Dalam beberapa bulan ini sepertinya aku hanya disibukkan dengan urusan jalan-jalan di dunia sosial networking. Berkelana dari grup satu ke grup lainnya tanpa menghasilkan apa pun. Memimpikan berbagai macam proyek pribadi namun tanpa adanya usaha yang berarti. Dan hasilnya nol besar. Aku tahu, aku mengerti, namun semua itu tak juga menggugah kesadaranku untuk bergegas dan berkarya dengan memberikan sesuatu yang berarti melalui blog ini. Sudah lama sekali rasanya aku tidak pernah posting hal-hal yang terkait dengan dunia yang aku geluti dan cintai selama ini. Hanya karena aku terlalu sibuk berjalan-jalan di sosial networking dan berharap suatu keajaiban akan menuntunku untuk menghasilkan sebuah karya besar.
Tak ada salahnya dengan sosial networking yang aku ikuti. Karena toh aku berkumpul dengan orang-orang produktif dan keren di bidangnya masing-masing. Seperti misalnya Grup Komunitas Penulis Bacaan Anak yang dihuni oleh para Pabers yang telah menghasilkan karya ciamik. Buku-buku anak yang dahsyat dan menjadi bestseller. Dengan harapan aku dapat sedikit mengais ilmu dan kecipratan hegemoni meriahnya penulisan buku anak. Bagaimanapun aku tidak bisa dipisahkan dari menulis. Kendati aku sering bertanya pada diriku apakah aku ini bisa disebut penulis atau tidak. Mengingat aku belum memiliki karya yang begitu berarti. Belajar menulis pada para sesepuh di Pabers adalah suatu hal yang menyenangkan. Hanya saja kenapa aku ini hanya selalu panas di awal. Dan ujung-ujungnya mati langkah.
Sungguh tak ada salahnya dengan sosial networking, karena dari sana aku menemukan kembali duniaku yang sempat hilang. Dunia tulis menulis. Aku menjadi tertarik untuk mengembangkan minat kepenulisan yang pernah kugeluti. Aku mulai tertarik untuk kembali mengembangkan diri. Hanya saja mungkin aku ini slow learner banget-banget, sehingga belum juga menghasilkan karya berarti. Maafkan daku ya, para guru.
Hanya saja dalam bersosial networking kita juga mesti mendisiplinkan diri sendiri. Jangan sampai dunia sosial networking yang kita jelajahi justru menyita sekian banyak waktu produktif kita yang sedianya direncanakan untuk menulis.
O, sosial networking, dikau bagaikan dua sisi mata pisau yang mesti digunakan dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai dikau melukai.
Lama aku berkecamuk dengan berbagai pikiran dan perasaan. Hingga akhirnya tertuang dalam tulisan ini. Betapa sesungguhnya aku tidak mau mengeluh dan mengeluh. Akan tetapi aku harus melakukannya. Aku harus mengeluarkan sesuatu yang terasa mengganjal dalam hati ini. Dan satu yang mungkin harus kujadikan cambuk, bagaimana para suhu itu berjuang untuk tetap menjadi eksis seperti keadaan mereka sekarang. Kerja keras, dan pantang menyerah. Pantang menyerah, itu yang layak untuk dipelajari.
Semakin lama apa yang kutulis semakin tidak nyambung. Tapi aku tak peduli. Aku menuruti lincahnya jemariku yang mengeluarkan uneg-uneg di kepalaku. Mbak Dian bilang biarlah itu curhatan tak penting, yang pentiing adalah nulis. Terserah yang baca mau atau tidak. This is me! Maaf atas curhat tak pentiing ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar