholat dulu berjamaah. Habis itu makan malam yang terlambat. Dan antri nunggu giliran untuk mandi. Banyak teman-teman yang nggak mandi. Tapi aku kagak bisa begitu. Kalau tak mandi alamat bakalan tak bisa tidur. Karena udah keringetan seharian. Jadi kendati cuaca lumayan dingin, dan airnya juga dingin, paksain buat mandi. Segar, bersih, baru bisa istirahat.

Psst, kami harus bangun pagi-pagi, karena kabarnya kota Malang sekarang sering macet. See U in the next trip, yach. Destinasi pertama, wisata petik apel.

Selanjutnya di sini

Baca Selengkapnya....!