Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Kamis, 08 April 2010

BERKUNJUNG KE TK NEGERI PEMBINA

Pada perkuliahan semester terakhir PG PAUD UT kami berkesempatan mengunjungi TK Negeri Pembina Jawa Tengah yang terletak di Jalan Kelud Semarang. Kunjungan tersebut dalam rangka studi banding untuk menulis laporan tentang analisis kegiatan pengembangan di TK.
Bersama rombongan kami berangkat dari Demak pukul 6 pagi. Dengan maksud agar kami dapat mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran mulai dari awal. Tapi apa lacur kemacetan dan jarak yang lumayan jauh membuat kami jadi terlambat sampai d TK Negeri Pembina. Tapi it’s okay, show must go on, right!



Sampai di sana kami dan rombongan langsung menuju ke kelas masing-masing untuk mengadakan pengamatan. Pembelajaran saat itu tengah berlangsung pada sesi berbagi cerita. Ada yang unik dari pelaksanaan berbagi cerita. Yakni berbagi cerita dilakukan dengan system undian. Bukan atas kehendak anak sendiri. Menurut guru pamong saat kami tanyakan hal tersebut, berbagi cerita dengan system undian diharapkan mampu mengasah mental dan keberanian anak. Karena mau tidak mau tiap anak harus sudah siap dengan suatu cerita yang akan dibagi kepada teman-temannya. Kalau berbagi cerita berdasar keinginan anak kadang ada yang mau dan ada yang malu-malu. Akibatnya yang bercerita hanya anak-anak itu saja. Di samping itu undian dengan sistem dikopyok seperti arisan dengan menggunakan angka berdasar nomor absen anak mengenalkan anak pada konsep lambang bilangan. Bagus juga. Perlu untuk di tiru.
Pembelajaran selanjutnya berjalan dengan baik. Tidak ada anak yang bermain sendiri, tidak ada anak yang mengganggu temannya, pokoknya pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan materi yang disampaikan guru menarik minat anak. Dan jumlah anak yang tidak begitu banyak (hanya 17 anak dalam satu kelas) membuat suasana kelas mudah dikontrol dan dikendalikan. Namanya juga TK Pembina yah, jadi segalanya mesti perfect. Termasuk juga dalam penyediaan alat peraga. Semua sesuai dengan indikator pembelajaran yang diharapkan. Enak kali yah mengajar di kelas yang begituan. Segalanya sudah tersedia. Tinggal sedikit kreativitas maka pembelajaran akan berlangsung dengan semestinya.
Tapi kebanyakan TK-TK di Indonesia masih jauh dari keadaan ideal seperti TK Negeri Pembina. Adanya keterbatasan dana membuat pembelajaran berlangsung seadanya. Bahkan mungkin tidak sesuai lagi dengan tahapan perkembangan anak. Anak yang masih berada dalam tahapan pemikiran konkret yang harusnya masih belajar sambil bermain dengan alat permainan edukatif eh sudah disuguhi baca tulis hitung seperti anak-anak SD. Kasihan banget deh. Lagi-lagi hal itu terkendala oleh keterbatasan dana.TK-TK di Indonesia kebanyakan berstatus swasta, yang dimiliki oleh yayasan. Artinya penyelengaraan pembelajaran merupakan tanggung jawab yayasan (Kebanyakan yayasan desa) yang memungut iuran sangat jauh mencukupi dari kebutuhan operasional sehari-hari. Bahkan untuk membayar honor para guru yang kebanyakan berstatus wiyata bhakti. So, pembelajaran ideal untuk TK yang kita impi-impikan rasa-rasanya masih jauh panggang dari api, alias nonsen.
Setelah menengok system pembelajarannya dan juga melihat Alat Peraga Edukatif (APE) yang ada kami lalu berkesempatan melihat area outdoor. Area outdoor yang dimiliki pun bisa terbilang sangat baik. Komplet dan sesuai dengan criteria indicator yang akan dicapai. Pokoknya memenuhi kebutuhan anak dalam hal bermain. Setelah itu kami berkesempatan pula temu wicara dengan pimpinan TK Negeri Pembina. Kami berdiskusi dan tanya jawab soal pembelajaran dan sebagainya. Termasuk juga visi dan misi TK Negeri Pembina.
Untuk TK sekaliber TK Negeri Pembina hal utama yangmenjadi fokus pengembangan bukan dari segi perkembangan kognitif seperti kebanyakan TK-TK yang lain. Namun aspek utama yang ingin dikembangkan di TK Negeri Pembina Semarang adalah pengembangan moral dan nilai-nilai agama. Pembinaan budi pekerti lebih diutamakan di sini. Dan memang seharusnyalah begitu. Biar anak-anak yang berada dalam tahapan usia emas dan masa peka untuk belajar itu mendapat bekal yang cukup bagaimana cara bertingkah laku dan bersosialisasi yang baik. Biar nanti kalau gede jadi orang yang baik. Yang ngerti agama and nggak suka tawuran. Bukannya melulu mengembangkan baca tulis hitung yang notabene berada dalam ranah kognitif.
Harus kita akui pengembangan pendidikan di Indonesia tidak terkecuali di TK juga melulu menekankan pada masalah kognitif. Seperti kebanyakan tuntutan para orang tua murid. Kebanyakan dari para orang tua itu bangga kalau lulus dari TK itu anak sudah lancar membaca dan berhitung. Boleh-boleh saja sih mengajarakan calistung di TK, tapi caranya itu lho yangmasih kurang bener.
Rupa-rupanya kita masih terjebak oleh paradigma kalau anak yang pintar matematika itu anak yang unggul. Padahal kita punya 9 kecerdasan yang semuanya perlu dikembangkan. Tahu tidak kalau kecerdasan kognitif (IQ) hanya menyumbang 20 % dari kesuksesan seseorang. 80 % sisanya justru ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) seseorang.
So itu dia oleh-oleh dari kunjungan ke TK Negeri Pembina. Lain kali ingin kembali ke sana lagi. Mudah-mudahan.
Ayo kawan-kawan (kawan-kawan)
Kita jalan-jalan (jalan-jalan)
Satukan derap langkah
Demi keutuhan barisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar