Penerimaan raport dan ijazah telah usai. Dan di antara wali murid yang datang untuk pengambilan raport, satu dua terselip membawa bingkisan untuk guru. Bingkisan itu dimaksudkan sebagai kenang-kenangan dari anak yang hendak naik SD atau naik ke kelompok B. Mungkin pula sebagai ucapan terima kasih karena merasa anaknya telah dibimbing dan dididik selama satu tahun oleh ibu guru yang bersangkutan.
Dan sebagai manusia biasa, guru juga senang-senang saja menerima bingkisan. Siapa sih yang nggak senang diberi hadiah. Selain sebagai bentuk perhatian dari wali murid atas jerih payah kita, juga menunjukkan seberapa besar arti kita bagi wali murid itu.
Namun ada hal lain lagi yang menjadi ganjalan karena bingkisan tersebut. Ada perasaan tidak enak juga saat menerima bingkisan itu. Terutama jika bingkisan itu bersifat perseorangan. Lain halnya kalau semua rekan guru mendapat bingkisan yang sama. Itu sih tidak terlampau menjadi beban pikiran. Tapi kita juga tidak bisa mengharapkan wali murid yang berniat memberi bingkisan hendaknya memberi sejumlah guru yang ada. Karena itu juga terkait dengan dana dan kemampuan dari masing-masing wali murid.
Tapi sungguh, jika bingkisan itu bersifat perseorangan, kita merasa sangat tidak enak hati. Pertama dengan rekan sesama guru yang tidak menerima. Kedua sungkan dengan wali murid lain yang tidak memberikan bingkisan. Karena memberikan bingkisan itu juga tergantung dari keinginan wali murid itu sendiri.
Selain itu bingkisan bisa menghilangkan obyektivitas dari sang guru penerima dalam memberikan perlakuan terhadap anak-anak. Tidak mustahil anak yang orang tuanya memberikan bingkisan akan diperlakukan sedikit berbeda dibandingkan teman-temannya yang lain. Itu sangat mungkin. Tahun ini sendiri saya mendapatkan satu bingkisan secara personal. Dan tiga bingkisan secara menyeluruh bersama rekan guru yang lain. Rasanya sungguh tidak mengenakkan. Bukannya kami tidak berterima kasih. Karena bagaimanapun ini adalah rejeki.
Tapi demi rasa keadilan, lebih baik jika pemberian bingkisan untuk guru di akhir tahun itu ditiadakan. Hal itu bisa dipertegas lewat surat edaran dari sekolah. Sudah tugas dan kewajiban seorang guru untuk memberikan ilmunya, membimbing dan mendidik murid-muridnya dengan tulus ikhlas. Dan kalaupun mengharap balasan, biarlah itu hanya dari Allah semata yang akan menilai kinerja kita. Layak tidak kita mendapatkan sertifikasi dari Allah. Sehingga kita bisa menabung di Bank Central Akhirat sebagai bekal kita dalam meniti kehidupan berikutnya.
Jadi stop memberikan bingkisan pada guru. Itu lebih baik.
saya juga dapat bingkisan dari orang tua murid. Mbak dapat banyak ya...
BalasHapusNggak juga Mbak Iis. Ada juga sih yang ngasih. Tapi jadi nggak enak banget nerimanya.
Hapus