Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Jumat, 12 Juni 2009

AKU, SEORANG GURU TK...


Sungguh tak pernah terbayang dalam benakku sebelumnya aku bakal menyandang status sebagai guru. Ibu Guru. Pernah sih waktu kecil dulu bercita-cita pingin jadi guru. Tapi bukan guru TK. Karena pikirku pasti susah ngurusi anak-anak kecil kayak gitu, rame, berisik, susah diaturnya. Tapi itu dulu sebelum aku menekuni duniaku sekarang. Mau tahu pandanganku tentang anak-anak sekarang? Mereka itu memang ramai, berisik, tapi aduh mereka itu polos sekali lho, unik, lugu, jujur and mereka itu nggak ngenal itu yang namanya kebencian. Mereka bersih. Kitalah orang-orang dewasa yang meracuni mereka dengan kebencian. Kita yang nggak mau ngertiin mereka, kita sering memaksakan kehendak sama mereka. Kita memaksakan ambisi-ambisi kita ama mereka. Kasihan atuh anak-anak.

Aku memasuki dunia guru memang terlambat sekali. Dan pendidikan awalku bukan berbasic guru. Aku jadi guru berbekal ijasah SMA. Tapi keinginan untuk mengembangkan profesi dan karir aku melanjutkan pendidikan ke jenjang D2 PGTK. Aku lulus dari D2 tahun 2007. Lumayan juga aku bisa lulus dengan predikat cum laude, bukannya mau pamer nih, tapi IPK saya 3.83 dari standar 4 lho. Dan begitu lulus aku langsung transfer kuliah ke S1 PAUD yang baru untuk pertama kalinya di buka. Sekarang aku sudah masuk ke semester 8. Saya kuliah dengan biaya sendiri. Walaupun katanya ada bantuan 2 juta bagi guru yang mau melanjutkan ke S1. Tapi itupun realisasinya entah bagaimana. Aku sih sudah ikut mengajukan bantuan. Entah keluar entah tidak. Kalau yang keluar itu kriterianya apa juga tidak tahu. Setelah ditunggu-tunggu ternyata tidak dapat, dan yang dapat malah temen-temen yang punya IP kurang dari 2 (He..he..tau deh gimana kok bisa gitu ya....ya...) Kali IP-ku yang 3.8 itu nggak dianggap ya......
Padahal kriterianya ada, persyaratnya kayak begini:
1. Berstatus sebagai PTK-PNF atau pengelola PTK-PNF;
2. Tercatat sebagai mahasiswa S1 aktif pada perguruan tinggi terakreditasi;
3. Telah mengabdi sebagai PTK-PNF minimal satu tahun secara terus-menerus,
dan bagi pengelola PTK-PNF minimal dua tahun;
4. Memiliki Indeks Prestasi (IP) minimal 2.50;
5. Tidak berstatus sebagai mahasiswa tugas belajar;
6. Mempunyai rekening bank yang masih aktif;
7. Lulus seleksi yang diselenggarakan oleh Dit. PTK-PNF.

Nah, Kalau persyaratanya kayak gitu kenapa kok bisa berubah, tau deh.......

Yah, walaupun susah payah aku paksain juga ikut kuliah. Semua berkat dorongan suami tercinta. Yang nggak henti-hentinya menyemangatiaku agar aku selalu tegar dan maju. Mudah-mudahan semuanya lancar dan kuliahku cepat selesai. Cita-citaku hanya satu ingin menjadi pendidik PAUD yang profesional. Aku ingin profesional walaupun statusku sekarang masih guru wiyata bhakti. Mudah-mudahan suatu saat nasib baik mengunjungiku, yah. Aku bisa jadi PNS (Maunya), ikut sertifikasi. Paling tidak ikut program inpassing. Itu tuh penyetaraan guru bukan PNS beserta angka kreditnya. Entah kapan itu direalisasikan. Padahal programnya sudah lama diluncurkan. Tapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Mudah-mudahan itu bukan sekedar angin surga, yah.

Jadi guru wiyata bhakti itu banyak dukanya, teman. Terutama soal finansial. Gimana nggak sih. Honor kita nggak seberapa. Habis untuk beli bensin. Itung-itung kita kerja sosial yah. Ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
Menurut penelitian tuh anak usia TK itu berada pada tahap usia emas atau golden age. Pada masa itu anak mengalami kepekaan yang luar biasa untuk belajar. Segala stimulasi yang diajarkan pada masa itu dapat diserap dengan baik oleh anak dibanding dengan usia-usia sesudah itu. Hasil penelitian menyebutkan anak mengalami perkembangan kecerdasan sampai dengan 50 % pada usia 0-4 tahun. 30 % selanjutnya terjadi pada usia 4-8 tahun dan 8-12 tahun sebanyak 20 %. Sisanya 10 % perkembangan kecerdasan terjadi sekitar 12-18 tahun(Direktorat PADU, 2004).
Jadi kita nggak boleh main-main menangani anak usia dini. Karena pendidikan usia dini itu merupakan peletakan dasar bagi pembentukan kepribadiaan manusia seutuhnya, yaiotu pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Lagipula masa anak usia dini itu juga di sebut sebagai masa kritis. Karena kesalahan penanganan yang terjadi pada masa itu akan mempengaruhi keberhasilan anak selanjutnya.
Sayang sekali perhatian pemerintah kita pada pendidikan anak usia dini masih sangat kurang. Fokus perhatian pemerintah kita hanya pada pendidikan dasar 9 tahun. Sehingga pendidikan dasar itulah yang menjadi prioritas pemerintah. Jadinya ya pendidikan usia dini semacam TK itu dalam penyelenggaraannya masih banyak yang diprakarsai oleh masyarakat.
Kalau masyarakatnya mampu sih enak ya. Kita bisa minta biaya pendidikan usia dini pada mereka tidak ada masalah, yang penting kita bisa memberikan pelayanan dan mutu yang bagus. Tapi coba bayangkan kalau lembaga pendidikan usia dini itu berada di desa. Yang ekonominya masih lemah. Yang kalau untuk makan aja susah. Ujung-ujungnya ya tadi, kita kerja bhakti, kerja sosial gitu. Karena yayasan nggak mampu bayar kita dengan layak. Dan akibatnya nih pembelajaran usia dini sering tidak seperti yang kita harapkan. Seadanya gitu. Karena kita kekurangan sarana dan prasarana untuk pembelajaran usia dini yang layak. Mudah-mudahan aja keadaan bisa berubah. Pemerintah ada sedikit perhatian pada pendidikan usia dini, gitu.
Itu adalah sekelumit ceritaku. Tentang suka-duka jadi guru TK wiyata bhakti.
 
Baca Selengkapnya....!