Pada hari Minggu kemarin aku bersama dengan suami berkesempatan mengunjungi Jakarta dalam rangka mengikuti workshop Penulisan First-Novel yang diadakan oleh Penerbit Tiga Serangkai.
Mulanya sempat ragu-ragu antara berangkat atau tidak ketika mengetahui konsep naskah yang aku kirimkan masuk dalam daftar nominasi peserta undangan. Maklumlah, selain tempatnya yang jauh, aku juga harus memikirkan tentang akomodasi dan transportasi. Akan tetapi acara seperti ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Apalagi untuk bisa menggolkan konsep naskah juga bukan perkara mudah. Banyak sekali penulis yang telah mumpuni yang turut ambil bagian dalam acara ini. Ibaratnya aku ini seperti anak bawang, masih hijau dalam dunia penulisan buku, terlebih buku yang terbit di penerbit besar seperti Tiga Serangkai. Sudah pasti aku akan sangat sayang sekali melewatkan acara ini begitu saja. Dan alhamdulillah berkat dukungan dan dorongan suami akhirnya aku berangkat ke Jakarta. Dan tentu saja dengan diantar oleh suami.
Setelah mendapatkan tiket dari bis Nusantara, maka pada hari Minggu malam pukul 18.30 WIB aku berangkat ke shelter Nusantara di Pecinan. Sempat galau juga karena ketika akan berangkat ‘anak wedok’ tiba-tiba nangis ingin ikut.
Semalam menempuh perjalanan di atas bis Nusantara, jam 4 pagi kami pun menginjakkan kaki di kota Jakarta. Tepatnya kami singgah di terminal bis Rawamangun. Hujan sempat turun rintik-rintik di pagi itu. Namun untunglah hujan segera berhenti. Setelah kami melakukan aktivitas pagi seperti mandi, shalat Subuh, sarapan, bingung juga mau kemana. Pastinya tempat workshop juga belum buka. Maka kami pun menunggu di terminal Rawamangun, sekalian nunggu loket tiket dibuka. Karena kami akan langsung booking ticket untuk pulang.
Pagi hari di terminal Rawamangun mengamati aktivitas manusia yang seakan tiada berhentinya. Mendapati lalu lalang manusia dengan tatapan wajah-wajah yang sepertinya kurang bersahabat. Eh, atau akunya yang terlalu sensi, tapi itulah yang aku rasakan. Melihat mobilitas orang-orang yang tak berkesudahan. Semua berjalan serba cepat, serba terburu-buru. Yah dan akhirnya aku pun memaklumi, inilah kota Jakarta. Juga aku harus maklum saat mengisi pulsa yang mana biasanya nominal 20 ribu dijual dengan harga 21 ribu. Namun saat di terminal Rawamangun bisa kena charge sampai 26 ribu. Dan aku pun tertawa saja dengan suami sembari memaklumi inilah Jakarta.
Lalu aku menghubungi teman-temandan juga penyelenggara acara, diantaranya Mbak Windri dari Tiga Serangkai. Minta ijin untuk membawa suami turut ke ruang workshop. Alhamdulillah Mbak Windri welcome banget. Jadi suami nggak perlu bingung lagi harus melakukan apa sementara aku mengikuti workshop.
Pukul delapan pagi aku menuju ke tempat workshop yang akan diselenggarakan di Gedung Rabanni Kerudung. Dan sesuai petunjuk teman-teman aku menuju ke sana dengan menggunakan kendaraan bajaj. Sekali-kalinya ingin juga merasakan naik bajaj. Karena tempatnya terbilang dekat dari Rawamangun. Mau naik taksi takutnya malah di sasar-sasarin seperti dulu. Biasalah, memanfaatkan kesempitan orang lain. Dan ternyata enak juga lho naik bajaj. Apalagi tukang bajaj-nya baik hati mau nunjukin gedung Rabanni. So, terima kasih banyak buat Pak Bajaj yang telah mengantarkan aku ke sana.
Sesampai di Rabanni Kerudung baru satu orang peserta workshop yang hadir, namn tak lama hadir juga mbak Kim Aira dan mbak Firma Sutan. Wow, para penulis terkenal yang namanya kerap menghiasai majalah Bobo. Senang sekali berada di antara mereka. Dan juga teman-teman semuanya.
Dan peserta workshop kali ini benar-benar istimewa. Hampir semua penulis keren yang sudah menerbitkan buku. Apalagi nara sumbernya, Pak Bambang Trim, sang penulis generalis, dan Bunda Ary Nilandary, benar-benar istimewa.
Ilmu-ilmu kepenulisan yang diberikan oleh Pak Bambang dan Bunda Ary juga sangat istimewa. Membuat kita berdecak ‘wow’, ternyata masih ada begitu banyak kelemahan dalam konsep naskah yang kukirimkan. Tetap semangat dan tentu saja harus semangat untuk merevisi. Mudah-mudahan menjadi layak untuk diterbitkan sebagai sebuah buku yang pantas dibaca oleh anak-anak Indonesia.
Tak lupa terima kasih saya sampaikan untuk Mbak Windri dari Tiga Serangkai yang telah menerima dengan baik suami saya yang notabene bukan peserta workshop akan tetapi diperbolehkan untuk ikutan nguping. Bahkan memfasilitasi dengan jatah makan siang. Terima kasih sekali lagi untuk Pak Bambang dan Bunda Ary untuk ilmu kepenulisan yang sangat bermanfaat.
Tautan : Bambang Trim Blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar