Kejadian ini aku alami saat pulang dari sekolah. Aku bersama putri kecilku yang baru duduk di TK menumpang sebuah angkot jurusan Demak-Gajah. Aku sudah terbiasa pergi dan pulang mengajar menggunakan angkutan umum ini. Dan selama ini keadaan selalu aman-aman saja. Siapa sangka aku akan mengalami kejadian naas itu. Kecopetan!!!
Saat itu pukul 11 siang. Penumpang dalam angkot hannya beberapa gelintir anak SMP dan SMA. Aku duduk di sisi sebelah kanan mobil. Seperti biasa jika pulang sekolah putriku sudah dalam kondisi ngantuk. Hingga kerapkali ia tertidur dengan bersandar di pangkuanku. Tas kerjaku aku bawa di bahu kiri, sementara tas anakku aku pangku.
Angkot terus berjalan pelan. Satu demi satu penumpang turun. Lalu tinggallah aku dan 3 orang anak SMP. Di jembatan Desa Cabean, naik seorang laki-laki. Penampilan laki-laki ini cukup rapi, bersepatu, dan terkesan ramah, karena dia sempat melempar senyum ke arah para penumpang. Dengan naiknya laki-laki ini aku masih belum punya firasat apa-apa.
Beberapa puluh meter kemudian mobil kembali berhenti. Dan kali ini naik pula seorang laki-laki tinggi besar, dan rapi, bersepatu, berpotongan rambut rapi, menjinjing sebuah tas laptop. Laki-laki ini duduk di sebelah kananku. Masih belum ada reaksi apa-apa. Kecuali laki-laki yang pertama tadi menuding-nuding anakku yang setengah mengantuk. Lalu mobil kembali berhenti dan kembali naik seorang laki-laki dengan penampilan juga sangat rapi, bersepatu dan menjinjing sebuah tas sebagaimana laki-laki yang kedua. Dalam benakku bertanya siapa orang-orang ini. Namun aku cuek saja.
Lalu laki-laki yang naik terkhir ini mulai bertingkah. Mulanya dia duduk di sebelah kananku, lalu pindah di depanku, dan terakhir pindah ke sebelah kiriku. Kemungkinan dia mencari sasaran. Dan rupanya menemukan tasku yang aku jinjing di pundak kiriku. Namun aku tidak merasakan firasat apa-apa. Dan tahukah apa yang terjadi kemudian??
Laki-laki ayng pertama naik tadi mulai batuk-batuk. Aku merasa batuknya seperti dibuat-buat atau dipaksakan. Dia mulai batuk-batuk kencang, meludah, dan mulai hendak muntah. Jijai deh melihatnya. Dia menanyakan tisu padaku, dan aku bilang tidak ada karena aku memang tidak pernah membawa tisu dalam tasku.
Laki-laki yang duduk di sebelah kiriku (tepat di sebelah tasku) mulai ngomel-ngomel pada laki-laki yang muntah tadi. Aku tidak tahu bahwa semua ini hanya trik mereka saja. Aku tidak sadar kalau laki-laki yang duduk di sebelah kiriku mengobok-obok tasku, karena aku konsentrasi menjaga anakku yang hamper terkena muntah. Masyaallah, saat yang menjijikkan. Dan aku bersyukur saat mobil sampai di jembatan tempat biasa aku turun. Aku sempat melirik tasku, masih posisi tertutup, jadi aku tidak curiga. Gerombolan ini bahkan sempat menyapaku, “Turun di sini, Bu?”
Aku pun menjawab, “Ya,”
Tak ada kecurigaan sama sekali kalau dompetku ternyata telah raib digondol para pencopet itu. Aku baru mebyadari dompetku hilang ketika aku hendak membeli sesuatu di warung tetanggaku. Melihat dompetku tak ada aku masih mencoba untuk tenang, barangkali terselip. Dan kepanikanku menjadi ketika tas kubongkar dan dompet tetap tidak ada. Pikiranku langsung tertuju pada tiga laki-laki aneh dalam angkot tadi. Masyaallah, Aku kecopetan. Aku pun teringat dengan perkataan suamiku, bahwa menjelang lebaran seperti ini banyak kejadian seperti itu dalam angkot.
Seluruh uang jatah bulanan dari suami, honor mengajar plus THR dari sekolah yang baru saja aku terima, KTP, 2 buku tabungan, 2 kartu ATM, Kartu NPWP, 4 kartu perpustakaan milikku, anak-anak, dan suamiku raib bersama dengan dompet. Masyaallah, lututku berasa gemeter.
Aku langsung menelpon suamiku. Dia kemudian pulang untuk mengantarku membuat laporan pengaduan ke polisi. Aku harus memiliki surat keterangan kehilangan untuk memblokir ATM-ku. Mudah-mudahan belum kebobolan.
Astaghfirullah, aku hanya bisa beristighfar. Dan hanya terus bisa beristighfar. Apa yang bisa aku lakukan dengan barang yang sudah hilang seperti itu. Aku ingin menangis, namun aku tak mampu. Tega nian para pencopet itu. Mereka tega menyuapkan api neraka kepada keluarganya demi kesenangan sesaat. Masyaallah, semoga aku kuat menerima cobaan ini.
Thanks to my hubby yang begitu pengertian. Begitu sabar menenangkan diriku, dan sama sekali tidak marah atau pun menyalahkan diriku atas keteledoran yang aku buat. Mudah-mudahan Allah memudahkan jalanku, dan memberi ganti rejeki yang lebih barokah.
Buat para pengguna angkot, tingkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian.
Go to hell para pencopet!!!
ya Allah.. yamg tabah ya mbak.. Semoga dpt rejeki yg lebih baik setelah ini.. Amin..
BalasHapusAmin ya Rabb. Terima kasih atas doanya Ke2nai. :)
BalasHapus