Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Selasa, 12 Januari 2010

HIDUP PULUHAN TAHUN, MATI SIA-SIA

Menyaksikan berita di Metro TV beberapa hari yang lalu tentang ular piton terbesar yang ditemukan di suatu daerah di Sulawesi, saya merasa sangat gelo. Kenapa? Karena ular sebesar itu kenapa harus di bunuh? Kenapa tidak dibiarkan hidup untuk mengukir kesaksian sejarah anak-anak kita tentang ular piton terbesar yang ditemukan itu? Kenapa tidak diusahakan untuk ditangkap hidup-hidup? Kita kan sudah punya pawang ular, Panji. Kenapa tidak memanggil dia? Masuk akal nggak sih



Entahlah. Cuma rasanya gelo saja melihat ular itu mati. Rasa-rasanya kita jadi kurang menghargai ragam kehidupan yang kita punyai di negeri ini. Begitu mudahnya kita membantai suatu kehidupan yang sepertinya menakutkan bagi kita. Sepertinya akan mendatangkan bahaya buat diri kita. Sepertinya....padahal belum tentu seperti yang kita pikirkan.
Saya dan anak-anak saya suka menyaksikan film dokumenter macam killer instinc, crocodile hunter dan national geografic. di situ kami melihat bagaimana para ilmuan itu memperlakukan anaconda di daratan amazon dan juga bagaimana Rob Bridel menangkap ular. Kadang si crocodile hunter Steve Irwin menangkap ular. Terakhir saya cukup gembira bersama anak-anak melihat Panji menaklukan ular.
Pernahkah kita terpikir bahwa untuk mencapai ukuran sebesar itu (panjang mencapai 8 meter dengan besar tubuh seusia anak 3 tahun), membutuhkan waktu berpuluh tahun bagi sang ular. Dan itu pasti butuh perjuangan tersendiri bagi sang ular karena sampai sebesar itu baru tertangkap manusia ketika sang ular hendak berburu makanan terakhirnya? Sayang sekali memang.
Saya bukan pengagum ular dan juga bukan penggemar ular. Malahan saya jijik lihat ular dan nggak mau dekat-dekat dengan ular. Tapi saya akan merasa cukup senang bisa melihat ular sebesar itu bersama anak-anak saya, walau cuma di kerangkeng kandang kebun binatang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar