Artikel berikut ini dicopas dari web Abaca.
Selamat Membaca...
Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya masih mengajar Matematika di sebuah SMP dan berkeliling untuk mengecek pekerjaan murid-murid saya, saya menemukan beberapa siswa tidak mengerjakan PR disebabkan alasan yang tidak dibenarkan. Saya menanyai satu per satu mengapa mereka tidak mengerjakan tugas yang saya berikan padahal saya tidak menuntut agar siswa mengerjakan dengan benar.
Bagi saya yang terpenting adalah proses. Saya sangat mengedepankan proses, dan bukan hasil untuk kesuksesan anak didik saya.
Sehingga bagi saya, bukan nilai 100 yang saya cari, tapi bersedia mengerjakan PR dengan jujur sesuai kemampuannya itu jauh lebih baik daripada menyontek atau tidak mengerjakan PR. Akhirnya saya menanyai siswa-siswa saya yang berjumlah 40 dalam satu kelas. Saya menemukan dari 10 anak yang tidak mengerjakan PR itu ada sekitar 8 anak yang beralasan kalau mereka main PS atau nonton TV atau game hingga lupa waktu. Sisanya, beralasan harus membantu Ibunya bekerja membanting tulang.
Di dunia modern, anak-anak kita seolah menjadi sasaran empuk game dan tontonan yang tidak mendidik, dan cenderung membuat anak tidak mau belajar dan menjadi pemalas. Bagaimana kita bisa mengubah anak-anak ini jika malas sudah menjadi karakternya, dan membuat alasan untuk membenarkan tindakannya yang keliru itu agar selalu bisa menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.
Seorang Psikoanalis ternama, Bruno Battelheim menyatakan bahwa pencapaian suatu bidang membutuhkan karakter disiplin pribadi sebagai berikut: menekan prinsip kesenangan sebagai contoh lebih mendahulukan mengerjakan pekerjaan rumah daripada menonton TV, dll. Banyak anak dan remaja yang belum mengetahui cara menunda kepuasan dan akan membuat mereka kesulitan untuk memenuhi keinginan sekolah dalam berkonsentrasi pada pelajaran.
Menurut para ahli anak-anak yang mudah mendapatkan apa yang diinginkannya dalam waktu singkat (sebagai contoh ingin apa saja selalu dibelikan/dikabulkan oleh orangtuanya) maka mereka ini akan kesulitan bekerja untuk tujuan jangka panjang. Imbasnya mereka akan kesulitan merengguk sukses karena hampir semua kesuksesan (dalam hal apa saja) memerlukan proses jangka panjang.
Daripada bersaing dengan gadget secara terus menerus seperti tidak berkesudahan, ambil alihlah gadget dan secara perlahan perkenalkan abaca kepada anak-anak Anda. Lakukan pendekatan yang halus, tidak memaksa tapi berusaha membujuk dengan cara yang halus agar anak Anda bersedia bekerja sama dengan Anda.
ABACA ini full game. Tapi tidak cuma dapat gamenya saja, tapi juga dapat materinya. Berikut ini testimony dari Bunda Arum, yang anaknya kecanduan game ABACA tingkat “dewa”, sampai-sampai tidak mau berhenti belajar karena nyandunya, mengalahkan game Angry Bird . Padahal anaknya Bunda Arum ini sebelumnya susah banget disuruh belajar, sudah pernah mencoba belajar menggunakan buku, malah bukunya dilempar.
Simak testimony keren berikut dari Bunda Arum, semoga terinspirasi.
Diena Ulfaty
Owner, Produsen dan Penemu ABACA Flashcard
Ingin anaknya kecanduan belajar seperti putranya Bunda Arum?
Hubungi 085867486151
Penawaran spesial menanti anda.
Terbuka peluang untuk menjadi reseller dan agen
Jangan sampai keduluan
Karena keagenan hanya dibatasi satu orang per kecamatan
Buruan, ya…
waaah sangat membantu yaa sudah ada testimoni nya juga :)
BalasHapusnice to meet you all guys ..please visit me back..
BalasHapus