Ini naskah keduaku yang terbit di media masa. Termuat di Yunior Suara Merdeka, korannya Jawa Tengah. Kalau nggak salah terbitnya bulan Juli juga. Tepat satu tahun dari cerita pertamaku yang dimuat di Majalah Bobo. Hhh, masa setahun satu. Masih jauh banget dari target. Sebenarnya banyak juga cerita yang telah dikirim. Akan tetapi belum ada yang nembus lagi. Tandanya masih harus banyak belajar dan belajar, dan belajar.
PELANGI ABADI
Oleh :Sri Wahyuti
Dido memperhatikan Kakek Odi yang sedang mengaduk tanah dengan pasir. Tampaknya ia sangat tertarik sekali dengan apa yang dilakukan Kakek Odi.
“Untuk apa tanah itu, Kek?” tanya Dido ingin tahu.
“Untuk menyemai bibit tanaman, Cu. Cucu mau membantu?” tanya Kakek Odi.
“Boleh?” Dido seakan tak percaya dengan tawaran kakeknya.
Kakek mengangguk. Dan tentu saja Dido sangat senang sekali.
“Apa yang bisa Dido bantu, Kek?” tanyanya seraya bersiap menyingsingkan lengan dan bajunya.
“Tolong tanah yang telah kakek aduk dimasukkan ke dalam polybag ini, Cu,” Kakek menyerahkan setumpuk plastik. “Caranya seperti ini,” Kakek kemudian memberi contoh.
Dengan bersemangat Dido mengerjakan seperti yang dicontohkan Kakek Odi.
“Kakek mau menanam pohon apa?” tanya Dido.
“Macam-macam, Cu. Ini ada biji pohon mahoni, pohon gaharu, trembesi dan juga ketapang,” terang Kakek Odi.
“Lalu pohon ini nanti mau ditanam di mana, Kek?” tanya Dido keheranan.
Tempat tinggal Kakek Odi sudah rimbun oleh banyaknya pepohonan. Rasanya tak mungkin lagi menanam aneka pohon tadi di halaman rumah Kakek Odi.
“Pohon-pohon ini nantinya mau ditanam di perbukitan sebelah selatan, Cu. Daerah itu tampaknya sudah gundul,” kata Kakek seraya menunjuk ke arah perbukitan dekat rumah Kakek Odi.
Kakek Odi memang seorang pecinta lingkungan. Seluruh hidupnya diabdikan untuk lingkungan. Karena hal itulah Kakek Odi menolak diajak tinggal di kota bersama Dido. Kalau tinggal di kota kakek tidak bisa menekuni hobinya menanam pohon. Sebagai gantinya Didolah yang selalu mengunjungi Kakek setiap bulan. Seperti liburan kali ini.
“Kenapa sih Kakek suka menanam pohon?” tanya Dido ingin tahu.
Kakek tersenyum, “Pohon itu sangat berguna untuk kita, Cu. Pohon memberi kita sumber makanan dan udara yang bersih. Terlebih lagi kakek merindukan pelangi abadi.”
“Pelangi abadi, Kek?” tanya Dido keheranan. “Bukankah pelangi hanya muncul kalau ada hujan dan sinar matahari bersamaan. Dan kemunculannya juga sangat singkat. Mana ada pelangi abadi?” tanya Dido penasaran.
“Ada, Cu,” Kakek tersenyum. “Cucu ingat air terjun di sebelah bukit sana?” tanya Kakek menunjuk bukit di belakang rumahnya.
Dido mengangguk. Rumah kakek memang dekat dengan air terjun. Air terjun itu sangat indah. Suara gemuruhnya terdengar sampai ke rumah kakek. Kakek kemudian mengajak Dido pergi ke air terjun.
“Dulu sewaktu kakek kecil, air terjun itu aliran airnya deras sekali. Cipratan air terjun yang turun jika terkena sinar matahari akan menimbulkan pelangi. Kakek tidak perlu menunggu hujan turun untuk melihat pelangi. Karena pelangi itu selalu ada di sini. Kami anak-anak kampung biasa menyebutnya pelangi abadi,” Kakek Odi menerawang mengingat kenangan masa kecilnya.
“Tapi pelangi itu tak ada lagi ya, Kek?” tanya Dido penasaran. Diperhatikannya air terjun dengan seksama.
“Itu karena air yang mengalir sudah banyak berkurang. Gara-gara hutan yang di hulu sudah banyak yang ditebang. Jadi sumber air juga berkurang, cu,” kata Kakek Odi sedih.
“Wah, Dido juga ingin melihat pelangi abadi, Kek!” seru Dido terkagum-kagum.
Kakek tersenyum senang. “Ayo, bantu kakek menanam pohon!”
“Mari, Kek!” kata Dido bersemangat.
Mereka kembali ke rumah. Dan dengan penuh semangat Dido membantu Kakek Odi mempersiapkan kantong-kantong plastik untuk menanam pohon. Keinginannya sangat kuat untuk bisa melihat kembali pelangi abadi yang diceritakan oleh Kakek Odi.
***
Selamat Membaca.
bagus ceritanya, mba :)
BalasHapusTerima kasih, mudah-mudahan bermanfaat. :)
Hapusjadi pengen lihat pelangi abadi mbak...:D
BalasHapusMbak Gesang, aku juga belum pernah lihat kok. Ni imajinasi lihat gambar air terjun besar yang selalu memantulkan bias pelangi. :)
Hapusasswrwb bunda... cerita nya sangat menarik sekali,, mohon izin share ya bun.. sy akan ceritak ke murid sy,, trmks bnyk ilmunya bun..
BalasHapus