Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Sabtu, 30 Juni 2012

PENULIS, AYO NAIK KELAS!

Artikelku yang dimuat di pesantren penulis. Simak, ya, :)


Menerbitkan karya tulis menjadi sebuah buku merupakan impian setiap orang yang memiliki hobby menulis (hehe, merasa belum pantas untuk menyebut diri sebagai penulis).Tak terkecuali diriku. Namun menerbitkan sebuah buku tidaklah semudah membalik telapak tangan. Terlebih bagi pemula seperti diriku.


Kehadiran lomba menulis dengan hadiah naskah pemenang akan dibukukan, lumayan memberi angin segar bagi penulis pemula yang ingin menerbitkan buku. Sekalian sebagai ajang untuk menjajal kemampuan menulis. Kehadiran naskah antologi tidaklah buruk. Dari sana kita bisa belajar menulis tepat waktu. Karena lomba-lomba seperti itu pastilah ada dead line yang harus dipenuhi. Lumayan menantang bagi penulis yang memiliki sifat moody macam diriku ini. Artinya menulis karena ada dead line.


Aku mulai akrab dengan lomba antologi itu sekitar tahun 2011. Karena tahun itu memang sudah jadi tekadku bahwa aku harus memiliki karya yang diterbitkan. Selain sebagai ajang pembuktian diri bahwa ternyata aku bisa, juga untuk menambah point portopolio. Pertama kali ingin menulis buku memang terdorong oleh kebutuhan akan point portopolio. Aku seorang guru. Dan untuk diakui sebagai guru professional aku harus memiliki karya. Dan salah karya fenomenal bagi guru adalah kalau dia bisa menulis buku. Itu menurutku sih.



Kalau kemudian dari penerbitan buku itu mulai terpikirkan hal-hal yang bersifat materi itu mulai timbul belakangan saja. Saat mulai menyadari bahwa dengan bergabung bersama proyek antologi aku ternyata tidak mendapat kepuasan seperti apa yang aku inginkan. Hanya melihat nama kita ada di antara sekian banyak penulis memang menyenangkan juga. Akan tetapi rasanya masih ada yang kurang.


Maka setelah terkumpul dua puluhan antologi di tahun 2011 aku lalu mulai berpikir untuk menerbitkan buku solo. Ada dorongan dalam diri bahwa aku harus berhenti mengejar lomba menulis antologi. Mungkin kejenuhan, dan perasaan kurang puas itu tadi. Juga adanya dorongan dalam diri bahwa aku harus naik kelas. Bukan berarti para penulis antologi itu tidak berkelas. Ada juga penulis antologi yang memiliki kelas seperti Asma Nadia atau juga Gola Gong. Jadi sebelum memutuskan untuk mengikuti lomba antologi, lihat dulu siapa PJ-nya, bagaimana perjanjiannya, apa yang akan kita dapatkan setelah buku terbit? Jadi sekali lagi selektif. Jangan sampai pula terjebak pada antologi yang berbayar. Untuk yang satu ini aku pernah terjebak juga. Saat itu karena tuntutan dari komunitas kepenulisan yang aku ikuti.


Itu adalah sekelumit perjalananku dalam meniti karir kepenulisan. Mudah-mudahan bermanfaat.


2 komentar:

  1. wah ini masukan yang sangat berguna skali bagiku yng juga punya hoby dan obsesi sebagai penulis beneran, makasih yah bu........infonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senang sekali kalau Bu Nining suka dengan tulisan ini. Mari naik kelas bersama-sama, Semangat, dan salam kenal, :)

      Hapus