Sebagai orang tua suatu saat tentu kita pernah merasa begitu jengkel manakala anak-anak tidak mau menuruti perintah kita. Dan bila hati sudah jengkel kadang yang terlintas adalah segera menjatuhkan hukuman pada si anak agar dia merasa jera. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya anak merasa jera tetapi justru semakin menjadi-jadi. Dalam hati kecil kita kadang terlintas juga perasaan bersalah karena telah memarahi anak-anak. Tetapi kadang kita tidak melihat kemungkinan lain selain memberi hukuman pada anak-anak.
Mendidik anak agar berperilaku baik sesuai dengan yang kita harapkan memang tidak mudah. Kadang kita sudah mendidik anak sedemikian baik, tetapi bila anak mulai berbaur dengan temannya kadang kebaikan yang telah kita usahakan seperti tidak ada bekasnya. Anak seperti lebih menuruti temannya daripada kita orang tuanya. Keadaan yang demikian benar-benar membuat orang tua menjadi stress.
Banyak orang tua gagal mendidik anaknya dengan baik. Bukannya karena mereka tidak mampu. Melainkan karena orang tua seringkali tidak konsisten dalam mendidik anak. Kadang aturan yang telah mereka ciptakan, mereka langgar pula sendiri. Akibatnya anak-anak juga menjadi bersikap inkonsisten.
Hypnoparenting
Terdiri dari kata hypnosis dan parenting. Hypnosis adalah menurunnya kondisi kesadaran seseorang. Merupakan fenomena alamiah yang dialami setiap manusia. Sedangkan parenting adalah segala hal yang berkaitan dengan pengasuhan terhadap anak. Hypnoparenting adalah ilmu yang menggabungkan pengetahuan tentang mendidik anak dengan pengetahuan hypnosis.
Tahukah anda, kenapa anak-anak seakan susah dibilangin saat mereka tengah aktif terjaga? Konon hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi otak. Dengan kata lain otak manusia mempunyai beberapa tahapan kondisi yang berbeda-beda. Yakni kondisi fase Beta, Alfa, Theta, dan Delta.
Pada kondisi Beta, gelombang otak dalam kondisi konsentrasi yang tinggi. Muncul ketika seseorang anak sedang mengerjakan sesuatu yang sulit dan perlu berpikir keras. Pada saat ini otak anak hanya mempunyai kemampuan fokus tunggal. Kondisi beta cocok untuk tujuan menyelesaikan suatu pekerjaan secara serius, seperti mengerjakan soal serta ketika anak aktif bermain.
Kondisi Alfa merupakan kondisi tenang sehingga memungkinkan otak untuk multifokus, memperhatikan beberapa hal sekaligus. Kondisi Alfa sangat tepat untuk belajar yang bersifat menyerap, memahami, menghafalkan pengetahuan, karena pada kondisi ini otak menjadi siap belajar.
Gelombang otak Theta merupakan keadaan setengah sadar. Pada kondisi ini ide kreatif banyak muncul karena peran otak bawah sadar menjadi lebih dominan. Kabarnya, otak bawah sadar mempunyai kemampuan lebih besar 7:1 dibanding otak sadar. Kondisi ini merupakan kondisi yang sangat sugestif. Segala pengetahuan yang disampaikan dalam kondisi Theta akan diserap anak secara cepat kemudian disimpan dalam memori jangka panjangnya. Karena pada saat itu perhatian anak hanya terfokus pada informasi yang disampaikan. Sedangkan ketika anak tengah asyik bermain atau dalam kondisi Beta, konsentrasi anak banyak di pengaruhi oleh lingkungannya. Sehingga seringkali pesan yang kita sampaikan dalam kondisi ini tidak dicerna dengan baik oleh anak.
Fase Delta adalah fase tidur. Ini merupakan kondisi gelombang otak terendah di mana saat itu kita sedang tertidur nyenyak.
Itulah mengapa dongeng sangat efektif bila disampaikan menjelang tidur. Dongeng-dongeng dengan pesan moral biasanya sangat membekas dalam ingatan anak bahkan hingga dewasa. Karena itu sempatkanlah waktu untuk mendongeng sebelum tidur bagi anak. Pilihlah dongeng-dongeng yang bermoral baik, karena secara langsung dongeng tersebut akan masuk ke dalam alam bawah sadar anak. Sebaliknya sangatlah buruk memberi pengantar tidur dengan memarahi anak, memberi tontonan seram, dan perlakuan kasar, karena hal itu akan membekas saat anak hampir tidur.
Dalam memberikan pesan kepada anak pilihlah kata-kata yang baik. Hindari penggunaan kalimat negatif karena itu justru akan menjadi bumerang bagi orang tua. Bisikanlah kata-kata yang baik pada anak saat menjelang tidur. Jangan gunakan kata-kata tidak atau jangan. Misalnya tidak boleh nakal, jangan nakal. Karena anak akan cenderung mendengarkan kata-kata terakhir. Ulangilah terus menerus sampai terjadi perubahan yang diinginkan pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar