Saya sungguh
sedih saat dalam pertemuan rutin guru-guru yang membahas lomba porseni
terdengar celetukan “Sebaiknya yang maju mewakili lomba guru PNS saja.” Why? Saya langsung terhenyak. Sedih, kaget. Ada apa dengan guru-guru wiyata seperti kami
ini? Apakah karena kami guru wiyata lalu kami dipandang tidak berpotensi
seperti teman-teman yang telah PNS sehingga kami tidak pantas berpartisipasi
mengikuti lomba?
Kalau aku
pikir-pikir teman-teman yang wiyata itu banyak juga yang ingin maju lomba. Ingin juga
merasakan kompetisi. Tetapi mereka tidak terakomodir dengan baik. Dan mungkin
belum menemukan jalannya. Padahal
potensi mereka tidak kalah bagus dengan yang telah PNS. Bahkan mungkin beberapa
ada yang melebihi.
Padahal
guru-guru wiyata itu khan statusnya sama-sama guru. Tetapi sadar atau tidak
telah terjadi kesenjangan yang amat sangat dikalangan mereka itu. Disamping
soal gaji yang mereka terima juga kesempatan untuk mengembangkan karir semacam
mengikuti perlombaan. Kesempatan mereka sedikit sekali. Padahal tanggung jawab
mereka kan juga sama. Sama-sama mencerdaskan anak bangsa. Beban kerja mereka
juga sama.
Agaknya bagi
guru wiyata jika ingin maju mengikuti perlombaan, kompetisi, carilah yang
independent. Dalam artian tidak perlu menunggu kesempatan dari dinas. Sebab
selama itu berkaitan dengan dinas maka guru PNS lah yang diberi kesempatan
pertama kali.
Demikian juga dalam berorganisasi. dapat dipastikan hampir semua lini ditempati oleh para PNS ini. tidak tahu kenapa. mungkin sudah dari sononya harus begitu.
Jangan
menyerah wahai guru wiyata bhakti. Terus kembangkan potensi diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar