Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Sabtu, 12 Juni 2010

JALAN-JALAN KE MASJID AGUNG DEMAK



Sudah menjadi kebiasaan kalau hari libur anak-anak suka minta diajak jalan-jalan keluar. Kendati hanya putar-putar di seputar kota. Untuk minggu ini suamiku ngajak kami semua jalan-jalan ke Masjid Agung Demak. Kendati kami asli Demak tetapi jarang sekali kami pergi ke masjid Demak. Makanya kali ini kami mengajak anak-anak berkunjung ke sana. Mula-mula anakku yang sulung keberatan. Dia tidak mau melihat makam. Tapi akhirnya mau juga dia pergi ke masjid. 

Pertama kali yang kami lihat adalah museum. Namanya anak-anak suka tidak kerasan kalau di bawa ke tempat-tempat seperti ini. Tapi sejak dini kami ingin memperkenalkan peninggalan sejarah kota kami kepada anak-anak. Di museum terdapat benda-benda bersejarah antara lain, Al Qur’an tulisan tangan, lampu antik peninggalan Paku Buwono, gentong Kong dari Dinasti Ming, Pintu-pintu jati yang telah berumur ratusan tahun, terutatam pintu yang terkenal dengan sebutan pintu bledeg. Pintu itu terbuat dari kayu jati dengan ukiran tanaman dan kepala naga yang konon katanya itu adalah wujud dari petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo. Benar tidaknya kisah itu adalah hanya Allah yang tahu. Selain itu juga ada sejarah pembangunan masjid Demak mulai pertama kali di bangun hingga yang sekarang. 

Puas melihat-lihat museum kami lalu pergi ke pelataran masjid yang hari itu cukup ramai dengan kedatangan para peziarah. Kami sempat foto-foto dekat kolam wudlu bersejarah. Namun ketika kami mampir ke toilet, aduh bau sekali. Terkesan jorok. Aku hanya menghela nafas. Apakah tidak ada dana untuk merawat peninggalan bersejarah yang sangat terkenal ini? Padahal kulihat para peziarah cukup ramai berdatangan. Masjid Demak didirikan oleh para wali songo yang pada waktu itu memelopori berkembangannya agama Islam di pulau Jawa. Setelah itu berdirilah kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa, yakni kerajaan Demak dengan rajanya yang pertama yaitu Raden Patah. Beliau masih keturunan dari Kerajaan Majapahit tetapi sudah memeluk Islam. Aku pikir terkenal juga kotaku ini dalam sejarah. Tapi kok sayangnya pembangunan di kota kecilku ini kurang begitu menggairahkan. Dari dulu kotanya ya seperti itu saja. Lamban sekali bergeraknya. 

Dan yang sampai sekarang masih membuat penasaran, di mana kira-kira dulu letak Kraton Demak berada ya? Masa tidak ada petunjuk sama sekali. Baik itu berupa bekas peninggalan kraton ataupun saksi sejarah berupa catatan sekalipun. Sebuah sumber mengatakan kalau Kraton Demak itu dulunya ada di Pendopo Kabupaten Demak. Ada pula yang mengatakan ada di daerah pecinan, ada di seberang masjid yang sekarang berdiri penjara. Tapi semua itu juga belum ada kejelasan yang pasti. Kraton Demak seperti hilang tertelan bumi. 

Hari sudah siang dan anakku juga sudah rewel. Ingin segera pergi ke swalayan Maharani di seberang jalan. Lalu kamipun pergi meninggalkan Masjid Agung Demak dengan segala kebersahajaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar