Pagi-Pagi Sarang dah Rapi |
Tiap pagi saat membuka daun jendela, sebuah jaring rapi telah tersusun di antara pohon kemuning. Di sana Bu Laba-Laba yang super rajin itu siap menunggu mangsanya. Kenapa aku bilang super rajin. Karena pagi-pagi sekali sarangnya sudah rapi jali, baru selesai dianyam. Begitu setiap pagi.
Laba-laba itu sengaja kami biarkan membangun sarang di antara pohon kemuning di samping daun jendela. Biar dia bantuin aku buat nangkapin nyamuk dan juga lalat-lalat nakal yang suka berseliweran. Simbiosis mutualisme, kan. Karena tiap hari ada saja lalat, nyamuk, bahkan kupu-kupu pernah terjebak di sarang Bu Laba-Laba ini.
Bayi Laba-Laba |
Dan yang lebih mengagumkan lagi, Bu Laba-Laba ini cacat. Dua kakinya hilang. Jadi dia hanya memiliki enam kaki. Tetapi walau pun hanya memiliki enam kaki Bu Laba-Laba sangat gesit menangkap mangsa. Begitu ada serangga terperangkap, dengan cekatan dia segera menangkap mangsanya itu. Kalau mangsanya cukup besar, maka Bu Laba-Laba akan membungkus mangsanya itu dengan jaring-jaringnya. Kalau mangsanya sudah tak berdaya atau mati, baru dihisap cairan tubuhnya sama Bu Laba-Laba. Wah, ngeri juga, ya. Tapi itulah kodratnya sebagai laba-laba.
Laba-laba itu cukup lama bersarang di pohon kemuning samping jendela. Sampai-sampai kami melihat laba-laba itu beranak pinak. Tetapi setelah menetas, aku tidak melihat anak-anaknya bersarang di sana. Mungkin berpindah tempat mencari tempat bersarang yang baru. Atau mungkin juga tidak bisa bertahan dari para predatornya.
Aku pun tertarik untuk menunjukkan laba-laba itu kepada anak-anak. Biar mereka belajar dari Bu Laba-Laba itu. Kira-kira apa sih yang bisa dipelajari dari Bu Laba-Laba si kaki enam itu?
Laba-laba di samping jendela |
Laba-Laba Kaki Enam |
Dan yang pasti, nyamuk dan lalt yang hendak masuk ke rumah melalui jendelaku yang terbuka jadi berkurang karena da perangkap jaring laba-laba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar