Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Senin, 06 Juni 2011

PIKNIK BARENG TK LARASATI

Hari Selasa kemarin saya berkesempatan piknik akhir tahun bersama anak-anak dan rekan guru dari TK Larasati. Tujuan piknik ke Yogyakarta, yakni ke Museum Dirgantara, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Malioboro. Biar pikniknya asyik aku daftarkan saja sekalian anak-anak dan suamiku. Habis rasanya tidak tega bersenang-senang sendirian, sementara suami dan anak-anak diam di rumah. Beruntunglah aku karena kursi bis masih ada yang tersisa sehingga ada tempat untuk suami dan anak-anakku.

Yang namanya anak kecil, tahu kalau mau diajak jalan-jalan mereka sudah senang duluan. Tiap hari dihafalin mau diajak mamah piknik. Tadinya sempat ragu akan jadi berangkat atau tidak, karena menjelang hari H, tiba-tiba kami sekeluarga jatuh sakit semua. Bergiliran ceritanya. Mulai dari anak sulungku yang batuk, terus aku dan papanya hampir bersamaan, dan juga si bungsu yang semula tidak terpengaruh eh, ikutan sakit juga. Syukurlah, menjelang H-1 semua kembali sehat sehingga kami jadi pergi piknik.

Asyik sekali lho jalan-jalan sama anak-anak dan suami. Biar saja terkesan ndeso, tapi kami happy. Biasanya kan cuma jalan-jalan di seputar kota Demak. Kali ini kami berkesempatan keluar kota. Siap-siap bawa bekal di perjalanan. Terutama buat ngatasin si sulung yang suka mabuk kalau berkendara dengan mobil. Jadi siapin kantong plastik yang banyak dan juga obat anti mabuk.

Hari Selasa, jam enam kami sudah siap-siap karena sepertinya anak-anak sudah tidak sabaran. Dan kami sudah di sms kalau bis sudah meluncur dari Bandungrejo. Kami hanya akan menunggu bis di tempat kami. Capek bo kalau harus ikutan kumpul di sana. Setelah menunggu lebih dari setengah jam akhirnya bis yang akan membawa kami melanglang Yogyakarta datang juga. Bis Nusantara berwarna merah. Melihat banyak sekali teman-teman kecilnya putriku langsung saja heboh. Kami kebagian tempat duduk di dekat pintu belakang. Yah, nasib orang datang belakangan…

Baru beberapa menit bis berjalan, aku merasakan ketidaknyamanan. Pak sopir ini membawa bis-nya kasar sekali. Suka ngerim mendadak dan membuat bis oleng kanan kiri dan melompat-lompat tak menentu. Bikin mual dan pusing kepala. Tak heran kalau banyak penghuni bis pada mabuk. Wuekkk. Benar-benar perjalanan yang tidak menyenangkan dari pak sopir yang satu ini.

Padahal Nusantara kan terkenal pengelola bis profesional ya, entah kenapa pak sopir kali ini sangat jauh dari profesional. Benar-benar awal perjalanan yang kurang menyenangkan. Aku sempat kawatir sulungku akan mabuk. Tapi kelihatannya dia baik-baik saja. Dia enjoy menikmati perjalanan ini dan guyon dengan sepupunya yang kebetulan juga ikut piknik. Walau begitu aku selalu wanti-wanti dia kalau ingin muntah hendaknya segera siapin kantong plastik. Heheheh, maklum nih anak udah gak mau duduk sama mama papanya, tapi dia lebih memilih dudukberdesakan di jok belakang bersama sepupunya, dan juga teman-teman lainnya. Sepanjang perjalanan itu aku sangat kawatir akan anak sulugnku. Tapi ternyata justru bungsuku yang malah mabuk. Mungkin dia belum terbiasa jalan jauh. Lihat pohon-pohon berjalan kan bikin pusing kepala. Alhasil aku tutupi matanya pakai sapu tangan. Alhamdulillah enggak mabuk lagi. Namun sayang, dia jadi tidak bisa menikmati perjalanan ini. Padahal bisanya bungsuku ini enggak pernah mabok lho, entahlah kenapa kali ini justru dia yang mabok perjalanan.

Setelah menempuh hampir setengah hari perjalanan dalam guncangan berkendara dari pak sopir yang amat tidak mengenakkan, kami akhirnya sampai juga di museum dirgantara Yogyakarta. Wah, lihat pesawat tempur beneran pada parkir di hanggar, anak-anak heboh bukan main. Begitu juga saat melihat-lihat display di ruang diorama, mereka senang sekali. Maklumlah baru sekali ini lihat pesawat beneran. Kan ceritanya kita dari udik. Jadi maklum lah ya .

Setelah dari museum dirgantara, perjalanan dilanjutkan ke Kebon Binatang Gembira Loka. Sepertinya kebon binatang ini sedang berbenah. Dan hewan-hewan koleksinya juga bertambah. Tahun lalu taman margasatwa ini sepi. Tapi sekarang lumayan ramai oleh pengunjung. Anak-anak heboh melihat harimau, singa, ular, kuda nil, buata, dan ikan arwana yang segede bantal guling. Senang sekali melihat mereka gembira dan bahagia. Hanya saja karena perjalanan sangat tidak mengenakkan, badan rasanya pegal semua. Dan sangat capai. Sehingga niat hendak meluncur di outbond dengan mencoba wahana flying fox kami batalkan. Kaki rasanya dah tidak kuat diajak jalan. Dan kondisi fisik benar-benar error karena perjalanan bis yang tidak mengenakkan. Lepas dari Gembira Loka, kami menuju pusat oleh-oleh. Biasalah geplak sama bakpia. Setelah itu kami transit di Malioboro karena banyak dari peserta penasaran dengan nama jalan yang legendaris itu. Di samping itu hari juga menjelang Maghrib. Jadi sekalian shalat Maghrib di sana. Dan ketika duduk-duduk di emperan mushala, wah, bros kerudungku lepas tanpa aku menyadarinya. Waduh, kenang-kenangan saat wisuda di Jakarta raib. Karena aku baru menyadarinya saat sampai di dalam bis. Huaaaaaa….terpaksa diikhlasin. Ikhlas kok terpaksa ya.

Heran sama jalan Malioboro ini. Ramainya bukan main. Semakin malam bis yang terparkir semakin banyak. Mungkin karena setiap yang datang ke Yogya selalu menjadikan Malioboro sebagai tujuan akhir kunjungan, jadi semakin malam semakin ramai. Seperti juga halnya toko-toko penjual baju yang selalu ramai. Apalagi kalau bukan berburu kaos I Love Jogya.

Lepas dari Malioboro, perjalanan kami lanjutkan menuju ke pusat oleh-oleh salak pondoh. Kali ini langsung datang ke pengepulnya. Namun harga yang ditawarkan lumayan mahal juga. Sembilan ribu rupiah per kilo. Padahal tadi di Malioboro ada pedagang nawarin sepuluh ribu tiga kilo. Tapi salaknya kecil-kecil jadi males beli. Kok di sini di tingkat pengepul malah mahal, ya? Setelah tanya-tanya ternyata di sini kualitas terjamin. Di tanggung mantap. Karena kita boleh nyicip samapi puas. Setelah tawar-menawar akhirnya terjadi kesepakatan harga delapan ribu rupiah perkilo, namun kita tidak boleh milih barang. Gak apa-apalah, orang salaknya manis semua. Aku ja beli sampai 6 kilo. Untuk oleh-oleh.

Lepas dari pengepul salak, hari telah mejelang malam, karena jarum jam telah menunjukkan pukul 19.30. wow, kapan kita nyampe Demak nih? Dah terlanjur capai. Padahal kita harus mampir dulu untuk makan malam nih. Habis makan malam kami terjebak macet selama hampir satu jam di ruas jalan kota Magelang. Lelah, capai, mana aku harus membopong putri kecilku yang tertidur di lenganku, hih, sampai kesemuitan rasanya. Untung suamiku baik hati mau ikut menyangga lenganku hingga aku pun tidak terlalu capai deh…

Lepas dari kemacetan, pak sopir menjalankan mobil dengan gila-gilaan. Sampai-sampai bisa rasanya melompat-lompat. Kepala seperti di ayun-ayun. Perut seperti dikocok. Puih, aku mengkawatirkan sulungku. Kulihat dia mulai payah menahan puyeng. Dan tak ayal, untuk pertama kalinya dia muntah dalam perjalanan ini. Untunglah dia sigap menyiapkan kantong plastik. Hahahaha. Benar-benar not amazing story of my journey. Pak sopir, pak sopir, kira-kira dong…. Masa jalan di jalan tol juga bis seperti melompat-lompat? Mungkin karena saking kencengnya dia nginjak gas. Kan dia udah terlambat banget masuk garasi. Tapi sekali lagi kira-kira dong…

Jam 1 dinihari barulah kami memasuki Demak. Benar-benar full of capek…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar