“Mengembangkan Kecerdasan dan Kreativitas Anak Sejak Dini”
Hari ini Minggu, 18 Juli 2010 seminar Hari Anak Nasional dengan pembicara pakar anak Dr. Seto Mulyadi terlaksana juga. Seminar dengan tema “Mengembangkan Kecerdasan dan Kreativitas Anak Sejak Dini” itu terbilang sukses luar biasa. Hal tersebut dilihat dari banyaknya jumlah peserta seminar yang mayoritas adalah kalangan guru. Mungkin karena pembicaranya adalah Kak Seto, yang biasanya Cuma bisa dilihat melalui siaran televisi. Sekarang punya kesempatan bertemu langsung. Sudah pasti hal itu tidak disia-siakan begitu saja.
Hanya sayang nih, waktu berbicara Kak Seto tidak banyak. Karena beliau harus segera berpindah tempat ke Jepara siang ini juga. Namun para peserta seminar kelihatan tertarik dengan materi yang diketengahkan Kak Seto. Hal ini terbukti, waktu satu jam tak cukup memuaskan para peserta.
Dalam seminar tersebut Kak Seto mengatakan bahwa untuk mencetak generasi yang unggul perlu diciptakan lingkungan yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh dengan optimal. Di samping guru orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan tersebut. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam lingkungan keluarga. Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di abad 21.
Dalam seminar tersebut Kak Seto juga mengulas tentang Multiple Intelligences yang dipunyai oleh anak-anak. Delapan kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner tersebut pada dasarnya dimiliki oleh setiap anak dengan takaran yang berbeda-beda. Ada anak yang menonjol dalam kecerdasan bahasa, ada pula anak yang menonjol dalam kecerdasan visual, musik ,logika matematika, kinestetik, interpersonal maupun intrapersonal. Ada juga anak yang menonjol dalam kecerdasan naturalis.
Tujuan dari kecerdasan Gardner adalah ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan. Di mana kecerdasan hanya diukur oleh beberapa nilai test intelegensi yang sempit saja.atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian sekolah saja.
Sedangkan kreativitas menurut Kak Seto adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.
Pengertian kreativitas sangat luas. Namun masih menurut Kak Seto, kreativitas dapat ditinjau dari aspek:
• Person, di mana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. (Hulbeck, 1945, dikutip Utami Munandar, 1985).
• Process, di mana proses kreatif meliputi langkah-langkah mulai dari menemukan masalah sampai dengan penyampaian hasil (Sternberg, 1988) serta meliputi tahap: persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi (Wallas, 1926, dalam Vernon, 1982)
• Product, di mana produk kreatif menekankan pada unsur orisinalitas kebaruan dan kebermaknaan (Barron, 1969, dalam Vernon, 1982)
• Press, di mana pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor dorongan (prose) baik secara internal (dari diri sendiri) maupun eksternal (lingkungan sosial dan psikologis)
Dalam upaya pengembangan kecerdasan dan kreativitas di sekolah, kita harus bertitik tolak dari asumsi bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meski dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda.
Pendidik hendaknya dapat menghargai segala keunikan pribadi dan bakat serta kecerdasan masing-masing peserta didik tanpa menuntut mereka melakukan dan menghasilkan yang sama.
Kak Seto juga menekankan pada sekolah, hendaknya menciptakan lingkungan yang aman dan bebas secara psikologis yang memungkinkan kecerdasn dan kreativitas anak dapat berkembang secara lebih optimal. Hal tersebut karena banyaknya pendidik, meski menyadari pentingnya kecerdasan dan kreativitas anak, dengan alasan kurikulum yang padat dan jumlah murid yang melebihi kapasitas lalu mengatakan “tidak ada waktu lagi utnk pengembangan kecerdasan dan kreativitas” menurut Kak Seto, paradigma seperti ini harus segera dirubah.
Pendidik hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bersibuk diri secara kreatif dengan merangsangnya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu perlu diupayakan waktu luang yang memungkinkan dilakukannya berbagai kegiatan konstruktif yang diminati peserta didik.
Kecerdasan dan kreativitas dapat menumbuhkan fungsi manusiawi seseorang sehingga membuat mereka menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, spontan, dapat menghadapi perjuangan hidup, menghadapi kecemasan dan kekhawatiran, dapat menjembatani antara diri sendiri dan orang lain serta menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.
Peran orang tua sangat penting dalam upaya menumbuhkan kecerdasan dan kreativitas anak. Hal yang sebaiknya dilakukan oelh orang tua adalah:
1. Usahakan untuk tidak mematikan spontanitas anak.
2. Usahakan utnuk selalu tidak berprasangka buruk pada anak maupun oranglain.
3. Upayakan agar dapat mendidik dan membesarkan anak dengan kasih sayang serta keakraban dalam lingkungan keluarga.
4. Tumbuhkan rasa percaya diri anak dengan tidak menekan anak sehingga anak menjadi takut mencoba sesuatu yang baru serta dapat mengambil kesimpulan yang salah terhadap suatu peristiwa.
5. Upayakan agar anak dapat membuat dan memiliki prioritas hidup.
Suasana damai dan penuh kasih sayang di sekolah, di samping keluarga, contoh-contoh nyata berupa sikap saling menghargai satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi kesulitan, sikap disiplin dan penuh semangat, tidak mudah putus asa, lebih banyak tersenyum daripada cemberut, memungkinkan anak mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan dan kreativitas.
Di samping Dr. Seto Mulyadi, berbicara pula Ketua Pengurus PGRI Jawa Tengah yakni Bapak Soebagyo Brotosedjati yang membawakan materi “Sertifikasi dan Profesionalisme merupakan Keharusan bagi Guru”
Source: Hand Out Seminar Hari Anak Nasional, Demak, 18 Juli 2010 di Pendopo Kabupaten Demak.
Foto: Koleksi Uci Siswati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar