Hari Selasa ini, anak-anak TK Muslimat NU Demak berkesempatan untuk menyaksikan aksi lumba-lumba yang digelar di lapangan tembiring dalam rangka memeriahkan acara Grebeg Besar. Grebeg besar selalu diadakan menjelang lebaran Idul Adha dengan kemeriahan pasar rakyat di kota wali. Dan untuk tahun ini pasar rakyat grebeg besar dimeriahkan dengan kehadiran aksi lumba-lumba yang didatangkan dari Ancol.
Jadi kami seneng sekali. Karena gak perlu capek jauh-jauh ke Ancol untuk menyaksikan aksi si lumba-lumba. Hanya saja tiketnya kayaknya kemahalan nih buat kantong kita-kita. Untuk hari-hari biasa tiket dijual seharga 25 ribu. Sedangkan hari Santu dan Minggu tiket dipatok dengan harga 30 ribu. Gak kebayang kan kalau dalam satu keluarga ada empat atau lebih anggota keluarga. Berapa duit yang mesti dikeluarkan hanya untuk menonton aksi lumba-lumba. Belum lagi pengeluaran yang lain. Tiket masuk kali ini pun jadi mahal banget. Untuk masuk lokasi saja tiket dijual seharga 3000 rupiah untuk hari-hari biasa. Dan 4000 rupiah untuk hari Santu dan Minggu. Nggak heran deh kalau mendekati hari H lokasi besaran masih saja sep. hal ini disebabkan harga tiket masuk yang kelewat mahal. Belum lagi saat ini kota Demak sedang musim paceklik. Sawah-sawah mengering tak tertanami karena tidak ada air. Lha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit, bagaimana mau bersenang-senang nonton grebeg dengan tiket seabreg?
TK Muslimat pun tadinya sempat pikir-pikir dulu. Perlu nggak ya mengajak anak-anak nonton pagelaran lumba-lumba. Mengingat harga tiket yang mahal itu tadi. Dengan jumlah murid 165 berapa duit yang mesti dikeluarkan untuk menonton lumba-lumba? Sempat ada usulan untuk menarik iuran dari wali murid, akan tetapi sempat tarik ulur pendapat juga. Mengingat selama ini kami jika mengadakan suatu pagelaran tidak pernah menarik iuran secara khusus. Karena semua sudah terprogram dalam iuran tahunan. Dan pagelaran lumba-lumba ini sama sekali tidak teragendakan dalam program tahunan. Karena memang tidak tiap tahun ada pentas lumba-lumba. Tahun kemarin tidak ada pentas lumba-lumba. Dan tahun sebelumnya ada.
Dan dengan adanya masukan dari berbagai pihak, akhirnya kami memutuskan untuk mengajak anak-anak nonton lumba-lumba. Masalah pembiayaan diambil solusi tengah-tengah. Yakni separo dari harga tiket disubsidi dari pihak sekolah. Dan separo lagi dimintakan iuran dari wali murid. Setelah disosialisasi, para wali murid pun setuju. Apalagi untuk pagelaran ini jika nonton secara rombongan khusus untuk anak sekolahan hanya dikenakan tiket seharga 15.000 rupiah. Tentu saja banyak wali murid yang setuju. Soalnya kalau nonton sendiri bakalan terkena tiket harga normal, 25 sampai 30 ribuan. Jadi lebih hemat.
Maka diseakatilah hari Senin kami bakalan berangkat nonton lumba-lumba. Hampir semua anak ikut daftar. Bahkan juga sebagian wali murid yang ingin mengantar putranya. Akan tetapi yang terjadi kami tidak jadi nonton hari Senin, karena ternyata di hari keberangkatan, peserta tiba-tiba membludak 2 x lipat. Para orang tua banyak yang ikutan daftar. Total peserta terakhir 275. Dan ternyata ketika konfirmasi ke panitia pelaksaan lumba-lumba, untuk pertunjukan jam sembilan pagi, tiket udah kebooking semua. Jadi tempatnya telah penuh, kagak muat kalau nambah segitu banyak. Akhirnya setelah berdiskusi dengan wali murid, nonton lumba-lumba diundur hari Selasa.
Kendati sempat kecewa sedikit, namun anak-anak tetap antusias. Jadinya hari Selasa kami berangkat rame-rame menuju lapangan tembiring. Kami ke sana dengan berjalan kaki karena sekolah kami cukup dekat dengan lokasi grebeg besar.
Jam sepuluh pagi pertunjukan dimulai. Acara dibuka dengan penampilan sepasang linsang bernama Timbul dan Maryati. Si Timbul dan Maryati ini menghibur anak-anak dengan kelucuannya. Menaikkan bendera, membuang sampah ke keranjang sampah, mendorong gerobak bakso, memasukkan bola ke dalam keranjang, joget dangdut, ma berjalan di rolling log. Sesudah itu anak-anak dihibur dengan aksi singa laut bernama Jono. Wah, cukup besar juga singa laut ini. Baru lihat realnya. Biasanya cuma lihat di televisi. Singa laut ini juga sangat menghibur anak-anak dengan sikap lucunya. Tepuk tangan, main bola, berdiri dengan kaki depannya sampai menjawab pertanyaan berhitung.
Dan terakhir adalah aksi yang paling ditunggu-tunggu. Yakni sepasang lumba-lumba. Saya lupa siapa namanya. Seru dan menghibur. Bisa juga foto dicium lumba-lumba. Hanya saja harganya mahal banget. Tiga puluh ribu untuk sekali foto dicium lumba-lumba dengan ukuran 5 R. Mahal banget.
Menyaksikan aksi lucu si lumba-lumba, sempat juga tergelitik tanya. Tuh air yang dipakai air laut asli kagak, ya? Atau hanya air biasa yang di campur garam ma zat kimia? Kan mereka butuh air banyak banget. Karena kolamnya lumayan besar. Sesuai nggak ya sama habitat aslinya? Capek nggak sih si lumba-lumba dan temennya itu mesti beraksi tiap hari begitu. Kasihan juga ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar