Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Minggu, 02 Januari 2011

SEKELUMIT CERITA DARI RUMAH SAKIT

Hari Minggu yang lalu aku harus mondar-mandir ke rumah sakit untuk menemani suami menjenguk ayah yang sedang di rawat karena kecelakaan di tabrak oleh pengendara ABG. Bersama kami turut pula anak-anak. Sebenarnya anak-anak tidak boleh ikut di ajak bezuk ya. Tetapi karena mereka memaksa ikut ya terpaksa kita ajak juga.

Ternyata respon anak-anak di rumah sakit itu unik. Mereka bisa berempati terhadap orang-orang yang di rawat di sana. Kasihanlah melihat wajah-wajah sedih yang menanti harapan untuk sembuh itu. Dan tidak meyangka anak-anak juga bisa merasakan kesedihan itu. Mereka turut merasakan sedih.

Menunggui orang sakit memang membutuhkan stamina yang prima dan mental yang kuat. Karena bisa-bisa yang menunggu pun ikut sakit. Bukan sakit secara fisik saja malahan sakit juga secara mental. Karena si penunggu itu sudah pasti kurang istirahat. Selain merawat yang sakit juga harus memikirkan biaya rumah sakit yang terbilang tidak murah itu. Terlebih bagi yang harus membayar biaya perawatannya secara mandiri dalam artian tidak di tanggung asuransi, sudah pasti pikiran akan tambah merana.

Jadi mungkin benar, orang miskin di larang sakit. Sebab kalau sakit gak mampu bayar rumah sakit. Jika melalui program jamkinnas itu melewati prosedur yang menyulitkan. Lagipula bisa-bisa orang sakit dengan jaminan seperti itu jadi terlantar dan rasanya tidak dihargai sebagai manusia.

Belum lagi itu para penjual makanan di komplek rumah sakit. Sudah tahu kan kalau orang sakit itu butuh biaya yang banyak, tetapi harga-harga barang kebutuhan semisal makanan, sabun, dan kebutuhan dasar itu harganya bisa dua kali lipat dari harga biasa. Luar biasa, memanfaatkan keadaaan orang yang membutuhkan dan kepepet.

Saya bahkan mendengar satu kisah sedih di sana. Yakni ada seorang bapak yang terpaksa di rawat sangat jauh dari rumah. Di sana ia ditunggui istri dan anak-anak tanpa seorangpun saudara yang menjenaguk karena saking jauhnya. Bapak itu dari Surabaya. Padahal bekal yang mereka bawa tidaklah memadai. Bahkan untuk tempat tidur anak-anak selama menunggu pun tidak ada. Anak-anak itu terpaksa ditidurkan di atas lantai rumah sakit yang dingin. Untunglah ibu mertuaku baik hati. Dipinjaminya keluarga itu tikar. Dan makanan yang berlebih dikasihkan mereka. Semoga Allah memberikan ketabahan dan si Bapak itu segera sembuh sehingga bisa melanjutkan hidup mencari nafkah untuk anak-anak dan istrinya tercinta.

Itu adalah sekelumit pengalaman ketika kami menjenguk bapak kami yang sedang di rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar