Minggu, 15 November 2015
Nostalgia Pohon Kersen
Pohon kersen memiliki kenangan tersendiri. Ia mewarnai hari-hari masa kecilku. Di mana pada masa sehabis pulang sekolah aku selalu menghabiskan waktu bersamanya. Bergelantungan pada dahannya yang kokoh, membaca buku, tiduran di bawah kanopinya yang teduh. Dan tentu saja tak lupa memetik buah-buah merah pohon kersen yang begitu menggoda. Pohon kersen memiliki ceritanya tersendiri.
Pernah suatu ketika aku ketiduran di dahan kersen saking rimbun daunnya terasa begitu menyejukkan. Pernah pula ulat bulu nakal membuat gatal sekujur tubuhku. Semua terjadi di atas pohon kersen.
Kini pohon kersen tetap memiliki kisahnya sendiri. Daunnya yang rimbun membentuk kanopi yang indah. Dan buahnya yang merah seperti buah cherry itu selalu berhasil membuat mata mendongak kala kita lewat di bawahnya. Hampir semua teman-temanku akrab dengan yang namanya pohon kersen. Sering kami sepulang sekolah bercengkrama riang di atas pohon kersen. Pohon kersen dengan buahnya yang manis tak akan mungkin mampu ditolak oleh anak-anak, bukan? Apalagi bentuknya mirip buah cherry. Aha, tapi masa kecilku mana ngerti sama buah cherry.
Pohon kersen ini sangat luar biasa sekali lho. Dia bisa tumbuh dengan mudah di sembarang tempat. Di pekarangan, di pinggir jalan, di tepi kali, bahkan di atas bangunan berbatu. Pohon kersen bisa tumbuh dengan subur. Tak perlu menunggu terlalu lama, pohon ini akan memberikan manfaatnya buat kita. Bahkan tanpa perawatan intensif sekalipun. Hmm, dulu pohon kersen hanya di pandang sebelah mata saja alias tak dianggap.
Dan kini seiring dengan kemajuan jaman dan berbagai penelitian yang dilakukan para ahli, pohon kersen memiliki khasiat yang beragam. Daunnya sangat manjur menggempur penyakit diabetes. Demikian pula buahnya.
Bahkan ada yang bercerita, kalau penyakit gulanya berangsur membaik dengan mengkonsumsi rebusan daun kersen. Subhanallah, ternyata kalau kita mau meneliti lebh jauh, segala sesuatu yang diciptakan Allah itu pastilah ada manfaatnya. Kendati sebelumya tidak terlintas sama sekali dalam pikiran kita.
Sekarang hampir tiap minggu pagi, saat jalan-jalan pagi keliling kampung kami selalu menyambangi pohon kersen. Karena anak-anakku juga suka dengan buah kersen ini. Wah, betapa aku ingin menanamnya di pekarangan rumah. Sayang sekali nih, gak ada tempat lagi. Pekarangannya sempit. By the way, pohon kersen ini selalu penuh dengan cerita seru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
waah... itu kersennya udah sampe merah gitu, pastinya maniis :)
BalasHapusManis banget Mbak Santi Dewi. Mantap, jadi ketagihan tiap minggu pagi metik buah kersen, :)
HapusNumpang nanya, Mbak, yang betul kersen atau kresen ? Jadi penasaran nih.
BalasHapusKalau di Wikipedia sih kersen Mbak Iis. Kalau di tempatku sih nyebutnya keres, hihihi.
HapusTp klo ada pohon kersen.banyak ulat bulu yg bertebaran..
BalasHapus