Selasa, 10 Januari 2012
SERENADE DUA CINTA, PENUH DAYA PIKAT LUAR BIASA
Judul : SERENADE DUA CINTA
Penulis : Ade Nastiti
Penerbit : Forum Lingkar Pena
Tebal : 423
Pertama kali menemukan novel ini di rak perpustakaan daerah sempat ragu, pinjam nggak ya? Mengingat di tangan dah ada dua buku dari Bang Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara sama Ranah 3 Warna. Akan tetapi aku sempatkan membaca review di bagian belakang. Dan sontak membuatku penasaran. Karena tiba-tiba saja aku ingin membaca novel tentang kisah cinta yang menyentak dalam novel ini. dengan berat hati, Ranah 3 Warna diletakkan kembali ke rak. Karena batas peminjaman buku hanya dua.
Begitu sampai di rumah langsung ngebut baca Serenade Dua Cinta. Dan ya Allah, aku tidak mau berhenti membaca novel ini lagi. Terus dan terus aku buka sampai halaman terakhir. Ceritanya benar-benar memikat. Penulis mampu menggambarkan setiap emosi dalam setiap karakter di novel ini. Dan tokoh utama Swara Hening, demikian menginspiras. Rindu dendamnya pada sang ayah, Lack of Confidence yang menghantuinya, dan cintanya pada Riung demikian memikat digambarkan oleh Mbak Ade. Benra-benar novel yang bagus banget.
Ini adalah kisah cinta yang mungkin dirasakan oleh banyak orang. Luar biasa.
Selama bertahun-tahun Hening dihantui mimpi buruk. Dan mimpi itu selalu diakhiri dengan adegan ketika seorang pria gagah berambut keriting bergegas menjinjing koper meninggalkan rumah mereka. Kelak, ketika beranjak besar Hening menemukan bahwa kelahiran dirinyalah yang menyebabkan lelaki itu pergi. Tak seperti dua saudaranya yang lain, Hening terlahir dengan kulit terang dan rambut lurus. Sang ayah curiga, Hening bukanlah puteri kandungnya tetapi hasil hubungan istrinya dengan pria lain. Dalam kemarahan yang memuncak, lelaki itu pergi, kembali ke kampung halamannya di Flores. Sejak saat itu, Hening ingin seperti dua saudaranya yang berkulit gelap dan berambut keriting. Tanpa disadari, mimpi untuk bertemu dan diakui ayah kandungnya semakin menggumpal menjadi sebuah obsesi yang tak bisa dipadamkan.
Jenuh menjadi wartawan di kota besar, Hening bermimpi untuk mengabdikan hidupnya di daerah terpencil. pemberdayaan masyarakat pada ribuan kecamatan di seluruh Indonesia. Dengan mudah ia mendapatkan lokasi tugas yang dinginkan: Kecamatan Riung, Ngada, Flores. Di situlah ayah kandungnya tinggal. Riung adalah kecamatan terindah yang pernah dilihat Hening. Di kawasan ini membentang pulau-pulau karang tak berpenghuni yang menakjubkan yang dikenal dengan Riung 17 pulau. Sejak pertama kali menjejakkan kaki di Riung, Hening telah jatuh cinta pada kecamatan cantik ini. Dengan cepat Hening mempelajari kebudayaan Riung yang unik. Kecintaannya yang besar pada tugasnya sebagai fasilitator menjadikan dirinya dengan mudah diterima masyarakat Riung. Dengan cepat ia menjadi bagian dari suku-suku yang ada di sana.
Namun tak semua berjalan mudah. Seorang pemilik bungalow yang juga aktivis pencinta lingkungan menolak kehadirannya. Adrian Toring, pria itu, menganggap progran Hening dibiayai dari dana asing yang akan merusak masyarakat. Adrian menuduh Hening bagian dari ‘rentenir’ yang menjadi kaki tangan lembaga asing untuk menguasai kekayaan Riung. Anehnya, semakin sering keduanya bertengker, semakin ingin keduanya bertemu. Perlahan perasaan cinta menyusup.
Hening pun harus memilih. Pada cinta tanpa pamrih Fajar, lelaki yang ia tinggalkan di Jakarta, atau cinta kepada Adrian, lelaki yang sebenarnya tak lagi sendiri itu.
Riung adalah nyanyian riuh di hati Hening, yang berbicara tentang pencarian makna hidup, pengabdian, dan cinta yang paling tulus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Salam. Masih punya bukunya gak buk? Thanks.
BalasHapus