Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Sabtu, 08 Januari 2011

RESENSI BUKU OYAKO NO HANASHI


Judul: Oyako No Hanashi
Penulis: Aan Wulandari
Penerbit: Leutika
Tebal: x + 168 hlm. ; 13 x 19

Tinggal di luar negeri gratis? Siapa juga yang nolak. Apalagi di negeri Jepang yang terkenal dengan kemajuan teknologinya, so pasti tidak akan menolak kendati Cuma sekedar menemani suami melanjutkan studi keluar negeri.

Buat yang belum pernah ke negeri ninja, jangan khawatir. Dalam buku ‘Oyako No Hanashi’ ini, sang Mama (Aan Wulandari / Penulis) ingin berbagi pengalamannya yang seru dan kocak ketika Abah - sang suami - mendapat beasiswa S3 di Jepang. Waah…tentu saja bukan hanya Abah yang senang, namun sang istri juga senang dong suami dapat melnjutkan kuliah lagi. Mana gratis lagi ya?

Namun sayang, ternyata banyak kendala dalam perjalanan ke negeri Sakura itu. Sebelum berangkat, akan ada pelatihan bahasa Jepang di Bandung selama tiga bulan.Dan keluarga mahasiswa hanya boleh menyusul setelah enam bulan. Maka Mama dan putranya pun harus sabar menunggu dan menjalani Long Distance Love dengan suami tercinta.

Sang buah hati Mama; Syafiq selalu memanggil “Abah!” setiap melihat pesawat terbang. Seolah di semua pesawat terbang itu ada Abah. Tapi syukurlah karena rencana keberangkatan Mama pun bisa lebih cepat dari perkiraan. Mama akhirnya menyusul ke Jepang bersama istri temannya Abah.

Tokoh sentral dari catatan seorang Ibu yang suka parno dan kadang ndeso ini, selain Mama dan adalah Syafiq. Makanya judulnya ‘Mom versus Kids @ Japan’. Atau bahasa jepunnya itu “Oyako No Hanashi”

Dalam buku ini pembaca diajak catatan menikmati kehidupan seorang istri dan ibu yang menemani suami melanjutkan studi ke jepang. Dan ternyata negeri jepang yang maju itu malahan mengajak rakyatnya untuk hidup sehat dan juga berhemat. Gimana ya, di dalam buku ini kendaraan favorit orang jepang justru bersepeda ria. Padahal kan mereka yang nyiptain segala macam merk kendaraan roda tua. Tapi justru rakyat negeri kita yang dimanja dengan kendaraan ini. Atau rakyat kita kelewat di manja karena harga bensin yang murah di banding negara-negara sono, dan segala-galanya murah. Sementara di sana naik kereta juga mahal. Sehingga kemana-mana orang jadi naik sepeda.

Namun di dalam buku ini juga diceritakan kalau di sana surganya taman bermain bagi anak. Dan ngelahirin anak itu dapat bonus yang lumayan. Bandingkan dengan di sini yang kalau ngelahirin anak mesti siap-siap dana yang besar. Kebalikan sekali, yach…

Bukan hanya perjuangan pengiritan yang habis-habisan, celotehan-celotehan Syafiq dan tingkah lakunya kadang membuat pembaca gemas setengah mati. Apalagi Mama yang mengalaminya ya?

Bayangkan, bagaimana susahnya Mama menghadapi ulah Syafiq yang ingin cepat-cepat memiliki adik, sementara Mama hamil saja belum. Sampai-sampai Syafiq memberi nama Tazkia pada adik imajinernya itu. “Mama… cepat pergi ke rumah sakit. Keluarin Tazkiaaa!” Weleh…weleh…

Apalagi ketika mereka sekeluarga pulang ke Indonesia dan Mama mengandung calon adik yang disepakati bernama Sofie. Karena setelah pulang dari Jepang, Syafiq sama sekali belum bisa berbahasa Indonesia hingga sering mengakibatkan miscommunication dengan saudara dan teman-temannya. Ada juga cerita tentang susahnya membujuk Syafiq untuk masuk TK. Dan celotehan-celotehan lainnya yang super duper polos, sering terdengar tak berperasaan, bisa membuat Mama jantungan. Ya, namanya juga anak-anak. Ada-adaaa saja tingkahnya.

Kebahagiaan keluarga sederhana ini pun bertambah dengan hadirnya si mungil Sofie yang tak kalah lucu dari tingkah polahnya Syafiq.

Banyak hal dan pengetahuan tentang Jepang yang bisa kita dapat dari pengalaman si Mama ini. Misalnya tentang ‘tarif’ tenaga kerja Jepang yang mahal. Membetulkan sepeda saja harganya bisa sampai sepertiga dari harga sepedanya, apalagi mobil. Karenanya, banyak orang Jepang yang sering membuang mobil rusak. Betul. Mobil betulan, bukan mobil-mobilan. Mana ada orang Indonesia buang mobil kan?

Beberapa kosakata bahasa Jepang juga bisa kita dapatkan dari catatan harian Ibu Rumah Tangga yang inspiratif ini. Misalnya, ‘Yonnin Kyoudai’(empat bersaudara), ‘Oishi’ (enak), ‘Sumimasen’ (maaf) dan banyak lagi. Lalu apa pula itu akhiran ‘-tai’ yang sering diucapkan Syafiq?

Membaca buku ini benar-benar mengundang tawa, atau paling tidak cekikikan geli atau kadang gemes. Sebuah buku yang bagus, menambah pengetahuan dan menyegarkan. Cocok dan aman dibaca oleh segala jenis usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar