Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Rabu, 01 Desember 2010

FROM ZERO TO HERO

Aku tidak menyangka di dalam usiaku yang hampir mendekati tigapuluh tahun, aku mempunyai kesempatan untuk bisa mewujudkan impian lamaku yang sempat terkubur. Yakni melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Sesuatu yang aku impi-impikan sejak kecil, namun belum terwujud karena keterbatasan dana.

Jadinya saat itu tiap hari selepas SMA aku hanya bisa merajut impian untuk bisa kuliah lagi. Namun sampai aku lelah bermimpi, cita-cita itu belum juga berhasil aku wujudkan. Sampai akhirnya akupun mulai bisa menerima kenyataan kalau aku tidak akan bisa melanjutkan kuliah lagi.

Yah, aku menyadari, aku hanyalah anak seorang tukang batu yang kehidupannya serba pas-pasan. Untuk hidup saja susah, apalagi untuk biaya kuliah. Dapat bersekolah sampai jenjang SMA saja aku sudah beruntung. Jadi aku terpaksa harus menelan kembali mimpi-mimpiku kendati aku sangat menginginkannya.

Akhirnya aku putuskan untuk berdamai dengan takdirku. Dan kemudian akupun dipertemukan Tuhan dengan belahan jiwaku, suamiku. Aku lalu menjalani hari-hariku sebagai ibu rumah tangga. Melayani suami, mengasuh anak, dan menekuni hobyku yakni membaca, menulis, dan berkebun.

Di tengah menjalani hari-hari sebagai ibu rumah tangga yang baik, tiba-tiba datang kabar dari ibu mertuaku yang mengatakan kalau perkuliahan D2 PGTK yang diselenggarakan oleh Universitas Terbuka telah dimulai. Syaratnya aku harus menjadi guru wiyata bhakti dulu. Setelah berdiskusi dengan suamiku, akupun menerima tawaran itu.

Bayangan menjadi mahasiswa, terlebih lagi guru menggoda impian lamaku. Walaupun untuk mewujudkan semua impian itu, aku harus melakukannya dengan perjuangan yang sangat keras. Yakni menjadi guru wiyata bhakti. Lebih sedih lagi karena aku harus melakukan wiyata bhakti jauh dari rumahku. Sekolah seputaran tempatku tinggal tidak menerima guru baru.

Aku sedih, namun demi semua impian aku jalani semua itu dengan tabah. Menjadi guru wiyata bhakti sekaligus kuliah.

Dengan ketekunan yang luar biasa aku menjalani kuliahku. Aku ingin berhasil. Dan berkat kerja keras yang aku lakukan akupun lulus dari D2 PGTK dengan predikat sangat memuaskan. Bahkan oleh suamiku, akupun didukung untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S1. Saat itu motivasiku adalah aku ingin menjadi guru yang benar-benar profesional, maka akupun harus menekuni pendidikanku. Menekuni perkuliahanku dengan sungguh-sungguh.

Kendati kadangkala rasa putus asa itu ada. Bagaimana tidak, aku hanyalah seorang guru wiyata yang honornya untuk biaya transpotasiku saja masih kurang. Beruntung suamiku baik hati mau men-support dana transportasiku.

Hingga suatu ketika dalam perkuliahanku di S1 aku bertemu dengan seorang dosen yang memberikan inspirasi buatku. Namanya Bapak Khoirul Anwar. Beliau mengatakan kalau seorang guru terlebih guru wiyata jika ingin memperoleh penghasilan di luar penghasilan biasanya, ikutilah lomba. Pak Khoirul pun bercerita kalau dia sering mengikuti berbagai perlombaan dan sering menang sehingga diapun bisa naik haji dari hasil lomba.

Sungguh aku sangat terkesan dengan cerita itu. Kemudian akupun mulai browsing di internet mencari berbagai macam lomba yang kira-kira bisa diikuti oleh guru wiyata sepertiku. Dan lomba pertama yang aku ikuti, lomba karya tulis ilmiah inovasi pembelajaran guru yang diselenggarakan oleh Diknas Jawa Tengah. Tak disangka akupun masuk final. Bukan main senang hatiku. Harapan akan kemenangan berkecamuk dalam benakku. Aku dibuai mimpi indah kala itu.

Namun sayang kekecewaanlah yang aku rasakan. Aku tidak berhasil dalam perlombaan itu. Namanya juga lomba ada yang menang dan ada pula yang kalah. Aku sangat mengerti itu. Namun entah kenapa aku begitu kecewa saat itu. Mungkin karena harapanku sangat tinggi waktu itu. Akibatnya aku menjadi kecewa manakala impian tidak sesuai dengan kenyataan.

Oleh suamiku selepas lomba kemudian aku diajaknya ke toko buku. Mungkin untuk menghiburku. Dia tahu persis kalau aku lebih senang diajak berkeliling toko buku daripada belanja baju. Barangkali hal itu bisa menghibur kesedihanku.

Nah, di toko buku favoriku itu aku menemukan sebuah buku bagus berjudul Zero to Hero yang ditulis oleh Akhi Solikhin. Buku ini terbitan Proumedia. Entah merasa sedang butuh motivasi atau sedang merasa terpuruk, aku putuskan untuk membeli buku itu. Kata-kata yang begitu berkesan bagiku “menjadi dahsyat di tengah keterbatasan”. Aku ingin tahu seperti apa itu.

Dengan bersemangat akupun membaca seluruh isi buku itu. Dan hasilnya, motivasiku seperti bangkit kembali. Aku sangat kagum dengan orang-orang yang ada dalam kisah di buku itu. Aku kagum bagaimana dengan keterbatasan yang mereka miliki mampu menciptakan prestasi yang demikian membanggakan. Aku kagum bagaimana bisa begitu. Selesai kubaca, akupun kemudian merasa tertantang. Kalau mereka bisa kenapa aku tidak? Kenapa aku harus bersedih menghadapi kegagalan? Bukankah kegagalan adalah sukses yang tertunda? Klise. Tapi ada benarnya juga. Kapan seseorang itu dapat merasakan kesuksesan kalau dia tidak pernah mengalami kegagalan?

Maka aku yang saat itu tengah putus asapun mulai semangat lagi mencari berbagai macam lomba yang dapat aku ikuti. Aku sadar aku hanyalah guru wiyata bhakti. Jika guru wiyata bhakti ingin maju untuk mengikuti lomba maka dia harus aktif mencari sendiri. Sebab jika hanya menunggu giliran ditunjuk maju lomba, aku tidak akan pernah bisa maju-maju.

Akhirnya berbagai perlombaanpun aku ikuti. Mulai dari Lomba Karya Tulis Ilmiah, lomba menulis puisi, menulis artikel, menulis essay, menulis cerpen, kompetisi teacher of The Year, lomba pembuatan bahan ajar mandiri berbantuan komputer, sampai lomba menulis naskah buku, semua aku ikuti. Kendati selalu kalah aku tidak ingin putus asa.

Nyatanya semua perjuangankupun berbuah manis juga. Hal itu aku rasakan saat aku menjadi juara 3 tingkat nasional dalam Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan tahun 2009 lalu. Betapa senangnya hatiku. Akupun memperoleh banyak teman dan juga pengalaman dalam lomba itu.

Dan untuk mendukung aktivitas menulisku suamiku berinisiatif mendaftarkanku pada sebuah blog. Walau hanya sebuah blog gratisan namun aku merasa senang sekali. Melalui blog yang aku punya aku bisa menuliskan berbagai hal yang aku rasakan. Aku dapat menuliskan berbagai hal yang aku ketahui. Terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan di negeri ini. Dan akupun merasa senang sekali kala dalam sebuah perlombaan yang aku ikuti, banyak peserta lomba mengatakan senang membaca tulisanku di blog. Hal itu tentu saja membuat semangatku kembali berkibar untuk terus menulis.

Dan untuk urusan pendidikanku, alhamdulillah semua kerja kerasku akhirnya terbayar. Kemarin hari Selasa, 30 November 2010 akupun diwisuda di Jakarta. Aku telah lulus dan menjadi sarjana dengan predikat sangat memuaskan. Tergapailah sudah impian masa laluku. Menjadi seorang sarjana. Dan jika tidak ada halangan yang berarti akupun ingin terus melanjutkan pendidikanku ke jenjang S2. Insyaallah.

Aku ingin menjadi seorang yang berguna dan memiliki arti. Terlebih buat dunia pendidikan kita saat ini. Kendati untuk menjadi seorang hero seperti yang tergambar dalam buku Zero to Hero, hal tersebut masih sangatlah jauh sekali. Namun aku akan terus berjuang.


Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar