Ada pemandangan yang berbeda di Ramadhan kali ini. Tiap kali menjelang maghrib tampak anak-anak muda bergerombol sepanjang jalan. Terutama di warung-warung makan, restoran-restoran dan warung makan cepat saji. Ada apa gerangan?
Rupa-rupanya mereka hendak mengadakan acara buka bersama. Atau bahasa kerennya adalah bukber. Acara bukber memang tampaknya tengah menjadi tren di kalangan masyarakat saat ini. Terutama di kalangan para remaja. Bukber telah menjadi tren ibarat jamur yang bermunculan di musim hujan. Dan itu menjadi berkah tersendiri bagi para penjual makanan. Karena yang saya lihat hampir semua restoran, rumah makan bahkan warung tenda di pinggir jalan penuh sesak dengan para peserta bukber ini.
Namun bagaimana acara bukber ini jika ditinjau dari segi syar’i? Apakah lebih bermanfaat ataukah justru mendatangkan mudharat? Minimal dengan acara bukber seperti ini, apakah mereka tidak ketinggalan sholat maghrib, ya? Karena acara bukber seperti ini biasanya menyita waktu yang cukup lama. Ditambah lagi dengan acara guyonan dan ngobrol-ngobrol di antara peserta bukber. Dan terlebih lagi tempat bukber itu juga terkadang jauh dari masjid. Padahal waktu maghrib itu sangatlah singkat.
Selain itu, para peserta bukber itu kebanyakan adalah remaja putra dan putri. Mereka bercampur baur jadi satu. Sehingga menghilangkan batasan antara itu mahram atau bukan. Terkadang saya juga merasa sedih melihat bebasnya pergaulan remaja jaman sekarang yang seolah kebablasan.
Lalu para orang tua itu apakah ya tidak merasa khawatir melepaskan anak-anak mereka di waktu senja hari. Terutama yang memiliki anak-anak gadis nih.
Selain itu hidangan bukber yang kebanyakan kelas resto, juga seolah menghilangkan makna Ramadhan itu sendiri. Di mana dalam bulan Ramadhan ini kita seyogyanya menahan diri dalam segala hal. Termasuk bermewah-mewah dalam menghidangkan makanan untuk berbuka puasa. Masih banyak saudara-saudara kita yang berada dalam kekurangan. Untuk makan saja susah.
Mungkin acara bukber ini diselenggarakan dalam rangka menambah keakraban atau ajang silaturahmi antar sesama. Tetapi saya rasa waktunya sangatlah tidak pas. Namun semua itu berpulang dari masing-masing individu terhadap fenomena bukber yang terjadi selama bulan Ramadhan ini.
kalo menurutku fenomena bukber itu balik lagi ke personal masing maasing sih tujuannya apa. ada yang tujuannya emang menjalin silaturahmi tanpa meninggalkan sholat. ada juga yang cuma jadi temen tongkrongan
BalasHapus