Ada yang istimewa di sore hari yang cerah ini. Sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan dan kira sebelumnya. Saat itu aku tengah menemani si kecil nonton TV. Anak sulungku yang baru pulang dari bermain menghampiriku.
“Mah, ini hari ibu, ya?” tanyanya.
“Ya,” aku menjawab sekedarnya. Karena memang bukan kebiasaan dalam keluarga kami untuk mengistimewakan tanggal tertentu. Kecuali mungkin Idul Fitri.
“Wah, aku lupa. Saya kira besok,” katanya seperti menyesalkan sesuatu.
“Memang kenapa, Mas?” aku tergelitik ingin tahu. Ada apa gerangan yang dipikirkan anakku.
“Hehe,” si sulung tersenyum malu-malu, lantas menjejeri tempat dudukku, beringsut duduk di sebelahku, menggamit tanganku dan menciumnya. “Selamat Hari Ibu, ya, Mah. Maafkan aku!”
Aku terpana. Sungguh. Tidak pernah menyangka kata-kata indah itu akan diucapkan anak sulungku, untuk yang pertama kalinya buatku di hari istimewa yang disebut hari Ibu. Terharu aku mengusap kepalanya.
“Iya, Mas. Maafkan Mamah juga kalau sering marah-marah sama Mas. Belajar yang rajin, ya. Shalat yang rajin juga,” aku cium keningnya yang membuat sulungku semakin menggelendot dan memelukku erat. Dan ada yang dapat aku lakukan kecuali membalas pelukannya.
Ah, anakku, kamu benar-benar membuatku terharu, nak. Sungguh, karena aku sendiri masih malu-malu untuk mengatakan tentang perasaanku pada ibuku. Rupa-rupanya aku harus belajar banyak pada anakku ini, bukan. Namun bagaimana pun aku juga menyayangi ibuku. Walaupun tak pernah terkatakan, tapi aku menyayangi ibuku. Selamat hari Ibu, Emak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar