Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Minggu, 15 November 2020

Goes to Rahtawu

Cuaca minggu pagi yang cerah. Kami berkendara berdua. Menyusur jalan sepanjang sisi kota Kudus. Hanya berdua. Karena si kecil sudah mulai masuk pondok. Habis ngantar pesanan ke pondok, kami putuskan buat refresging tipis-tipis. Pingin merasakan hawa gunung. Nge-charge stamina tubuh dengan ion negative yang banyak bertebaran di pegunungan. Dan tujuan kali ini adalah ke Rahtawu. Kebetulan Rahtawu terletak satu jalur dengan pondok si anak cantik.
Setelah berjalan kurang lebih 20 menit dari pusat kota Kudus, jalanan mulai menyempit. Dan pohon-pohon mulai merimbun. Hawa pegunungan mulai terasa. Dan kami terus melaju berdua. Ini adalah kunjungan ketiga kami ke puncak Rahtawu. Memasuki gerbang desa wisata Rahtawu, cuaca masih cukup cerah. Jalanan mulai berkelok dan naik turun. Butuh keahlian berkendara yang mumpuni. Karena di satu sisi jalan, jurang menganga cukup dalam. Namun keindahan panorama yang ditawarkan sangatlah memukau. Sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kendati ngeri-ngeri sedap dengan jalanan yang dilalui, tangan ini gak mau berhenti mengabadikan keindahan surgawi yang diciptakan Allah di kawasan lereng Rahtawu ini.
Saat beranjak naik, adzan dhuhur mulai terdengar. Kami memutuskan untuk singgah di masjid terdekat. Pilihan kami jatu pada masjid Jami’ yang terletak di tepi jalan. Masjidnya cukup bersih. Dengan air wudhu sumber dari gunung yang sejuk, dingin, dan menyegarkan. Usai sholat dhuhur kami melanjutkan perjalanan. Di sepanjang jalan kami bertemu dengan para pesepeda yang baru kembali dari arah puncak. Wah, cukup berani juga meluncur di atas sepeda di jalanan menurun seperti itu. Tentunya butuh keahlian dan juga nyali yang besar.
Setelah melalui jalanan yang berkelok, menanjak, menurun, dan sempit, kami pun sampai. Tujuan kami adalah bersantai di tepi sungai Watu Nganten. Di sini kita gak perlu bayar tiket masuk. Cukup bayar parkir kendaraan saja. Selain Sendang Watu Nganten banyak juga tempat bersantai di Rahtawu ini. Sambil bermain air di tepian sungai yang gemericik mengalir sembari menikmati indahnya pemandangan kawasan puncak Rahtawu ini.
Hari ini kawasan Rahtawu cukup ramai dengan orang-orang yang ingin bersantai ria menghabiskan hari Minggu. Banyak anak-anak kecil berenang-renang dan bermain air di sekitaran kali. Kalinya nggak dalam. Dan arusnya juga tidak begitu deras. Cukup aman untuk anak-anak bermain air. Namun tentunya masih perlu pengawasan juga.
Jikalau lapar tak perlu merasa kuatir. Di dekat Sendang Watu Nganten ada banyak warung makan. Diantaranya Warung Makan menthog dan ayam goreng Mbak Ngatri. Di sana dijual menu makanan khas Rahtawu yaitu menthog goreng dengan lalapan dan sambel yang super mantap. Sambalnya bias milih, sambal bawang atau sambel tomat. Dua-duanya yummy. Dan soal harga juga ramah dikantong. Dua porsi menthog goreng plus dua gelas wedang jeruk hangat dihargai hanya Rp 40.000,- Itupun sudah cukup mengenyangkan. Karena porsi nasi yang lumayan banyak.
Bagi yang hobby selfi, mengabadikan foto-foto perjalanan, banyak spot cantik bias jadi pilihan. Mau di dasar sungai berarus, di atas jembatan, atau di atas batu besar semuanya asyik dengan pemandangan yang cantik.
Habis foto-foto ayang babe ngajak naik ke puncak Rahtawu. Cuaca hari itu lumayan cerah. Tapi nggak tahu juga kalau tiba-tiba hujan. Kata bapak tukang parkir sih begitu. Cuaca gak bias diprediksi. Apalagi ini sudah masuk musim hujan.
Tapi karena penasaran dengan puncak Rahtawu, akhirnya kami naik juga. Aduh, banyak tumbuh bunga mawar kampung di sepanjang sisi jalan. Bunga mawar kampong yang wangi itu lho. Bukan mawar hybrid yang banyak dijual di pasar kembang lho ya. Ini mawar kampung dengan keharuman yang eksotis. Saya dulu pernah punya. Saying sudah mati mawarnya. Agenda selanjutnya yakni berburu mawar kampung itu. Sayange nih yang punya gak stand by di tempat. Gak boleh petik sembarangan lhoh ya. Takut sama dosa ey. Ingat umur, sudah tinggi.
Kalau mau naik sampai ke puncak baiknya bawa motor saja. Soalnya semakin ke atas jalanan semakin menyempit. Dan tentu saja semakin membuat spot jantung. Jalanan khas daerah pegunungan. Jadi persiapkan motormu dengan baik ya. Tapi kalau soal pemandangan, jangan ditanya lagi. Hey, masyaallah. Gak nyesel pokoknya naik ke Rahtawu.
Oh ya, di puncak ada tempat nongkrong asyik yang bernama Semliro. Di sana ada cafĂ© dengan view pemandangan yang sangat cantik. Di sana aku lihat juga ada bunga pacar cina yang bunganya besar dan warnanya itu lho guys… Ungu gelap you know. Baru kali itu sih aku lihat yang seperti itu.
Tadinya kami mau nongkrong di Semliro. Tapi tiba-tiba mendung dating bergumpal-gumpal. Dan karena gak mau kehujanan di atas gunung, maka kami pun turun. Acara turun ini lebih membuat spot jantung lho guys. Tapi untungnya yang di depan ini mantan pembalap. Jadi rada tenang juga turu di jalanan yang curam kayak gitu.
Ketika kami turun, eh ketemu sama rombongan anak-anak muda yang baru mau naik. Ya, udahlah biar akunya turun saja. Next time mungkin bias kembali lagi ke Semliro. Kalau ayang babe sih sudah berkali-kali naik ke Rahtawu dulu pas mudanya. Iyalah, kan doi mantan pendaki. Katanya kapan-kapan pingin ajak anak-anak mendaki puncak Rahtawu. Ntar lihat sunrise di sana. Ya, semoga saja…
Baca Selengkapnya....!