Bulan Muharam sepertinya saat yang tepat untuk menumbuhkan empati di kalangan anak-anak. Mengajari mereka tentang indahnya berbagi dengan saudara-saudara yang kurang beruntung. Dalam rangka menyambut 10 Muharam yang terkenal dengan bulan santunan untuk anak yatim, TK Muslimat NU Demak mengadakan acara kunjungan ke Panti Asuhan dan Panti Wreda setelah sebelumnya mengadakan santunan untuk anak yatim, piatu di kalangan murid TK Muslimat NU sendiri.
Bersamaan dengan kunjungan ini anak-anak diajak berkeliling kota dengan menaiki andong. Betapa anak-anak sangat gembira. Mereka begitu antusias mengikuti acara ini. Alhasil 12 andong disewa untuk mengangkut kurang lebih seratus lima puluh anak. Dengan kapasitas 12 anak plus satu guru dalam satu andong. Lumayan berhimpitan, akan tetapi anak-anak sangat senang. Dan karena jumlah guru yang tidak sesuai dengan jumlah andong maka pihak sekolah meminta bantuan wali murid yang kebetulan menunggui anaknya. Jadi nggak fair nih, karena sebelumnya anak-anak diwanti-wanti untuk mandiri. Tapi terpaksa karena keadaan mendesak. Akan lebih berbahaya lagi membiarkan anak-anak dalam andong sendirian tanpa kawalan.
Setelah acara santunan selesai dilaksanakan di sekolah rombongan andong ini menuju lokasi pertama yakni di Panti Wreda yang terletak di Kawedanan. Acara silaturahmi ini berlangsung singkat. Maklumlah anak-anak biasanya kurang suka kalau harus mengikuti acara seremonial yang menuntut mereka duduk manis mendengarkan orang pidato. Tapi mereka cukup senang saat diajak salaman berkeliling dengan kakek nenek penghuni Panti Wreda. Jadi trenyuh mengingat masa-masa tua yang akan datang. Terpikir betapa tidak berharganya mereka sebagai manusia. Disingkirkan begitu saja setelah tidak berdaya guna. Alhamdulillah kehadiran anak-anak ini mampu membuat senyum tua mereka kembali terkembang.
Setelah itu acara dilanjutkan menuju ke Panti Asuhan yang masih dalam naungan Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama. Jadi masih dalam satu yayasan yang menaungi TK Muslimat NU. Sayang sekali pada saat kami sampai di Panti Asuhan, suasana terlihat sepi. Maklumlah karena semua anak asuh sedang bersekolah. Jadi anak-anak TK yang polos dan penasaran seperti apa sih yang disebut anak yatim itu, tidak bisa memuaskan keingintahuan anak-anak. Karena ada saja yang bertanya padaku, “Bu Guru, anak yatim itu yang seperti apa, sih?”
Namun setelah dijelaskan bahwa anak-anak yatim itu pun sama seperti mereka hanya saja mereka kurang beruntung karena telah tidak memiliki ayah atau juga ibu, bahkan mungkin keluarga, anak-anak itu pun mengangguk mengerti. Semoga bisa menimbulkan rasa empati di hati anak-anak yang masih polos ini. Dan semoga perjalanan ini memiliki arti bagi mereka kelak di kemudian hari. Agar mereka kelak pun tumbuh menjadi manusia yang peduli dan bisa berempati terhadap penderitaan sesamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar