Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Rabu, 16 Desember 2015

#Goes to Malang 3: Perpisahan yang Mengharukan di Masjid Turen

Serambi Pondok Pesantren
Habis dari wisata petik apel di Batu kami menuju Turen. Tujuan kami adalah mengunjungi Masjid Tiban di kawasan Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang–Jawa Timur. Aduh namanya panjang sekali. Maafkan kalau ada salah tulis yach. Disebut Masjid Tiban karena konon masjid ini tiba-tiba ada. Tapi semua itu juga hanya cerita. Masjid ini didirikan langsung oleh pemilik yang sekaligus pengasuh pondok pesantren yaitu KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat Alam, sering disebut dengan Romo Kyai Ahmad.

Masjid Tiban yang terkenal itu
Dari Batu ke Turen berarti jauh ke arah selatan. Perjalanan dari Batu ke Turen lumayan lama juga. Dhuhur kami baru tiba di Turen. Dan yang pertama kali aku ucapkan melihat bangunan pesantren Turen ini, Wow, Amazing. Luar biasa. Meskipun bangunan masih dalam tahap pemugaran, namun kelihatan sekali kalau bangunan ini sangat luar biasa. Melihat megahnya bangunan dengan tekstur keramik warna biru, kita serasa terdampar di negeri giok.

Area Sholat di lantai 1



Bangunan pesantren ini juga sangat luas. Area parkirnya luas. Dan ada pula rest area untuk para sopir. Dan parkir di sini gratis lhoh. Demikian pula masuknya. Kita hanya perlu lapor dan nanti dikasih kartu. Kalau kita pulang kartu ini kita kembalikan. Ibaratnya kalau orang bertamu itu kan pakai permisi, demikian pula kalau pulang ya harus pamit. Saat itu banyak sekali pengunjung yang datang. Parkiran sampai penuh. Demikian pula dengan pengunjung yang berjalan kaki.

Tak beda dengan bangunan pesantrennya, bangunan toilet-nya pun terkesan unik. Serasa di jaman kerajaan dahulu kala. Karena sudah tiba waktu dhuhur, kamipun melaksanakan sholat berjamaah dahulu. Habis itu langsung mencari lokasi yang nyaman buat acara perpisahan.


Foto bersama

Setelah berkeliling komplek pesantren, kami akhirnya mengadakan acara perpisahan di emperan pondok. Maunya di tingkat atas, tetapi para pengurus yayasan yang sudah sepuh tidak sanggup kalau harus naik tinggi-tinggi.
Perpisahan kali ini cukup mengharukan. Sedikit sambutan dari pengurus yayasan. Dan sepatah kata dari guru yang mutasi. Disertai wejangan tentunya. Lalu diakhiri dengan penyerahan cindera mata. Waduh, pakai basah nih mata. Saingan dengan gerimis yang tiba-tiba turun membasahi area pesantren.


Jalan-jalan mengitari komplek pesantren

Habis acara perpisahan maunya kita keliling-keliling pesantren. Karena konon di lantai 7 dan 8 ada pusat perbelanjaan yang dikelola para santri. Oh ya bangunan pesantren ini ada 10 tingkat lho. Tingkat 1 sampai 4 digunakan untukkegiatan para santri. Ada pusat penjualan souvenir juga di lantai 1. Ada pula pajangan akuarium raksasa. Terus di lantai 2 sampai 6 mata dimanjakan dengan pahatan kaligrafi yang menawan. Dan dari lantai 9, 10 kita bisa melihat pemandangan kota Malang yang asri kehijauan.

Hanya sayangnya nih, kita nggak keliling sampai sana. Mengingat waktu sudah semakin siang, dan esok hari kami sudah harus sampai di Demak. Bahkan beli oleh-olehpun cepat-cepat. Kami belinya di Lancar Jaya. Harganya lebih miring. Kendati semua oleh-oleh di sini harganya lebih miring dibanding di kota kami. Yah, kan sini pusatnya ya. Kerpik apel, keripik nangka, keripik telo madu, keripik salak, brem, dan yang tak boleh lupa, sari apel.


Narsis dulu ya
Lepas itu kami melanjutkan perjalanan menuju pulang. Lalu kami menyempatkan diri mampir di Makam Sunan Ampel, walau sebentar. Takut besok pagi belum nyampai Demak. Padahal besok dah mulai KBM. Di perjalanan pulang, diusahakan untuk merem, istirahat.
Dan alhamdulillah, Subuh saya sampai di rumah. Suami dah nunggu di depan gapura buat mbantuin membawa oleh-oleh. Hihihi, ternyata banyak juga bawaannya. Padahal kan tadi tekadnya nggak bakalan beli banyak oleh-oleh. Namanya emak-emak, lihat temannya beli, kok kayaknya asyik ya ngikut saja. Hadeuh, see u.

Sebelumnya di sini

2 komentar: