Siang ini menjadi siang yang istimewa buatku. Kenapa? Karena siang ini aku bersama suamiku berkesempatan mengunjungi perpustakaan daerah bersama-sama. Jarang sekali aku bisa memperoleh kesempatan seperti ini. Memilih buku bersama-sama untuk dipinjam dan di baca bareng-bareng. Karena biasanya perpustakaan buka pada jam kerja sehingga suamiku tidak bisa menemani aku ke perpustakaan. Namun hari ini karena suatu kepentingan beliau bisa keluar , dan selebihnya menemaniku jalan-jalan ke perpustakaan. Asyiiiik.
Tadinya kami mau mengajak anak-anak turut serta. Namun jam kunjungan ke perpust keburu akan habis, jadi niatan untuk menjemput anak-anak di rumah kami batalkan. Mungkin lain waktu kami akan ke perpustakaan bersama-sama.
Apalagi sekarang ini perpustakaan daerah juga buka pada hari Sabtu. Mulai jam 8 pagi hingga jam 3 sore. Jadi aku berkesempatan mengajak suami dan anak-anak ke perpustakaan bersama-sama.
Asyik lho jalan-jalan di perpustakaan. Kita bisa milih-milih buku sepuasnya, dan membaca sepuasnya. Banyak hal yang dapat kita peroleh dengan membaca buku.
Bagiku membaca buku sudah seperti kebutuhan sehari-hari. Bisa di bilang aku kutu buku-lah. Tiada hari tanpa membaca buku, pokoknya.
Lalu akupun mulai teringat, kapan kira-kira aku mulai suka membaca buku. Kalau tidak salah berawal sejak aku mulai bisa mengeja huruf pertamaku. Mungkin sejak kelas satu SD. Maklum aku belum pernah jadi anak TK. Marah nih, sekarang jadi ibu guru TK.
Sejak aku mulai bisa mengeja huruf pertamaku, sejak saat itu apa saja yang berwujud kertas dan ada tulisannya pasti kubaca. Apapun isinya. Gokil juga rasanya, mengingat semua itu.
Nah untung nih salah seorang emak kawanku punya warung yang jualan Lombok terasi. Jadi emak temanku itu pasti punya persediaan banyak sekali majalah bekas buat bungkus cabe ama terasi. Alhamdulillah,hobby membaca bisa tersalurkan. Aku ingat waktu itu majalah yang kubaca ada Bobo, Ananda, Kawanku, Donal Bebek, dan Ceria. Juga Koran bekas tak luput dari perhatianku. Maklum nih, kagak punya duit buat beli yang baru.
Habis itu, waktu aku tahu sekolahan SD banyak buku, namun sayang buku-buku di perpustakaan SD kala itu tidak dipinjamkan, alias buat hiasan saja. Maka dengan semangat 45 aku merayu Pak Penjaga untuk meminjami aku buku. Caranya nih aku berangkat ke sekolah pagi-pagi banget, sebelum ada guru, aku berangkat ke sekolah dan pinjam buku sama pak penjaga sekolah. Untung pak penjaga baik hati. Paling tidak tiga sampai lima buku bisa aku pinjam setiap hari. Dan buku-buku itu aku baca sepulang sekolah untuk kukembalikan besok paginya. Begitu seterusnya. Sampai semua temanku ikut-ikutan meminjam buku.
Maka berakhirnya petualangan sembunyi-sembunyiku untuk meminjam buku. Rombongan peminjam buku gelap ini terbongkar, dan habislah semua. Alangkah sedih hatiku, karena sejak itu tidak ada lagi buku yang bisa aku pinjam. Tega sekali ya,,,
Memasuki SMP dan SMA, perpustakaan adalah tempat bermainku, dan penjaga perpustakaan adalah temanku. Tak jarang pula uang sakuku habis buat beli buku. Begitu tergila-gilanya aku dengan buku.
Bahkan suami pun mendukung hobbiku dengan mendown-loadkan aneka macam e-book. E-book gratis kirara adalah situs favoritku untuk urusan buku-buku. Namun secanggih apapun e-book tidak ada yang menyaingi kenikmatan menyusuri cerita dalam deretan huruf-huruf pada lembaran-lembaran kertas, atau membaca the real book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar