Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Sabtu, 27 Juli 2013

MEJENG DI RUBRIK SOSOK JAWA POS

Hari ini tidak menyangka mendapat kejutan yang menyenangkan. Pagi hari seorang teman guru membawakan selembar koran Jawa Pos yang terbit hari Kamis kemarin. Apa yang mengejutkan? Ternyata pada rubrik sosok memuat profil tentang diriku. Wah, cukup kaget juga. Tidak menyangka akan benar-benar dimuat. Karena aku sama sekali tidak mendapat kabar dari Mas Wahib, wartawan Jawa Pos yang kemarin ke sekolahku.

Jadinya ya berhenti berharap. Siapa tahu nggak lolos redaksi. Karena yang tampil dalam rubrik Guru, semuanya guru Berprestasi. Lha diriku kemarin pas lomba Gupres kan tidak menang, jadi ya kalau sekiranya batal dimuat ya maklum saja.

Serasa tak percaya aku pandangi artikel tentangku di rubrik sosok itu. Hihi, berasa lucu lihat gambar diriku jadi sedemikian besarnya. Namun tak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mas wartawan yang telah bersedia mewawancarai aku. Merasa belum pantas gitu menerima publisitas seperti ini.


Tampil bersama diriku ada juara 1 Lomba guru berprestasi tingkat SD dari Semarang. Ada juga guru berprestasi dari Kendal.
Jadi merasa tertantang untuk meningkatkan diri menjadi lebih baik lagi. Mudah-mudahan dengan termuatnya profil diriku di rubrik sosok Jawa Pos hari Kamis, 25 Juli 2013 ini akan semakin memacu diriku untuk menjadi lebih berprestasi.

Salam.

Baca Selengkapnya....!

Senin, 15 Juli 2013

KUNJUNGAN WARTAWAN JAWA POS DI HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH

Hari pertama masuk sekolah, kesibukan sangat luar biasa. Para peserta didik lama, para peserta didik baru, dan wali murid tumplek jadi satu di TK Muslimat. Suasana ramai betul. Untuk tahun ini TK kami mendapatkan pendaftar baru sebanyak 92, turun sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pendaftar tahun lalu.

Akan tetapi bila dilihat dari jumlah murid secara keseluruhan, tahun ini jumlah siswa di TK Muslimat mengalami penambahan. Total seluruh siswa berjumlah 170-an. Untuk tahun ini dibuka 6 rombel. Yakni 3 rombel di TK A, dan 3 Rombel di TK B. kami tidak membuka jumlah pendaftar lagi karena kapasitas ruang kelas kami hanya 3 kelas. Jadi jam belajarnya dibuat sistem paralel. TK kelompok A masuk pagi mulai pukul 07.00 WIB – 09.30 WIB. Dan TK kelompok B masuk siang mulai pukul 09.30 WIB – 12.00 WIB. Kagak enak juga sih sekolah masuk siang. Tapi begitulah kondisi yang ada. Mudah-mudahan untuk kedepannya TK kami mampu membuat ruang kelas baru. Sehingga kami tidak perlu mengadakan pembelajaran secara paralel.

Karena hari ini masih masa orientasi murid baru, maka jam belajar hanya sampai pukul 9 pagi. Seru juga hari pertama ini. Banyak yang nangis tidak mau dilepas oleh orang tuanya. Akan tetapi sudah banyak pula anak-anak yang mandiri. Jempol dua untuk anak-anakku yang berani sekolah sendiri.


Usai pembelajaran saat aku tengah menunggui anak-anak yang belum dijemput bermain mandi bola, tiba-tiba ada tamu mencariku. Dan tamu ini memperkenalkan diri sebagai wartawan Jawa Pos. Wah, kaget juga nih. Ada apa, ya? Karena kantor saat itu sedang banyak tamu dari wali murid, maka aku ajak saja masa wartawan ini ke ruang kelas.

Katanya Mas wartawan ini mendapat tugas dari kantornya untuk mewawancari guru berprestasi. Lha kaget juga aku. Kan pas lomba tingkat propinsi kemarin aku hanya di peringkat 5. Kok bisa mas Wartawan ini sampai di tempatku. Tapi katanya juga tidak apa-apa. Pokoknya ibu kan sudah juara pertama tingkat kabupaten, katanya. Ya sudah, akhirnya wawancara pun berlangsung. Sempat grogi juga, ey. Tapi mas wartawannya santai. Jadi aku juga ikutan enjoy.

Sebisa mungkin aku jawab semua pertanyaan dari Mas wartawan. Tak lupa juga turut mempromosikan buku-bukuku. Yah, kapan lagi ya, kan. Sekalian narsis dikit foto-foto sama mas wartawan.

Usai wawancara aku tanya kapan akan dimuat. Mas Wartawan bilang mungkin hari Kamis. Dan beliau menjanjikan untuk mengabari aku kalau ntar dimuat. Wah, nggak ngebayangin akan masuk koran. Ndeso banget ya aku.

Baca Selengkapnya....!

Minggu, 07 Juli 2013

SATURDAY VACATION [2]

Melanjutkan tentang cerita jalan-jalan kemarin. Sehabis dari Air Terjun Monthel, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Tirta Samudra Bandengan. Sudah lama juga aku tidak menginjakkan kaki di sana. Terakhir pergi ke Pantai Bandengan bersama anak-anak setahun yang lalu. Aku selalu senang berada di sana.

Angin laut sepoi-sepoi, air laut yang bening dan pasir pantai yang putih bersih telah membuatku jatuh hati pada pantai itu. Tak bosan rasanya untuk pergi ke sana lagi dan lagi.

Perjalanan dari Gunung Muria ke Pantai Bandengan memakan waktu yan glumayan lama juga. Hampir dua jam. Tapi kami sengaja berjalan santai. Dengan harapan sore hari kami sampai di sana. Jadi suasana tak begitu panas. Alhasil pukul setengah tiga kami tiba di sana. Membeli tiket seharga Rp5.000,- per orang. Pengunjung saat itu bejubel. Maklumlah ini kan musim liburan. Jadi Pantai Tirta Samudra merupakan tempat pilihan mengisi libur panjang bagi warga Jepara, Demak dan sekitarnya. Walau tak menutup kemungkinan banyak juga pengunjung dari daerah lain.


Ada yang baru dari Pantai Tirta Samudra ini. Yakni dibangunnya tanggul sepanjang pantai. Selain itu dermaganya juga lebih bagus. Dermaga yang akan membawa pengunjung ke Pulau Panjang bagi yang senang naik perahu.

Anak-anak sudah tak sabaran ingin segera turun ke laut. Si kecil sedari tadi sudah ribut. Ada juga peraturan baru di sini. Para pengunjung yang hendak melakukan mandi laut diwajibkan memakai pelampung. Jadi nyewa ban sekaligus pelampung juga. Demi keamanan.
Aku hanya melihat anak-anak pada bermain air. Aku nggak bisa ikut karena lagi nggak memungkinkan untuk turun ke air. Padahal ingin sekali. Tapi tak apalah. Melihat anak-anak begitu gembira, hati sudah senang. Sementara itu Bapak, ibu dan ibu mertua mengawasi kami sambil duduk-duduk di bawah pohon. Hmm, liburan yang menyenangkan. Berharap mudah-mudahan selalu bisa membawa keluarga besar untuk pergi berlibur. Kebersamaan yang membahagiakan.

Hari sudah sore kala anak-anak naik ke darat. Setelah melakukan mandi bilas kami melanjutkan perjalanan pulang. Maksud hati kami ingin menunggu sunset, tapi takutnya akan kemalaman sampai di rumah. Padahal sore hari justru banyak pengunjung berdatangan. Mungkin mereka warga sekitar, atau muda-mudi yang sedang memadu cinta hendak menikmati sunset berdua. Benar-benar romantis.
Sampai jumpa di perjalanan berikutnya. Semoga.

Baca Selengkapnya....!

Sabtu, 06 Juli 2013

SATURDAY VACATION [1]

Liburan semester ini sepakat mau mengajak anak-anak naik gunung. Dan pilihan jatuh ke Muria. Selain lokasinya dekat dari rumah, juga anak-anak belum pernah diajak ke sana. Barangkali cuma si sulung yang dulu pernah ngikut mbahe ziarah wali songo. Maka setelah mencari waktu yang tepat, berangkatlah kami di hari Sabtu. Mulanya kita mau berangkat hari Minggu, tapi seorang sepupu yang berencana mau ikut ada briefing Penerimaan Siswa Baru. Jadi kita ngalah berangkat ke gunung dimajukan hari Sabtu.

Pukul 6 pagi anak-anak sudah bersiap. Tinggal menunggu para sepupu yang hendak ikut. Wah, rame jadinya. Kami berangkat melalui Kudus. Cuaca yang tak begitu panas benar-benar mendukung kegiatan jalan-jalan pagi ini.

Tujuan pertama ke Gunung Muria. Ini adalah kunjunganku yang ketiga. Sekali ikut rombongan bapak waktu baru lulus SMA. Dan sekalinya ikut rombongan remaja masjid di tempatku. Dan terakhir aku ke sini, aku terpisah dari rombongan. Karena teman-teman remaja masjid berencana ke air terjun Montel tetapi mereka tidak memberi tahu aku. Alhasil aku bete menunggu di parkiran bis.
Setelah melalui satu jam perjalanan, Gunung Muria mulai tampak di depan mata. Anak-anak begitu gembira. Jalan berkelok yang dilalui membuat mereka menjerit kecil karena di sisi kanan kami adalah jurang menganga. Setelah sampai di parkiran, suasana cukup ramai dengan para peziarah. Maklum, sebentar lagi bulan Ramadhan. Dan biasanya aktivitas ziarah terhenti. Jadi sebelum memasuki Ramadhan para penyuka wisata religi ini memuaskan diri melakukan perjalanan ziarah.

Rencananya aku mau jalan kaki saja untuk naik ke makam Sunan Muria. Tapi bujukan tukang ojeg begitu gencar. Sehingga aku nyerah. Akhirnya ngojeg untuk naik ke puncak. Lagipula aku mendengar kalau naik ojeg itu pemandangannya lebih fantastis. Sedangkan kalau jalan kaki, kita hanya nemui pedagang yang berderet di sisi kiri kanan jalan. Sama sekali nggak asyik. Jadi kuputuskan untuk naik ojeg.

Dan pengalaman naik ojeg naik ke Muria, benar-benar tak terlupakan. Pemandangannya memukau mata. Ingin rasanya mengabadikan semua itu dengan lensa kamera. Tetapi jalan yang sempit, menanjak dan berliku mau tak mau membuat jantung serasa empot-empotan. Apalagi tukang ojegnya main kebut saja. Sehingga tak jarang putri kecilku berpegangan erat sekali. Benar-benar memacu adrenalin.


Tak terbayang deh kalau sampai jatuh. Karena di sisi kami jurang menganga lebar. Hmm, benar-benar pengalaman luar biasa. Sampai di pos ojeg atas keringat dingin membanjir bercampur dengan hawa sejuk pegunungan. Akan tetapi pengalaman ini betul-betul tak terlupakan.

Usai melakukan ziarah ke makam Sunan Muria, kami turun ke parkiran. Rencananya kami mau ke Air Terjun Monthel. Kami turun melalui jalan setapak yang biasa dipergunakan para peziarah. Melewati para pedagang yang menawarkan dagangannya. Di sini aku begitu penasaran dengan buah parijoto. Buah yang biasa dikonsumsi oleh wanita hamil yang konon bisa membuat anak yang dikandung menjadi rupawan. Itu adalah mitos yang beredar di masyarakat. Dan kendati nggak lagi hamil, aku beli saja dua tangkai. Penasaran dengan rasanya yang ternyata sungguh tidak enak. Sepet banget. Selain itu aku juga terpesona dengan buah delima yang besar-besar itu. Harganya cukup mahal. Sepuluh ribu sebiji. Atau aku yang nggak bisa nawar. Entahlah.

Selain buah delima aku juga membeli dua biji pamelo seharga lima belas ribu serta dua buah sirsat. Hmm, buah sirsat di sini cantik-cantik. Benar-benar matang di pohon. Jadinya turun ke bawah dengan barang bawaan yang semakin berat. Apalagi putriku nggak mau diajak santai. Maunya lari terus mengejar kakak-kakaknya yang sudah ada di depan.

Setelah sampai di parkiran kami istirahat sejenak. Habis itu langsung tancap gas lagi naik ke Air terjun Monthel. Ibu mertuaku memutuskan tidak ikut. Begitu juga ibuku. Tetapi melihat semangat anak-anak, akhirnya ayah dan ibuku memutuskan untuk ikut naik. Pingin lihat juga katanya. Baru melalui tanjakan yang super berat dekat masjid, ibuku sudah nggak kuat, dan akhirnya memutuskan naik ojeg. Kalau aku mah kapok naik ojeg. Ngos-ngosan dikit nggak apa-apa. Kami mendaki dengan berjalan kaki. Dari tanjakan menuju Montel kami bisa melihat jalur yang kami lalui saat naik ke Makam Sunan Muria. Baik itu jlur pejalan kaki ataupun jalur ojeg. Subhanallah, jalurnya benar-benar berliku. Dari kejauhan kelihatan para tukang ojeg hilir mudik menyusuri punggung gunung membawa penumpang naik ke Makam Sunan Muria.

Kami naik ke Monthel melalui jalan pintas. Wah, sempat cemas juga, mengingat tadi Bapak dan Ibu naik ke Monthel naik ojeg. Takutnya mereka akan kesasar. Tapi kami terus saja. Pemandangan di kanan kiri kami sangat luar biasa. Hutan perawan dengan pepohonan yang rimbun. Jalan setapaknya lumayan bagus. Sampai di pos penjagaan kami membeli tiket seharga Rp5.000,-

Sampai di atas, ternyata Bapak dan Ibu sudah menunggu. Katanya mereka diberi tahu tukang ojeg arah ke Monthel. Syukurlah. Setelah menyusuri jalan setapak dari kejauhan terdengan gemericik air terjun. Di bawah sana sudah ramai pengunjung. Kebanyakan anak-anak muda. Mereka padha mandi di bawah air terjun. Anak-anakku juga kelihatan gembira. Tak sabaran segera ingin turun ke air terjun. Tapi karena baju ganti kami tertinggal di mobil, kami tidak berani berbasah-basah ria. Cukup main air yang begitu bening dan dingin. Tak lupa juga foto-foto.

Kalau ada yang cukup mengganggu kesenangan kami itu adalah para pedagang yang maksa kita buat beli jajanannya. Selain itu dua warung yang ada sebelum turun ke air terjun juga begitu mengganggu pemandangan. Kok mendirikan warung di situ sih ya??

Usai bersenang-senang di bawah air terjun kami kembali ke parkiran. Rencana selanjutnya ke Pantai Bandengan. Wow, rindu banget dengan pantai berpasir putih itu.

Bersambung.

Baca Selengkapnya....!

Jumat, 05 Juli 2013

MENGENANG BU GURU SEPUH

Pada hari Jum’at tanggal 5 Juli 2013, kami para guru TK Muslimat NU sepakat mengadakan perjalanan untuk acara perpisahan salah satu guru kami yang purna tugas. Ibu Guru sepuh yang biasa kami panggil Mbah Yi memasuki usia purna tugas. Berat hati kami melepas beliau pensiun. Kebersamaan yang tercipta selama ini telah terjalin indah sebagaimana layaknya keluarga besar.
Terlebih untuk diriku. Kendati baru dua tahun aku mengenal beliau. Namun selama dua tahun itu Bu guru sepuh adalah patnerku dalam pembelajaran. Beliau Guru Pendampingku yang selalu memotivasi dan tidak pelit berbagi ilmu kepada para guru baru seperti diriku. Dari beliau aku banyak belajar. Sungguh pengabdian dan perjuangan beliau akan selalu aku kenang.

Semangatnya dalam mengajar anak-anak melebihi para guru muda. Pengabdian dan ketulusannya patur diacungi jempol. Beliau tetap penuh semangat kendati hanya berstatus sebagai guru wiyata bhakti. Aku merasa benar-benar kehilangan patner kerja yang begitu ngemong diriku.

Untuk menghargai pengabdian beliau selama puluhan tahun sebagai guru di TK Muslimat NU Demak, pada hari Jum’at itu kami melepas masa istirahat beliau dengan pergi berekreasi bersama. Diikuti seluruh guru beserta pengurus TK Muslimat NU Demak. Tujuan pertama kali hendak outbond di Magelang. Tapi dipikir-pikir kok padha males. Jadi kami pergi ke Umbul Tlatar di Boyolali. Bertujuh belas kami berdesak-desakan menuju Tlatar dengan menumpang sebuah mobil Elf. Kami berangkat dari Demak pukul 07.30 WIB.

Sampai di Tlatar hari sudah siang. Kami langsung menuju rumah makan apung. Aku menyebutnya apung karena dibawah tempat kami duduk banyak sekali ikan berenang-renang. Mulai dari yang kecil mungil sampai yang segede bantal. Sayang airnya nggak begitu bening. Sehingga foto si ikan kurang begitu jelas.


Sambil mengikuti sedikit acara perpisahan, kami memesan makan siang dengan menu andalan ikan gurami bakar. Mantap, kendati untuk itu dana yang dkeluarkan cukup besar untuk ukuran aku. Kaget juga pas lihat tagihan akhirnya. Yo wis-lah. Sekali ini, demi bu guru sepuh.
Suasana menjadi penuh haru saat kami bersama-sama menyanyikan lagu perpisahan. Tak urung mata kami berkaca-kaca. Mengingat masa-masa kebersamaan kami selama ini. Peluk dan cium haru mewarnai acara di siang yang mengharu biru itu.

Usai pesta makan siang, maksud hati hendak berenang. Akan tetapi tempat kurang memungkinkan. Kolam renangnya kecil. Dan penuh dengan anak ABG. Jadi acara renang terpaksa dibatalkan. Padahal dari rumah sudah siap baju ganti. Pukul 2 siang kami meninggalkan Umbul Tlatar. Tujuan berikutnya kalau nggak ke Kopeng ya Bandungan.

Di Salatiga, tepatnya di tempat penjual wajan, kami berhenti. Maklumlah emak-emak, lihat barang keperluan dapur pasti bikin ngiler. Lumayan lama juga kami berhenti di sana. Padha borong wajan sama bunga artifisial untuk menghiasi rumah jelang lebaran. Ck,ck,ck.

Setelah dari Salatiga, kami langsung menuju ke Bandungan. Kala itu hari sudah sore. Tapi kami tetap menuju ke sana. Sampai di Bandungan sudah pukul 4. Kolam renang sudah tutup. Kami bergegas shalat Asar. Setelah itu hati tak tahan lagi hendak berkeliling pasar Bandungan. Gemse lihat aneka sayuran segar yang banyak dijajakan di sana. Hm, benar-benar seperti orang kalap nih. Borong sayuran murah dan berkualitas.

Aku sendiri membeli sekilo brokoli segar. Harganya cuma Rp. 11.000,-/kilo. Dapatnya 6 tangkai. Waduh, padahal biasanya di Demak untuk setangkai brokoli aku harus mengeluarkan uang sekitar lima ribuan. Hm, Bandungan gitu lhoh. Berapa coba tranport dari Demak ke Bandungan?

Alhasil setelah berkeliling pasar Bandungan, mobil kami jadi penuh sesak. Teman-teman banyak yang borong sayuran dan juga buah. Memang menyenangkan sih belanja sayur di pasar Bandungan. Lain kali mau dong ke sini lagi.

Pukul 17.30 WIB kami baru meninggalkan Bandungan. Gak tahu jam berapa bakalan sampai di Demak. Padahal yang di rumah juga sudah calling-calling. Tapi yang namanya kumpul sama teman-teman ya ngikut sajalah.

Mudah-mudahan acara ini cukup mengesankan untuk Bu Guru Sepuh. Untuk Bu Djuriyah, selamat beristirahat. Kami tidak akan pernah melupakanmu. Perjuanganmu akan selalu kami kenang. Kerja keras yang telah kau persembahkan demi TK Muslimat NU akan selalu kami kenang.

Selamat Tinggal Bu Guru Sepuh. Seperti lagu yang tadi kita nyanyikan. Kita pisah hanya di lahirnya. Di hati kita tetaplah satu. Karena janji kita satu. Dalam hati kita tetap ingat. Akan jasa-jasamu. Pun tak lupa aku bersyukur padamu Tuhanku yang luhur.
Baca Selengkapnya....!