Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Rabu, 24 November 2010

SPIRITUAL TEACHING

Membaca buku Spiritual Teaching terbitan Insan Madani yang ditulis oleh Abdullah Munir telah menggugah kembali semangat saya sebagai seorang pendidik. Buku ini seperti mengingatkan saya dan menyuruh saya untuk kembali bercermin tentang apa yang telah saya lakukan sebagai seorang pendidik. Buku yang telah meraih predikat best seller ini benar-benar membuka mata saya akan hakikat profesi guru yang tengah saya tekuni.

Dalam buku ini penulis mengajak para guru untuk terus menerus berusaha meningkatkan semangat kerjanya. Bukan untuk menjadi guru bersertifikasi yang benar-benar profesional seperti harapan pemerintah sekarang ini, namun agar guru lebih terdorong untuk bersikap “spiritual” yang artinya menjalankan profesi guru sebagai sebuah profesi yang mulia, agung, suci serta melandasi proses mendidik hanya dalam kerangka pengabdian kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Pemilik Ilmu.

Kita tentu sudah banyak mendengar dan merasakan hingar bingarnya dunia pendidikan di negeri ini. Mulai masalah UAN, masalah kurikulum yang kurang pas, kontroversi pembelajaran di PAUD, masalah demonstrasi menuntut kenaikan gaji, masalah sertifikasi, demonstrasi pendataan yang dinilai tidak adil untuk sekolah swasta, sampai protes massal mengenai peraturan pemerintah yang mengatur tentang status guru honorer dan swasta dalam penerimaan CPNS.

Penulis mengingatkan pada kita semua para guru untuk kembali kepada niat dan semangat para guru agar tidak hanyut pada hiruk pikuk suasana yang sebenarnya berada di luar lingkup tugas utama guru yakni mendidik.

Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia dan penuh tantangan. Mulia karena kelangsungan peradaban manusia amatlah bergantung pada kualitas seorang guru. Wajah kehidupan masa depan sangat ditentukan oleh bagaimana guru dalam mendidik murid-muridnnya. Dan profesi ini penuh tantangan karena yang dihadapi guru adalah manusia yang bersifat dinamis dengan segala permasalahan yang sangat komplek.

Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwa serta memiliki misi untuk mengantarkan anak didiknya kepada kehidupan yang lebih baik secara intelektual dan sosial akan bisa mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan dan juga kemuliaan pada setiap muridnya. Guru hendaknya mengajar dengan mental seorang pendakwah sekaligus pengasuh bagi murid-muridnya. Bukannya mengajar dengan mental tukang teriak untuk mendapatkan upah bulanan yang bernama gaji.

Penulis juga menawarkan ikhtiar memperbaiki dunia pendidikan nasional dengan menyentuh guru sebagai prioritas pertama. Langkah awalnya adalah dengan memperbaiki dan memperkuat kepribadian guru, agar senantiasa mencintai profesinya dan menegakkan sikap cinta, kasih, serta sayang kepada anak didik. Hal tersebut penting dalam proses belajar mengajar.

Bagi seorang guru sejati, yang paling menentukan kesungguhan mengajar bukanlah gaji yang besar karena telah bersertifikasi. Guru bersertifikasi bukanlah jaminan dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Karena seperti yang dkatakan oleh kepala LPMP Jawa Tengah Bapak Makhali, setelah dites ternyata antara guru yang bersertifikasi dan yang tidak bersertifikasi hasilnya sama saja.

Memang gaji yang tidak mencukupi kebutuhan dasar untuk hidup dapat mengganggu ketenangan dan totalitas mengajar. Sebaliknya, bertambahnya gaji yang tidak diiringi kuatnya komitmen sebagai guru tidak cukup memadai untuk membuat seorang guru mengajar dengan totalitas.

Sebuah buku yang bagus dan benar-benar layak dibaca oleh para guru untuk mendapatkan sedikit pencerahan. Membuat saya banyak berpikir, sudahkah saya menjadi guru sejati seperti yang tertulis dalam buku? Saya harus kembali bercermin.

Rasa-rasanya saya masih sering gusar dengan masalah kurang layaknya honor yang saya terima. Saya masih sering gusar ketika NUPTK saya tidak keluar sementara yang lain sudah beres, saya masih merasa gusar manakala subsidi pendidikan saya terlambat keluar, saya masih merasa gusar manakala tunjangan fungsional saya dibekukan, dan saya juga sering merasa gusar dan patah semangat manakala gagal mengikuti tes CPNS. Dan masih banyak lagi kegusaran-kegusaran lain yang semuanya mungkin patut dikaji ulang, apakah relevan dengan cita-cita menjadi guru sejati.

Mungkin saya harus banyak belajar dari seorang guru seperti Bapak Abdullah Munir yang masih terus bersemangat dan menjadi guru sejati walaupun “cuma” bergaji tiga puluh ribu rupiah sebulan, namun tetap menggenggam semangat yang mengharu biru. Subhanallah.

Jadilah seorang guru yang mulia disisi Allah, kendati seluruh dunia tidak memuliakanmu.

Selamat Hari Guru.


Daftar Bacaan: Abdullah Munir (2009), Spiritual Teaching, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar