Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Jumat, 16 Desember 2011

BERITA DUKA CITA

Hari ini baru saja pulang takziyah dari Boyolali. Mengantarkan jenazah suami teman sejawat saya yang Rabu malam mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Beliau ditabrak roda dua saat hendak menyeberang pertigaan sepulang menjemput istrinya memberi les ngaji. Keadaannya cukup parah dengan banyak kebocoran di kepala. Sehingga hal itu sempat mengkhawatirkan kami semua saat kemarin membezuk beliau di ruang ICU Rumah Sakit Sultan Agung Semarang. Saat itu kami tidak diijinkan masuk karena jam bezuk sudah lewat. Namun mendengar cerita dari para kerabat dan teman sejawat korban, sungguh sangat memilukan.

Dan pagi tadi saat aku sedang mencuci, seorang teman menelpon mengabarkan kematian suami teman saya. Subhanallah, apa yang kami kawatirkan kemarin akhirnya terjadi. Sedih membayangkan kejadian itu. Ngeri sekaligus kasihan. Betapa kematian itu sangat pasti datangnya. Dan betapa waktunya tak bisa kita duga. Bisa menimpa siapa saja. Tua muda semua bisa saja dipanggil oleh-Nya.

Ingatanku pun melayang pada dua orang putri korban yang saat ini masih membutuhkan banyak perhatian. Tak terbayang mereka menjadi yatim piatu dalam waktu yang tak begitu lama. Beberapa tahun yang lalu mereka baru kehilangan ibu kandung. Dan sekarang mereka kehilangan bapak kandungnya. Walaupun masih ada teman saya selaku ibu tirinya, betapa malangnya nasib anak-anak itu. Semoga Allah senantiasa memberikan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan dan memberikan tempat terbaik untuk almarhum.

Melihat kondisi jalan raya kita sekarang ini dan para pengendaranya pantas membuat kita jadi merasa prihatin. Jalan raya bukan lagi tempat yang aman untuk kita lalui. Lengah sedikit kitalah yang menjadi korbannya. Kebut-kebutan, pelanggaran lalu lintas masih menjadi pemandangan yang sangat biasa di jalan raya kita. Terutama para muda (anak-anak ABG) yang suka ugal-ugalan dan membahayakan nyawa pengendara lain. Main serobot seenaknya tanpa peduli keselamatan orang lain. Betapa mental para pengendara kita masih perlu dibenahi. Agar nantinya tidak lagi membahayakan dan merugikan orang lain. Kematian memang sudah diatur oleh Tuhan yang Maha Esa. Namun tidak ada salahnya kita selalu berhati-hati.

Ingatanku kembali melayang pada kejadian yang menimpa bapak mertua setahun yang lalu. Saat itu beliau ditabrak oleh pengendara motor ABG (anak-anak SMP yang notabene belum boleh mengendarai kendaraan bermotor) saat hendak menyeberang. Saat itu luka bapak tidaklah parah. Hanya mengalami luka sobek di telapak kaki. Namun beliau harus menjalani operasi dan menelan biaya yang tidak sedikit. Harapan kami bapak dapat sembuh dan menunaikan ibadah haji yang sudah lama diimpi-impikannya. (Bapak tinggal menunggu antrian untuk berangkat). Namun Allah berkehendak lain. Enam bulan setelah kecelakaan, Bapak dipanggil yang Maha Kuasa. Sedih hati kami semua.

Apa mungkin kita seperti negara Jepang saja? Kemana-mana berkendaraan sepeda ontel. Lebih aman dan tentu saja lebih sehat. Tidak boros bahan bakar, dan tidak menambah polusi. Saya tak habis pikir. Mereka yang memproduksi motor, tapi kenapa justru tidak menggunakan motor untuk kendaraan sehari-hari mereka. Mungkin nggak ya, kita seperti mereka. Rasanya kok seperti pungguk merindukan bulan.

Mengingat pertumbuhan sepeda motor di negeri kita ibarat jamur di musim hujan. Yah, mau bagaimana lagi? Dengan uang kurang dari satu juta kita sudah bisa pulang membawa motor. Jadi tak pelak lagi kalau menjelang jam kerja jalanan dipenuhi kendaraan roda dua. Apalagi untuk bisa mengendarai motor tak perlu susah payah. Asal punya keberanian kita sudah bisa membawa motor ke jalan raya. Soal SIM kan bisa diatur. Bereslah.

Sepertinya ujian SIM perlu diperketat lagi ya. Tidak hanya mengurusi bagaimana kita bisa bermanufer layaknya pembalap, namun yang tak kalah penting adalah ujian mental para pengendara. Siap atau tidak mereka membawa motor ke jalan raya. Agar saat mereka berkendara tidak lagi membahayakan orang lain. Bagaimanapun tindakan ceroboh dalam berkendara dapat mengakibatkan nyawa melayang.

Turut berduka cita atas meninggalnya Bapak Wahyono, SE. Apt. Suami dari Ibu Himatul Millah, dan Ayah dari Winda (15 th), dan Dini (12 th). Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk beliau. Dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar