Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Minggu, 20 Desember 2015

Jenis Pisang Pengaruhi Warna pada Bunga Mawar

Mawar Cantikku

Beberapa waktu lalu seperti biasanya. Tiap pagi usai jemur baju, aku pasti cek-cek si bunga mawar. Alhamdulillah, dua kuntum siap mekar di hari itu. Bonus buat pecinta tanaman seperti aku adalah ketika melihat tanamanku berbunga.

Namun ada yang lain ceritanya dari mekarnya si mawar kali ini. Apa ya? Ternyata setelah aku perhatikan, warna bunga mawarku kali ini kelihatan lebih gelap. Kalau kemarin-kemarin warnanya kan merah merona. Tapi mekar kali ini warnanya menjadi merah magenta. Wow, keren.

Warna lebih Gelap
Dengan nutrisi kulit pisang hijau


Lalu aku ingat-ingat, aku kasih nutrisi apa ya buat si mawar kemarin/ seperti biasanya sih, seminggu sekali aku kasih potongan kulit pisang. Dan biasanya aku kasih si mawar kulit pisang raja. Tapi kemarin aku beri dia kulit pisang hijau. Dan rupanya itulah yang membuat warna si mawar jadi berbeda. Ternyata jenis pisang mempengaruhi warna pada bunga mawar.

Warna lebih gelap
Jadi tertarik nih buat nyoba macam-macam jenis pisang buat si mawar. Gak ribet kok. Kita yang makan pisangnya, si mawar kebagian kulitnya. Dan bonusnya kita di kasih lihat bunga-bunga yang semarak dan semerbak mewangi. Jadi kalau makan pisang jangan buang kulitnya sembarangan ya. Bisa bikin orang kepleset. Lebih baik benamkan di media tanam si mawar. Hasilnya….

Lihat dan buktikan sendiri, ya


Nutrisi non kulit pisang hijau





Baca Selengkapnya....!

Rabu, 16 Desember 2015

#Goes to Malang 3: Perpisahan yang Mengharukan di Masjid Turen

Serambi Pondok Pesantren
Habis dari wisata petik apel di Batu kami menuju Turen. Tujuan kami adalah mengunjungi Masjid Tiban di kawasan Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang–Jawa Timur. Aduh namanya panjang sekali. Maafkan kalau ada salah tulis yach. Disebut Masjid Tiban karena konon masjid ini tiba-tiba ada. Tapi semua itu juga hanya cerita. Masjid ini didirikan langsung oleh pemilik yang sekaligus pengasuh pondok pesantren yaitu KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al Mahbub Rahmat Alam, sering disebut dengan Romo Kyai Ahmad.

Masjid Tiban yang terkenal itu
Dari Batu ke Turen berarti jauh ke arah selatan. Perjalanan dari Batu ke Turen lumayan lama juga. Dhuhur kami baru tiba di Turen. Dan yang pertama kali aku ucapkan melihat bangunan pesantren Turen ini, Wow, Amazing. Luar biasa. Meskipun bangunan masih dalam tahap pemugaran, namun kelihatan sekali kalau bangunan ini sangat luar biasa. Melihat megahnya bangunan dengan tekstur keramik warna biru, kita serasa terdampar di negeri giok.

Area Sholat di lantai 1



Bangunan pesantren ini juga sangat luas. Area parkirnya luas. Dan ada pula rest area untuk para sopir. Dan parkir di sini gratis lhoh. Demikian pula masuknya. Kita hanya perlu lapor dan nanti dikasih kartu. Kalau kita pulang kartu ini kita kembalikan. Ibaratnya kalau orang bertamu itu kan pakai permisi, demikian pula kalau pulang ya harus pamit. Saat itu banyak sekali pengunjung yang datang. Parkiran sampai penuh. Demikian pula dengan pengunjung yang berjalan kaki.

Tak beda dengan bangunan pesantrennya, bangunan toilet-nya pun terkesan unik. Serasa di jaman kerajaan dahulu kala. Karena sudah tiba waktu dhuhur, kamipun melaksanakan sholat berjamaah dahulu. Habis itu langsung mencari lokasi yang nyaman buat acara perpisahan.


Foto bersama

Setelah berkeliling komplek pesantren, kami akhirnya mengadakan acara perpisahan di emperan pondok. Maunya di tingkat atas, tetapi para pengurus yayasan yang sudah sepuh tidak sanggup kalau harus naik tinggi-tinggi.
Perpisahan kali ini cukup mengharukan. Sedikit sambutan dari pengurus yayasan. Dan sepatah kata dari guru yang mutasi. Disertai wejangan tentunya. Lalu diakhiri dengan penyerahan cindera mata. Waduh, pakai basah nih mata. Saingan dengan gerimis yang tiba-tiba turun membasahi area pesantren.


Jalan-jalan mengitari komplek pesantren

Habis acara perpisahan maunya kita keliling-keliling pesantren. Karena konon di lantai 7 dan 8 ada pusat perbelanjaan yang dikelola para santri. Oh ya bangunan pesantren ini ada 10 tingkat lho. Tingkat 1 sampai 4 digunakan untukkegiatan para santri. Ada pusat penjualan souvenir juga di lantai 1. Ada pula pajangan akuarium raksasa. Terus di lantai 2 sampai 6 mata dimanjakan dengan pahatan kaligrafi yang menawan. Dan dari lantai 9, 10 kita bisa melihat pemandangan kota Malang yang asri kehijauan.

Hanya sayangnya nih, kita nggak keliling sampai sana. Mengingat waktu sudah semakin siang, dan esok hari kami sudah harus sampai di Demak. Bahkan beli oleh-olehpun cepat-cepat. Kami belinya di Lancar Jaya. Harganya lebih miring. Kendati semua oleh-oleh di sini harganya lebih miring dibanding di kota kami. Yah, kan sini pusatnya ya. Kerpik apel, keripik nangka, keripik telo madu, keripik salak, brem, dan yang tak boleh lupa, sari apel.


Narsis dulu ya
Lepas itu kami melanjutkan perjalanan menuju pulang. Lalu kami menyempatkan diri mampir di Makam Sunan Ampel, walau sebentar. Takut besok pagi belum nyampai Demak. Padahal besok dah mulai KBM. Di perjalanan pulang, diusahakan untuk merem, istirahat.
Dan alhamdulillah, Subuh saya sampai di rumah. Suami dah nunggu di depan gapura buat mbantuin membawa oleh-oleh. Hihihi, ternyata banyak juga bawaannya. Padahal kan tadi tekadnya nggak bakalan beli banyak oleh-oleh. Namanya emak-emak, lihat temannya beli, kok kayaknya asyik ya ngikut saja. Hadeuh, see u.

Sebelumnya di sini

Baca Selengkapnya....!

Selasa, 15 Desember 2015

#Goes to Malang 2: Wisata Petik Apel

Foto Bersama
Hai, hai, lanjutin ceritaku goes to Malang yach. Kebiasaan aku, kalau tidur di tempat yang baru, aku nggak bakalan bisa tidur nyenyak. Jadi yach, mata terpejam, tapi sebenarnya nggak tidur betulan. Beberapa teman sudah pules. Mungkin karena kelelahan. Jam 3 kurang seperempat, Bu Ning dah bangun. Aku dengar sih beliaunya bangun. Langsung deh mandi. Daripada antri katanya. Aku termasuk yang bangun awal, tapi eng ing eng, kebagian mandi belakangan. Bukannya males lho, tapi solidaritas saja.

Habis mandi, kebetulan masuk waktu Subuh. Teman-teman ngajakin sholat jamaah ke Mushola yang kebetulan ada di depan rumah. Yach, sekalian kenalan sama para tetangga. Habis sholat, sebagian bantu-bantu tuan rumah menyiapkan sarapan. Dan masih ada lho yang nunggu giliran buat mandi. Lha kamar mandinya cuma satu. Sambil nunggu teman-teman siap, kami foto-fotolah di halaman rumah, sembari menunggu matahari terbit di Sidoarjo. Habis itu sarapan rame-rame. Tapi masih nunggu Pak Sopir yang belum lagi siap. Jadinya foto-foto dulu yach.

Menunggu matahari terbit di Sidoarjo


Pukul enam pagi, kamipun meluncur ke Malang. Kali ini rombongan bertambah dengan putranya Bu Sakdiyah. Tapi mereka berangkat dengan mobil sendiri. Bahkan para pengurus Yayasan pindah mobil. Wah, kami yang kemarin sempat sungkan buat berkelakar jadi rame deh dalam minibus. Tapi karena diserang kantuk, ya kelakarnya kalah sama tidur. Waktu itu masih begitu pagi, Sidoarjo masih diselimuti kabut. Tapi kami sudah meluncur ke Kota Malang. Tepatnya ke Batu, buat wisata petik apel.


Nunggu Pak Sopir
Kota Sidoarjo ternyata lebih cantik di pagi hari. Kotanya tertata rapi dengan banyak pepohonan menghiasi jalan. Kotanya bersih dan asri. Jadi nggak kepingin tidur kendati mata ini mengantuk. Pukul delapan kami memasuki kota Malang. Dan kami terpisah dari mobil di depan. Jadinya sibuk telpon-telponan buat ketemuan. Karena sopir minibus kami ini termasuk kudet dan kuper, nggak tahu rute jalan. Katanya biasa jalan ke Jakarta. Yaelah, pak.


Selamat datang di kebun apel
Untungnya adegan terpisah rombongan ini tak berlangsung lama. Dan akmi bisa melnajutkan perjalanan ke Batu Malang. Di sini udara mulai terasa dingin. Di kanan kiri berjajar penjual tanaman bunga. Aih, bunganya bagus-bagus. Lumayan lama juga perjalanan ke kebun apel ini. Mungkin rasa penasaran kami akan wisata petik apel ini yang membuat perjalanan terasa lama. Dan memasuki kawasan wisata di Batu Malang, here we go, wisata petik apel di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Batu Malang. Letaknya bersebelahan dengan kawasan wisata Selekta. Mata rasanya langsung terbius oleh indahnya pemandangan. Bukit dengan jajaran pohon cemara yang masih berselimut kabut. Udara yang sejuk, dan pohon apel yang berjajar dengan buahnya yang bergelantungan menggiurkan. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Tak sabar rasanya ingin segera menjejak kebun untuk memetik buah apel.


Apelnya manis

Tapi tunggu dulu, kami mesti beli tiket dulu. Dua puluh ribu rupiah per orang, kami bebas memetik dan memakan buah apel sepuas kami. Namun untuk yang dibawa pulang mesti ditimbang dulu dan dibayar yach. Per kilo-nya 20.000 rupiah. Lebih mahal dari yang dipasar. By the way, jaminan kesegarannya tak tertandingi. Habis bayar tiket, kami dapat welcome drink berupa sariapel. Segar. Kami lalu diberi arahan, apel yang kayak apa yang mesti dipetik. Apel yang di sini jenis apel manalagi. Rasanya manis segar. Dan tahu nggak, ternyata yang enak tuh yang kulitnya bruntusan. Itu pertanda apel sudah tua. Bukannya yang masih mulus yach.
Sayang saat itu kebun sedang becek. Mungkin semalam turun hujan, wah. Licin juga jalannya. Mana waktu itu pakai gamis lagi. tahu gitu tadi pakai celana yach. Lha aku pikir kebun apel ini datar-datar saja seperti kebun strawberry. Tak tahunya menjanjak. Terasiring gitu. Mana licin lagi, tapi semangat deh, mau petik apel, kendati mesti angkat gamis tinggi-tinggi. Hihihi, don’t worry, pakai dalaman panjang lagi.


Bersama Dik Novi


Wah, kami semangat petik apelnya. Sayang sekali nih, buah yang ada di jangkauan tangan kecil-kecil. Buah gedenya ada di pucuk, tak terjangkau. Ya iyalah, sudah pasti yang berada dalam jangkauan sudah diambil pengunjung yang lebih dulu. Tapi untungnya tuh Bu Tutik nemu kayu panjang, buat menjolok apel. Bu Zul sampai manjat-manjat buat nemuin buah yang gede-gede. Dan apel yang baru dari pohon ini rasanya memang renyah banget. Beda sama yang di pasar. Jadi semangat deh.

Pohon apel dengan buahnya yang menggiurkan
Apel-apel ini sudah siap petik. Jadi begitu kesentuh sedikit langsung deh lepas dari tangkai. Lihat saja itu di bawah pohon, banyak sekali buah apel berserakan. Mungkin karena bukan buah yang diinginkan untuk dipetik atau mungkin karena bentuknya kecil-kecil, apel-apel itu dibiarkan begitu saja oleh para wisatawan. Mudah-mudahan apel yang berserakan itu dikumpulin pemilik kebun yach. Kan mubazir kalau dibiarkan begitu saja. Bisa dimanfaatkan itu buat keripik apel atau minuman sari apel.

Ngantuk cantik di perjalanan
Rasanya ingin berlama-lama di kebun apel. Tetapi sudah diteriaki dari bawah disuruh turun karena kami mau melanjutkan perjalanan. Dan akulah yang terakhir turun. Timbang buah apel, dapat dua kilo, doang. Tapi sibuk foto-foto melulu, jadi gak konsentrasi petik apel. Wah, sandalnya penuh tanah basah lagi.

Selain beli apel, ada juga lho penjual bibit sayuran, satu renteng berisi aneka macam bibit sayuran. Dan harganya 15.000 saja. Next trip, ke Turen ya… Ke mana lagi kalau bukan ke Masjid Tiban

Bacaan sebelumnya di sini

Bacaan selanjutnya: di sini

Baca Selengkapnya....!

Senin, 14 Desember 2015

#Goes to Malang 1: Menunggu itu Melelahkan

Menunggu itu melelahkan
Tanggal 12 sampai dengan tanggal 13 Desember 2015 guru- guru TK Muslimat NU beserta pengurus Yayasan Pendidikan Muslimat NU Demak berencana untuk mengadakan zarkasi ke daerah Malang. Perjalanan ini sekaligus sebagai acara perpisahan bagi guru-guru TK yang telah mutasi. Di antaranya Ibu Hartini yang pindah mengajar di TK Wijayaksuma serta Bu Muzaroah yang pindah ke RA di daerah Sayung.

Kami akan pergi bertiga belas. Delapan guru, tiga pengurus yayasan serta dua guru undangan. Sayangnya zarkasi kali ini tidak diikuti komplit oleh semua guru. Bu Musdalifah serta Maklah sebagai petugas kebersihan, tidak bisa ikut. Demikian pula Ibu Sunarsih, dari pengurus Yayasan Pendidikan Muslimat.

Nampang dulu ya, kendati kesal menunggu



Kami berencana untuk berangkat pukul sepuluh pagi. Jadi semua anak baik dari kelompok A maupun kelompok B masuk pagi semua. Begitu anak-anak pulang, kami langsung bersiap. Bahkan beberapa tamu undangan sudah berdatangan. Sambil bercanda-canda kami menunggu minibus yang hendak mengantarkan perjalanan kami ke daerah Malang. Rencananya nanti kami akan mampir ke Tuban untuk ziarah ke tempatnya Sunan Bonang. Lalu ke Gresik mengunjungi makam Sunan Ampel. Habis itu rencananya kami mau ke Tanggulangin di Sidoarjo untuk belanja tas. Oh ya, rencananya nanti kami akan menghabiskan malam untuk beristirahat di rumah anak salah seorang pengurus Yayasan kami, yakni Bu Sakdiyah. Esok paginya baru melanjutkan perjalanan untuk berwisata di daerah Malang.


Wah, jadi kepikiran kalau Malang itu daerah tinggi. Jadi masing-masing dari kami tak lupa menyiapkan jaket tebal. Darpada ntar kedinginan. Itu sih rencana manisnya. Tak tahunya rencana yang sudah disusun dengan rapi bisa juga meleset lhoh.

Edisi melatih kesabaran

Tunggu punya tunggu hingga waktupun berlalu. Jam mulai bergeser beranjak semakin siang. Namun minibus yang ditunggu tak kunjung datang. Waktu kru dari minibus dihubungi juga tidak bisa. Kami jadi gelisah juga. Jadi pergi gak ya. Soalnya sudah masuk waktu dhuhur. Itu sudah molor lebih dari dua jam. Sementara minibusnya juga belum datang. Pengurus Yayasan yang bersangkutan dengan pemesanan minibus pun mulai kebakaran jenggot. Aih, siapa yang nggak kesal coba, yah. Janjian jam sepuluh berangkat, masak sampai waktu dhuhur lewat, belum juga datang. Akhirnya kami sholat dhuhur dulu, sekalian buka bekal makan siang.


Dan tahu nggak jam berapa minibusnya datang? Jam 1! Bisa dibayangkan bagaimana payahnya kami menunggu. Sudah dandan okey, jadinya berantakan lagi. dan bisa dibayangkan omelan yang beruntun buat kru mnibus yang molor itu. Karena menunggu itu memang sangat melelahkan. Dan ternyata telah terjadi miss komunikasi antara kru minibus dengan makelarnya. Ini bukan kesalahan minibusnya. Karena memang mereka dipesan jam satu oleh sang makelar. Hadeuh.


Jadi langsung tancap gas deh, perjalanan ke Malang. Di langit awan hitam menggumpal. Namun kami berdoa semoga perjalanan berjalan dengan lancar. Walau kadang ditingkahi dengan gerimis. Dan karena waktu keberangkatan yang super molor, maka buyarlah rencana kami semula. Tujuan zarkasi ke Tuban dan Gresik yang rencananya dilakukan di awal keberangkatan ditukar besoknya kalau pulang. Karena Maghrib kami baru memasuki perbatasan Jawa Timur. Tadi terkena macet di daerah Kudus karena ada perbaikan jalan. Untungnya minibusnya cukup nyaman. Jadi kami bisa beristirahat selama perjalanan. Walaupun sopirnya kurang enak sih nyetirnya.
Jam sepuluh malam kami tiba di Sidoarjo. Dan kendati sudah malam, kami mampir ke Tanggulangin buat lihat-lihat tas. Sebagain besar toko sudah pada tutup. Tapi ya sekalian mampirlah. Kalau aku sih lihat-lihat doang. Rencananya perjalanan kali ini gak mau beli banyak oleh-oleh. Ogah repot bawanya. Dari rumah saja sudah bawa tiga tas, apa nggak tambah repot kalau borong banyak barang. Tapi lihat tas bagus-bagus dengan harga murah, bikin mata ijo juga. Tapi yes, kali ini aku menang. Bisa ngalahin keinginan mata ijo lihat tas murah dan bagus.

Nenteng barang bawaan ke minibus

Puas lihat-lihat tas, kami melnajutkan perjalanan. Kali ini mobil berhenti lama. Tak tahunya nunggu jemputan dari putranya Bu Sakdiyah. Karena Bu Sakdiyah nih lupa rute jalan ke rumah anaknya. Maklumlah waktu itu malam hari. Dan ternyata kami menginap di Sidoarjo, bukan di Malang. Sampai rumah anaknya Bu Sakdiyah, sudah malam banget. Jam sebelas. Karena belum sholat Isya, kami sholat dulu berjamaah. Habis itu makan malam yang terlambat. Dan antri nunggu giliran untuk mandi. Banyak teman-teman yang nggak mandi. Tapi aku kagak bisa begitu. Kalau tak mandi alamat bakalan tak bisa tidur. Karena udah keringetan seharian. Jadi kendati cuaca lumayan dingin, dan airnya juga dingin, paksain buat mandi. Segar, bersih, baru bisa istirahat.

Psst, kami harus bangun pagi-pagi, karena kabarnya kota Malang sekarang sering macet. See U in the next trip, yach. Destinasi pertama, wisata petik apel.

Selanjutnya di sini

Baca Selengkapnya....!

Sabtu, 28 November 2015

#Buku Baru: Seri Rasulullah Teladan Utama, Mukjizat Terbesar


Beberapa waktu lalu sepulang ngajar, sebuah paketan mampir di meja kerja suamiku. Paketan itu atas namaku. Dan ternyata itu adalah bukti terbit buku terbaruku. Seri Rasulullah Teladan Utama, Mukjizat Terbesar. Buku itu terbitan dari Syamil Book.

Buku itu sebenarnya telah dilaunching bulan Maret 2015 lalu. Namun baru kali inilah aku menerima bukti terbitnya. Lumayan lama banget yach. Buku Seri Rasulullah Teladan Utama terdiri dari 13 seri. Dan aku kebagian menggarap seri ke 6 yakni Mukjizat terbesar. Buku ini ditulis oleh tim yang terdiri dari Mbak Nurul Asmayani, Mbak Meti Herawati, Mbak Dydie Prameswarie, Mbak Nelfi Syafina, Aku, Mbak Haeriyah Syamsudin, Mbak Wylvera Windayana, Mbak Ida Fauziah, Mbak Lilis Ernawati, Mas Ali Muakhir, Mas Syamsu Arramly, Mas Abdul Rauf, Mbak Safitri Lusiana. D dan Mas Anjar Ginanjar. Wah, semuanya penulis buku anak yang produktif tuh.


Buku Seri Rasulullah Teladan Utama mengisahkan tentang Rasulullah, mulai dari beliau lahir sampai dengan wafatnya. Banyak teladan yang bisa kita petik dari seri buku ini. Selain itu keistimewaan buku ini adalah bisa dibaca dengan e-pen. Keren, kan.
Selain keren ceritanya, buku ini juga diilustrasi dengan cantik oleh tim Syamil. Di dalam buku ini juga ada kotak informasi yang berkaitan dengan isi cerita. Ada juga sisipan untuk belajar bahasa Arab dan Inggris.

Luar biasa sekali rasanya bisa tergabung dalam tim keren ini.

Mau tahu cuplikan dari buku yang aku tulis? Yuk simak.

Mukjizat Terbesar, Bukti Kenabian dan Kerasulan

Sebagai seorang utusan, Rasulullah SAW diberi keistimewaan. Kelahirannya ditandai dengan cahaya. Beliau selalu dilindungi dari terik matahari. Beliau diberi kemampuan untuk membelah bulan. Beliau juga mene rima Al Qur’an sebagai mukjizat terbesar sepanjang zaman. Nemun, beliau tetap didustakan. Demikianlah hidup seorang utusan. Meskipun begitu, beliau tetap bertahan karena keyakinan akan ridha dan cinta Sang Maha Penyayang.

Berikut judul-judulnya; Kelahiran Muhammad, Bayi yang Membawa Berkah, Malaikat Pembersih Hati, Awan yang Menaungi, Al Qur’an adalah Mukjizat Terbesar, Mukjizat Ilmiah Al Qur’an, Bulan yang Terbelah, Semangkuk Susu untuk Kaum Suffah, Menghentikan Gempa, Isra’, Mi’raj, Perintah Shalat, Matahari pun Tertahan Tenggelam, Penglihatan dan Pendengaran Rasulullah, Batang Pohon yang Mendekat, Curahan Air dari Sela Jari, Hidangan Roti yang Tiada Habis, Laba-Laba dan Burung Merpati, Binatang Berbisa di Gua Tsur, Pasukan Malaikat saat Perang Badar, Hidangan Ikan Al Anbar untuk 300 Pasukan, Menyembuhkan Mata Ali Bin Abi Thalib, Tiga Percikan Api Khandaq.

Spesifikasi Buku

Judul : Rasulullah Teladan Utama, Mukjizat Terbesar

Ukuran Buku : 21 x 27 cm Hard Cover

Jumlah Halaman : 48 Halaman

Cetakan Pertama : Maret 2015

ISBN : 978-979-055-507-5

Penerbit : Syaamil Books

Baca Selengkapnya....!

Senin, 23 November 2015

Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan Perhutani Green Pen Award 3: “Mulailah Menulis Jangan Takut Salah”


Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan Perhutani Green Pen Award 3, TOTAL HADIAH 60JT


Peserta lomba adalah Warga Negara Indonesia, Pelajar SLTP sederajat (Kategori A), Pelajar SLTA dan Mahasiswa (Kategori B), Umum, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang (Kategori C). Judul naskah bebas, tema cerita tentang kehidupan dengan berbagai aspeknya terkait hutan, alam dan lingkungan hidup.


Hadiah kategori A,

Pemenang 1 akan mendapat Piala, Piagam dan Uang Tunai Rp 3.000.000,-;

Pemenang 2 mendapat Piagam dan uang tunai Rp 1.500.000,-;

Pemenang 3 mendapat Piagam dan uang tunai Rp 1.000.000,-;

dan 5 (Lima) Pemenang Harapan mendapat Piagam, Uang Tunai Rp 500.000,-


Hadiah kategori B,

Pemenang 1 akan mendapat Piala, Piagam dan Uang Tunai Rp 4.000.000,-,

Pemenang 2 mendapat Piagam dan Uang Tunai Rp 2.000.000,-,

Pemenang 3 mendapat Piagam dan Uang Tunai Rp 1.500.000,-,

5 (Lima) Pemenang Harapan mendapat Piagam, Uang Tunai Rp 750.000,-

Hadiah kategori C,

Pemenang 1 akan mendapat Piala, Piagam dan Uang Tunai Rp 5.000.000,-,

Pemenang 2 mendapat Piagam dan Uang Tunai Rp 3.000.000,-,

Pemenang 3 mendapat Piagam dan Uang Tunai Rp 2.000.000,-,

5 (Lima) Pemenang Harapan mendapat Piagam, Uang Tunai Rp 1.000.000,-


Penerimaan naskah lomba Perhutani Green Pen Award ke 3 dimulai 22 Nopember 2015 dan akan ditutup 12 Pebruari 2016. Selain mengirimkan naskah ke Perum Perhutani sesuai persyaratan lomba, sebagai dokumentasi peserta juga diminta mengirim naskah dan persyaratan lombanya ke perhutanigreenpenaward3@gmail.com .


informasi lomba: dari sini
Baca Selengkapnya....!

Jumat, 20 November 2015

Menyelamatkan Adenium dari Busuk Batang

Black Ruby kesayangan
Beberapa waktu lalu, tanaman Adenium saya mengalami busuk batang. Lumayan merisaukan juga. Karena Adenium itu sudah cukup besar. Jadi rasanya eman sekali kalau sampai tidak selamat. Dia adalah Adenium Black Ruby, Adenium pertama saya yang aku beli dalam posisi baru disambung sama nurserinya. Lumayan mahal juga waktu itu. Kebetulan di temapt kami Adenium belum begitu booming.

Bunga Pertama yang mekar dari Black Ruby

Hari demi hari merawat si adenium Black Ruby ini. Sampai sampai sudah waktunya membuka tali sambungan tapi tidak kami lakukan karena takut akan mati. Dan akibatnya batang si Black Ruby ini seperti tercekik. Lama si Black Ruby ini menghiasi teras rumah kami dengan bunganya yang merah merekah bertepi hitam. Sampai si Black Ruby ini tumbuh besar.



Busuk batang yang meresahkan
Dan beberapa waktu lalu, batang si Black Ruby ini tiba-tiba melunak. Tak berapa lama batang yang melunak ini pun mulai membusuk. Daun-daunnya mulai menguning dan rontok satu persatu. Saya tidak tahu penyebabnya. Terlalu banyak terkena siraman, infeksi virus, bakteri atau kenapa. Wah, sempat risau juga. Kawatir si black Ruby ini tidak selamat. Akhirnya saya ingat kalau bawang putih itu ampuh untuk mengatasi virus.

Luka mulai mengering
Maka saya ambil beberapa siung bawang putih. Lalu saya tumbuk dan campur dengan air. Larutan bawang putih ini saya siramkan pada batang black ruby yang membusuk. Sebelumnya bagian yang membusuk ini saya ambil supaya tidak menjalar ke mana-mana. Rutin tiap hari selama seminggu aku lakukan perawatan ini. Bukan itu saja. Sekitar akar juga saya siram pakai larutan bawang putih. Dan beberapa siung bawang putih yang telah saya potong menjadi dua, saya tanam di area pot.
Alhamdulillah, batang black ruby yang semula membusuk, lama-lama mulai mengering. Daun-daunnya pun mulai bersemi kembali. Batangnya juga kembali mengeras. Bukan main senang hati saya. Kini semua tanaman adenimuku rutin saya siram dengan larutan bawang putih tiap satu minggu sekali. Alhasil adenium saya tumbuh sehat dengan bunga yang mekar cantik. Terima kasih bawang putih. Kau telah menyelamatkan black rubyku.
Kembali semarak berbunga
Baca Selengkapnya....!

Minggu, 15 November 2015

Nostalgia Pohon Kersen


Pohon kersen memiliki kenangan tersendiri. Ia mewarnai hari-hari masa kecilku. Di mana pada masa sehabis pulang sekolah aku selalu menghabiskan waktu bersamanya. Bergelantungan pada dahannya yang kokoh, membaca buku, tiduran di bawah kanopinya yang teduh. Dan tentu saja tak lupa memetik buah-buah merah pohon kersen yang begitu menggoda. Pohon kersen memiliki ceritanya tersendiri.

Pernah suatu ketika aku ketiduran di dahan kersen saking rimbun daunnya terasa begitu menyejukkan. Pernah pula ulat bulu nakal membuat gatal sekujur tubuhku. Semua terjadi di atas pohon kersen.


Kini pohon kersen tetap memiliki kisahnya sendiri. Daunnya yang rimbun membentuk kanopi yang indah. Dan buahnya yang merah seperti buah cherry itu selalu berhasil membuat mata mendongak kala kita lewat di bawahnya. Hampir semua teman-temanku akrab dengan yang namanya pohon kersen. Sering kami sepulang sekolah bercengkrama riang di atas pohon kersen. Pohon kersen dengan buahnya yang manis tak akan mungkin mampu ditolak oleh anak-anak, bukan? Apalagi bentuknya mirip buah cherry. Aha, tapi masa kecilku mana ngerti sama buah cherry.


Pohon kersen ini sangat luar biasa sekali lho. Dia bisa tumbuh dengan mudah di sembarang tempat. Di pekarangan, di pinggir jalan, di tepi kali, bahkan di atas bangunan berbatu. Pohon kersen bisa tumbuh dengan subur. Tak perlu menunggu terlalu lama, pohon ini akan memberikan manfaatnya buat kita. Bahkan tanpa perawatan intensif sekalipun. Hmm, dulu pohon kersen hanya di pandang sebelah mata saja alias tak dianggap.

Dan kini seiring dengan kemajuan jaman dan berbagai penelitian yang dilakukan para ahli, pohon kersen memiliki khasiat yang beragam. Daunnya sangat manjur menggempur penyakit diabetes. Demikian pula buahnya.


Bahkan ada yang bercerita, kalau penyakit gulanya berangsur membaik dengan mengkonsumsi rebusan daun kersen. Subhanallah, ternyata kalau kita mau meneliti lebh jauh, segala sesuatu yang diciptakan Allah itu pastilah ada manfaatnya. Kendati sebelumya tidak terlintas sama sekali dalam pikiran kita.

Sekarang hampir tiap minggu pagi, saat jalan-jalan pagi keliling kampung kami selalu menyambangi pohon kersen. Karena anak-anakku juga suka dengan buah kersen ini. Wah, betapa aku ingin menanamnya di pekarangan rumah. Sayang sekali nih, gak ada tempat lagi. Pekarangannya sempit. By the way, pohon kersen ini selalu penuh dengan cerita seru.
Baca Selengkapnya....!

Sabtu, 14 November 2015

Suka Duka Menjadi Guru Pamong

Kenang-kenangan sebagai Guru Pamong
Beberapa waktu lalu TK Muslimat NU Demak dipakai sebagai tempat PPL para mahasiswa dari IKIP Veteran. Sebanyak 23 mahasiswa akan menerapkan ilmunya selama masa kuliah di TK kami. Untuk itu beberapa guru kelas di TK kami ditunjuk sebagai guru pamong bagi para mahasiswa itu. Termasuk pula diriku.

Ini merupakan pengalaman ketigaku sebagai guru pamong selama aku mengajar di TK Muslimat. Banyak suka duka yang aku alami selama menjadi guru pamong. Karena sebagai guru pamong kita dituntut untuk membimbing dan mengarahkan para mahasiswa itu. Padahal jujur kita mengakui bahwa sebagai guru kita masih banyak sekali kekurangan. Baik dalam hal pengalaman maupun dalam keilmuan. Jadi kita dituntut untuk belajar lagi. Biar sebagai pembimbing kita juga tidak begitu memalukan.


Dan supaya proses PPL berjalan lancar, kita belajar sama-sama. Dalam hal ini sebagai tutor sebaya. Setidaknya saya sudah lulus kuliah S 1 PG PAUD, dan mereka belum. Jadi pede-an dikit. Lalu apa dong suka dukanya jadi Guru Pamong?

Pas pertama kali ngasih pengarahan sih ya nervous juga. Jangan sampai juga dibilang sok pintar, makanya saya tekankan di sini kita sama-sama belajar. Karena terus terang nih, K 13 juga baru diterapkan di TK kami. Jadi masih trial and error dalam penerapannya sehari-hari. Tapi para mahasiswa tu bahkan bilang kalau kesehariaanya mereka malah nggak bikin RPPH, jadi memang sama sekali belum mengerti. Maklumlah, kebanyakan para mahasiswa itu berasal dari PAUD Non Formal seperti SPS, dan juga KB. Tapi RPPH itu penting lho ya. Jadi mesti bikin.

Saat ngasih pengarahan, sebagian ada yang langsung ngerti, namun ada pula yang sudah diarahkan berkali-kali tetapi masih salah melulu. Mulai dari penyusunan RPPH, sampai ke pembelajarannya. Dan maaf yach kebanyakan mereka kurang kreatif dalam memilih kegiatan. Alhasil malah kebanyakan para guru pamong yang kasih masukan dalam menentukan kegiatan untuk anak. Padahal tadinya berharap mereka akan membawakan kegiatan baru yang menantang. Itulah namanya juga masih belajar yach.

Apalagi yach. Dalam menangani anak, kebanyakan masih kewalahan. Biasalah, bukan muridnya sendiri yang dihadapi. Tapi setidaknya satu rahasia sudah kubagi kalau ingin mengambil hati para murid-muridku ini. Bawakan buku cerita dan bacakan, mereka pasti takluk di depan anda. Tapi kebanyakan tidak menuruti saran saya. Hanya beberapa saja yang menuruti saran saya itu. Alhasil saya sebagai guru pamong yang harusnya tugasnya itu duduk manis menilai para mahasiswa saat mengajar, jadinya malah ikut ambil bagian. Nggak tega melihat suasana kelas tidak terkendali. Jadinya pembelajaran tidak optimal. Dan kekompakan kayaknya perlu ditingkatkan ya. Kalau satu teman lagi ngajar di depan, harusnya guru pendamping bisa mengkondisikan anak-anak supaya bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Bukannya duduk manis mendengarkan temannya yang lagi ngajar.

Belajar hal-hal baru? Kayaknya tidak untuk angkatan kali ini. Tapi setidaknya mereka mau belajar.

Dari tadi ngomongin dukanya melulu. Lantas sukanya apa dong? Tambah kenalan baru pastinya. Dan so pasti dapat piagam guru pamong dari IKIP Veteran selaku penyelenggara. Dan pastinya dapat bingkisan dari para mahasiswa. Ini masuk suap nggak sih? Soalnya bingkisan diberikan setelah kalkulasi nilai diserahkan ke dosen pembimbing. Jadi nggak ada pengaruhnya antara nilai sama bingkisan.

Apapun itu, semua memang harus berjalan sesuai garis ketentuannya. Dan mudah-mudahan sih yang PPL di tempat kami memperoleh banyak hal positif yang bisa diterapkan di sekolahnya masing-masing. Dengan harapan apa yang baik bisa ditiru, sedangkan apa yang tidak baik, mohon untuk tidak digunakan. Dan masukan yang ada untuk kami sebagai bahan evaluasi diri. Sehingga ke depan akan menjadi lebih baik lagi.

Baca Selengkapnya....!

Minggu, 01 November 2015

Selamat Jalan Pak Raden

E, lhadalah tobat tobat…

Si Unyil dan kawan-kawan
Suara barithon khas Pak Raden menggerutu saat anak-anak kecil macam cuplis, unyil, usrok dan ucrit mendekati pohon jambu Pak Raden. Bagi generasi yang lahir d tahun 70 – 80 tentu tak asing lagi dengan sosok Pak Raden. Pak Raden atau Drs. Suyadi merupakan kreator bertangan dingin dari sandiwara boneka yang amat melegenda di kalangan anak-anak Indonesia generasi 80-an.

Sandiwara yang tayang di TVRI setiap hari Minggu itu merupakan tontonan yang sangat pavorit. Selain pada saat itu belum ada gadget macam sekarang, juga TVRI baru meruapakan satu-satunya TV yang mengudara di Indonesia. Aku ingat saat itu televisi masih hitam putih. Namun pesona Si Unyil ciptaan Pak Raden atau Drs. Suyadi cukup menyita perhatian. Masa kecilku dilalui bersama si Unyil. Dengan aneka nilai kebajikan yang disampaikan di drama sandiwara boneka itu.

Drs. Suyadi, kreator boneka si Unyil

Hom pim pah, alaikum gambreng, Unyil kucing. Dan boneka-boneka lucu itupun berlarian mencari tempat persembunyian. Selain Unyil, Ucrit, Usrok, Cuplis, Melani, Bu Bariyah, Pak Lurah, dan tetnu saja tak lupa duo Ogah dan Ableh. Konon tokoh Pak Ogah yang terkenal dengan kalimat “Cepek dulu, den,” dicipta Pak Raden karena bentuk kepala dari pemeran Pak Ogah. Jadi karakter antara Pak Ogah dalam sandiwara boneka mirip dengan pemerannya.

Tak ayal film itu sangat sukses. Namun kesuksesan itu rupanya tidak berimbas baik pada peciptanya. Karena konon hak cipta dari boneka legenda itu dialihkan ke PFN, sehingga si Unyil diakui sebagai aset negara. Dan bapaknya si Unyil itu pun hidup dalam kekurangan.


Kini, bapaknya si Unyil itu telah tiada. Pada hari Jum’at tanggal 30 Oktober kemarin Drs. Suyadi atau Pak Raden telah berpulang ke rahmatullah dalam usia 82 tahun. Beliau menderita sakit radang paru-paru.

Selamat jalan Pak Raden, Bapak tidak akan pernah bisa tergantikan. Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk Bapak. Selamat Jalan.

Baca Selengkapnya....!

Kamis, 29 Oktober 2015

Alhamdulillah, Bonus Toyota Family Challenge Sudah Cair

Beberapa waktu lalu, iseng-iseng aku mengikuti kontes foto di Toyota Family Challenge. Berawal dari Blog Walking ke tempatnya Mbak Anisa Ae Kepompong, aku jadi ikut-ikutan kontes foto Toyota Family Challenge.

Persyaratannya sangat mudah. Kita hanya perlu edit foto family kita dengan border yang ditentukan oleh penyelenggara, follow-follow link penyelenggara dan upload foto, daftar via email, selesai. Dari semua foto-foto yang masuk akan dipilih beberapa ratus foto yang langsung akan mendapat reward berupa uang. Mulanya besarannya 150 ribu. Tapi kemudian naik menjadi 250 ribu. Lumayan banget kan, nggak pakai diundi, dan nggak pakai ribet.



Selain reward berupa uang, foto family kita juga bakalan diikutkan di undian Toyota Family Challenge dengan hadiah yang lebih keren dan okey. Jalan-jalan ke Disneyland Hongkong bo. Tapi itu sih tergantung luck.

Mau tahu foto-foto yang aku upload? Foto-foto ini nih yang aku upload.

Foto Saat Having Fun di Pantai Parangtritis Yogyakarta


Ini Foto yang satu lagi. Karena memang harus upload dua foto.


Foto di Gua Kreo Semarang
Dan beberapa waktu l

alu, waktu cek saldo, pundi-pundi tabungan kok nambah, perasaan gak ada yang konfirmasi transfer. Dan setelah cek email, ternyata honor dari Toyota Family Challenge.

Ini nih bukti transfernya.

Bukti Transfer
 

Trims ya Toyota. Sering-sering deh ngadain even kayak gini. Bikin mupeng.

Baca Selengkapnya....!

Senin, 19 Oktober 2015

Pameran Buku Murah Kabupaten Demak 2015


Mulai tanggal 15 Oktober 2015 sampai nanti tanggal 21 Otober 2015 akan ada pameran buku murah di Alun-Alun kota Demak. Tepatnya di Depan Masjid Agung Demak. Bakalan asyik nih kayaknya. Sudah lama tidak ada pameran buku di kota Demak.

Pameran Buku Murah ini diselenggarakan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Demak yang bekerja sama dengan E.O Netral. Selain acara Pameran Buku banyak juga lomba-lomba yang digelar seperti Lomba Rebana, Lomba Pildacil, Lomba Tahfizd, Lomba Karaoke Pop Religi, Lomba Puisi, Lomba Menggambar dan Mewarnai, Lomba Bercerita serta Lomba Fashion Show. Selain lomba-lomba, ada juga lho kupon door prize yang akan dibagikan nanti pas penutupan. Kupon bisa diperoleh setelah melakukan pembelanjaan minimal 20ribu rupiah. Door prizenya seperti sepeda gunung, kompor gas, dispenser, kipas angin, dan hadiah menarik lainnya. Wah, aku jadi seperti tukang iklan nih.

Yang pasti pameran buku murah ini sayang sekali untuk dilewatkan. Untuk memeriahkan acara pameran, tiap satuan pendidikan di kota Demak, diundang untuk berkunjung ke Pameran. Kunjungan dilakukan secara bergilir. Pukul 9 pagi watu berkunjung untuk anak-anak TK, pukul 10 untuk anak SD, sebelas untuk anak-anak SMP, dan pukul 1 untuk anak-anak SMA. Lumayan ramai juga kayaknya.


Aku sendiri hampir tiap hari menyambangi pameran. Lumayan banyak juga buku yang aku beli. Jadi lapar mata lihat buku-buku bagus dijual dengan harga murah. Sebagai penulis kita tentunya sedih juga buku kita diobral murah. Tapi ada juga sisi positifnya. Degan diobral murah berarti buku kita lebih banyak menjangkau berbagai kalangan. Aku sendiri senang mampir ke stan Citra Pelajar. Di stan it novel kerennya Tere Lye dan Andrea Hirata Cuma dihargai 25ribu. Padahal di stan lain harga masih di atas 50-an ribu. Aku sendiri sempat kaget, dan sedikit gelo. Kemarin beli novelnya Tere Liye di stan lain seharga 60ribu, eh di Stan Citra Pelajar harganya Cuma 30ribu. Separo kenanya. Tapi yach gitu, rejeki jan dibagi-bagi. Yang pasti stan Citra Pelajar ini benar-benar cocok dengan namanya, jadi harga yang ditawarkan cocok juga dengan kantong para pelajar.

Aku sendiri mulai dari hari pertama pameran mencoba untuk mencari-cari bukuku. Siapa tahu ikutan nampang dipamerin. Kagak nemu. Tapi kemudian nemu satu bukuku terbita Citra Risalah yang berjudul Follow Aisyah Open Your Heart. Wah, serasa exiting. Tapi stock buku tinggal 1 dan kondisi buku juga sudah lecek. Tapi di hari lain aku menemukannya di stan lain, dan jumlahnya masih banyak juga sih.

Dan yang paling membuaku exiting, akhirnya aku menemukan bukuku Kisah Seru Bintang Sepak Bola Muslim, ikutan mejeng bersama buku olah raga lainnya. Wah, padahal kemarin aku telusuri nggak ada. Jadi serasa nemu emas segunung. Jadi kumat narsisnya. Dan stock bukunya tinggal 2 biji saja. Mudah-mudahan sih laris manis yach.

Gak sabar nunggu pameran buku lagi. Kendati untuk itu mesti siap-siap dana tambahan buat borong buku. Kapan lagi? Kan mumpung murmer, murah meriah.

Baca Selengkapnya....!

Sabtu, 29 Agustus 2015

Pameran Inovasi Pendidikan Kabupaten Demak

Beberapa hari ini mulai tanggal 27 Agustus kemarin sampai dengan tanggal 29 Agustus, di alun-alun Demak diselenggarakan acara Pameran Inovasi Pendidikan dan Job Fair Kabupaten Demak. Pameran diikuti oleh semua sekolah setingkat SMP, SMA, serta SMK di Kabupaten Demak.
Lumayan ramai juga acara ini. Stan-stan yang ditampilkan juga cukup atraktif. Masing-masing sekolah unjuk gigi dengan keunggulan masing-masing. Mulai dari prestasi yang telah diraih berupa jajaran piala, aneka karya seni dan kerajinan, juga inovasi. Hanya saja dari sisi inovasi, saya melihat belum ada gregetnya. SMA N 1 Demak yang merupakan SMA terbaik di Demak menampilkan teknologi kultur jaringan pada tanaman anggrek. Ada juga barang bekas yang dirangkai menjadi bentuk robot . Ini ditampilkan oleh SMA N 1 Karanganyar Demak. Ada juga yang menampilkan budi daya jamur tiram. Sayang karena panasnya cuaca, display jamur tiram padha layu.

Acara ini sempat ditinjau oleh Bupati Demak Bapak Dachirin Said pada hari Jum’at pagi. Tak ada acara seremonial khusus untuk menyambut beliau. Hanya ada beberapa ajudan yang mendampingi. Beberapa anak sempat minta foto yang dilayani dengan ramah oleh Bapak Bupati. He, sayang saat itu sedang bersama anak-anak TK, jadi gak bisa sekalian minta foto sama Bapak Bupati. Takutnya ntar anak-anak padha bubar kalau ditinggal foto-foto.
Selain stan dari setiap peserta, ada juga panggung hiburan untuk unjuk bakat dan kebolehan anak-anak peserta pameran. Di hari terakhir bahkan ada lomba Rebana. Bagus juga acara seperti ini diadakan setiap tahunnya. Hanya saja sesuai judulnya Pameran Inovasi Pendidikan, harusnya lebih banyak inovasi-inovasi baru yang bisa ditampilkan. Jadi bukan hanya stan yang biasa-biasa saja tanpa greget. Apapun itu, tentunya mereka sudah berusaha menampilan yang terbaik yang mereka bisa. Semangat!!
Baca Selengkapnya....!

Minggu, 16 Agustus 2015

Jalan Santai HUT Kemerdekaan RI ke 70 di Desa Bango Demak


Hari ini berlima, aku, suami, anak-anak dan bapakku mengikuti jalan santai dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 70 di Desa Bango Demak. Rute menyisir batas desa. Dengan tujuan supaya warga desa tahu dengan keadaan desanya. Jarak tempuh kurang lebih 6 km. Lumayan juga. Dan pesertanya sangat banyak. Hampir seluruh penduduk turun ke jalan untuk berpartisipasi meramaikan acara tahunan ini. Maklumlah, selain bikin sehat, refresing, door prize lumayan banyak juga lho. Ada tiga buah sepeda, 2 kuintal beras, 10 buah setrika, 2 TV, kulkas, sama macem-macemlah.


Jujur bukan door prize yang aku cari. Cuma ingin keluar saja, jalan santai ramai-ramai. Karena biasanya usai jalan santai aku dan suami langsung pulang. Dan biasanya kalau yang berbau undian-undian kaya gitu itu belum pernah beruntung. Jadi ya hopeless saja.
Acara pemberangkatan direncanakan pukul 7 pagi di depan Balai Desa Bango. Jam 7 kurang seperempat, warga sudah menyemut memenuhi halaman Balai Desa. Biar terasa semangat tujuh belas Agustus-nya, acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Wah, padha nggak ikutan nyanyi, tuh. Dan harusnya saat menyanyikan lagu Indonesia Raya sikap kita harus siap. Tapi aku lihat, warga tampak kurang begitu peduli. Lha jangankan warga, aparatnya saja nyanyi lagu Indonesia Raya di atas panggung sambil gelisah gitu sikapnya. Tengok kanan tengok kiri. Atau lagu itu sudah berkurang kesaktiannya, ya. Sehingga kurang begitu menggetarkan jiwa-jiwa yang gersang oleh rasa cinta tanah air. Walaupun cinta tanah air sih nggak bisa juga diukur dengan seberapa khusyuk kita menyanyikan lagu kebangsaan yach.


Setelah itu acara pun dimulai. Padha semangat tuh. Bahkan ada peserta yang sudah nenek-nenek dan masih semangat ikut jalan santai. Ayo, Mbah, jangan mau kalah sama yang muda-muda. Dan yang membuat prihatin dari acara jalan santai ini, ada beberapa peserta, ibu-ibu dan anak-anak berupaya mencari jalan tikus untuk mempersingkat rute. Bahkan ada juga lho, bapak-bapak gagah yang nyegat di rumahnya, dan begitu rombongan lewat lantas bergabung. Padahal rute tinggal sedikit lagi. Ada juga yang naik sepeda motor. Padahal tadi sudah diperingatkan sama panitia kalau tidak boleh naik motor atau sepeda. Karena tidak akan diberi tiket undian. Tapi kita lihat, apa panitia bisa konsisten dengan peraturan yang dibuatnya. Mungkin bukan masalah besar. Tapi jelas itu membuat prihatin. Kok, kecil-kecil sudah berupaya untuk berbuat curang ya. Atau memang hal itu sudah menjadi kebiasaan. Hmm, kasihanlah Indonesiaku.

Usai berkeliling desa, tiket door prize dibagikan di tengah jembatan. Ini kacau juga. Mungkin pikiran panitia biar adil, nggak ada yang curang. Tapi itu susah juga untuk disuruh antri. Main dorong saja. Jadi kasihan sama anak-anak kecil. Padha kehimpit jadinya. Seperti biasa, usai dapat tiket langsung serahin ke Bapak yang katanya mau nungguin undian. Ada hiburannya juga kayaknya. Organ tunggal. Tapi rasanya sudah capek, jadi ya pulang saja istirahat.

Dan yang nggak dinyana, Bapak pulang bawa hasil undian, sekarung beras dengan berat 20 kg. Alhamdulillah, rejeki. Sampai jumpa di jelan santai tahun depan, ya. Semangat.
Baca Selengkapnya....!

Rabu, 29 Juli 2015

Lomba Resensi Novel Indiva


Hai, Indiva hadir lagi dengan lomba kerennya. Dalam rangka meningkatkan apresiasi pembaca terhadap karya-karya para penulis, di tahun 2015, Indiva kembali menggelar LOMBA MENULIS RESENSI NOVEL INDIVA 2015. Rebut hadiah jutaan rupiah dalam event ini.


Berikut ini ketentuannya.


LOMBA MENULIS RESENSI NOVEL INDIVA 2015

Suka membaca buku? Mengapa tak mencoba menjadi pembaca kritis nan cerdas? Yuk, ikuti lomba berhadiah total jutaan rupiah ini!


Novel yang dilombakan adalah sebagai berikut:


Bulan Nararya, Sinta Yudisia

Rengganis, Azzura Dayana

Pasukan Matahari, Gola Gong

Buku Ini Tidak Dijual, Henny Alifah

Bapangku Bapunkku, Pago Hardian

Akik dan Penghimpun Senja, Afifah Afra

Semua Novel Indiva Media Kreasi Terbitan Tahun 2015


MEKANISME LOMBA


1. Resensi ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan memasukkan beberapa unsur: Judul buku, penulis, ISBN, penerbit, ketebalan, ukuran, harga buku dan cover buku yang bersangkutan.

2. Resensi diposting di akun Facebook, Kompasiana, Blog atau Website milik peserta (bisa pilih salah satu).

3. Konten resensi juga diposting di akun Goodreads peserta.

4. Alamat URL posting dan akun goodreads resensi didaftarkan ke email indiva@gmail.com dengan dilampiri:

a. Biodata lengkap (plus alamat dan no HP yang bisa dihubungi)

b. Scan Struk pembelian novel yang dilombakan

c. Akun FB/Twitter


PENJADWALAN


1. Lomba dimulai 1 Agustus 2015 dan berakhir pada 31 Desember 2015.

2. Pengumuman pemenang tanggal 31 Januari 2016 di web indivamediakreasi.com dan akun media sosial milik penerbit.



ASPEK PENILAIAN LOMBA


1. Konten resensi, dengan bobot 75%

2. Popularitas dan interaktif blog (trafik, komentar, like dll.) dengan bobot 25%


KETENTUAN LAIN


1. Wajib memfollow akun Twitter Penerbit Indiva (twitter.com/penerbitindiva), me-like fanpage Indiva Media Kreasi (www.facebook.com/indivamediakreasi) dan mengadd atau memfollow akun Facebook Penerbit Indiva (www.facebook.com/penerbitindiva)

2. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu resensi , akan tetapi masing-masing file harus disertai dengan struk pembelian buku (tak mengapa jika satu struk terdiri dari beberapa judul buku).

3. Lomba ini tertutup bagi karyawan dan keluarga besar PT Indiva Media Kreasi.

4. Penetapan pemenang mutlak menjadi hak Dewan Juri.

5. PT Indiva Media Kreasi memiliki hak mempublikasikan resensi pemenang lomba ini di media-media milik PT Indiva Media Kreasi, tanpa honor tambahan kepada pemenang.

6. Lomba tertutup bagi pemenang utama (juara 1, 2 dan 3) Lomba Menulis Resensi Indiva 2013, Indiva Readers Challenge (IRC) 2014 dan Lomba Menulis Novel Inspiratif (LMNI) 2014, dan juga tertutup bagi penulis yang novelnya ikut dilombakan dalam ajang ini.


HADIAH


Juara 1


Uang tunai Rp 1.250.000 + piagam+ paket buku


Juara 2


Uang tunai Rp 1.000.000 + piagam + paket buku


Juara 3


Uang tunai Rp 750.000 + piagam + paket buku


10 Juara Harapan


Masing-masing paket buku senilai Rp 250.000,- + piagam

Baca Selengkapnya....!

Selasa, 28 Juli 2015

Menjemput Senja di Gua Kreo

Hari Minggu kemarin usai menghadiri acara reuni di ex STEMBA, kami mampir ke destinasi wisata terdekat. Ada wahana Sikopek, Nglimut, klenteng Sam Po Kong. Tapi pilihan jatuh ke Gua Kreo. Hihiih, mau nengokin siapa tuh…

Kendati di GPS sudah jelas letak lokasi Gua Kreo, namun karena Pak Sopir belum pernah ke sana jadinya nyasar juga. Nyasarnya sampai jauh ke puncak gunung yang sepi dan jalanan berkelok-kelok tajam. Belum lagi kebakaran semak di kiri kanan jalan. Bikin miris. Dan setelah tanya sana sini akhirnya sampai juga ke Dukuh Talun Kacang, Desa Kranji, Kecamatan Mijen, tempat si monyet –monyet itu berdomisili. Monyet monyet yang ada di Goa Kreo ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Tiket masuk ke Gua Kreo cukup murah. Waktu itu kami ber-delapan kena charge Rp 30.000,- saat memasuki gerbang wisata.


Kawasan wisata Gua Kreo berada pada areal hutan dengan luas kurang lebih 5 hektar yang berada di daerah perbukitan (Gunung Krincing) dan Lembah sungai Kreo. Dari arah Tugu Muda Semarang kurang lebih berjarak 13 km ke arah selatan.

Gua Kreo dipercaya sebagai tempat petilasan dari Sunan Kalijaga saat sedang mencari kayu jati untuk membangun Masjid Agung Demak. Sunan Kalijaga kemudian bertemu dengan para kera yang disuruh untuk menjaga kayu jati tersebut. Kata Kreo berasal dari kata mangreho yang berarti menjaga.

Ketika kami sampai di sana, hari sudah menjelang sore. Sebentar lagi senja. Tapi kawasan wisata masih sangat ramai pengunjung. Mungkin karena masih musim liburan. Di area parkir kendaraan kami disambut puluhan monyet liar yang cukup jinak. Monyet-monyet ini berebutan makanan yang diulurkan para pengunjung.

Terdapat dua daya tarik wisata dari kawasan Gua Kreo ini. Yaitu Gua Kreo itu sendiri dan Waduk Jatibarang. Gua Kreo terdapat di tengah-tengah waduk Jatibarang. Untuk menuju ke Gua kita harus melewati jembatan dengan anak tangga yang cukup banyak. Ini merupakan titik favorit untuk mengambil gambar. Karena kita bisa berfoto dengan latar belakang waduk atau beberapa patung kera yang ada di sana. Kalau beruntung kita juga bisa berfoto dengan para kera yang senang nongkrong di jembatan. Keberadaan mereka sangat banyak sekali. Dan mereka cukup jinak. Setidaknya hari itu mereka dalam keadaan kenyang karena pengunjung cukup ramai.
Yang saya kawatirkan kalau mereka main rebut bungkusan pengunjung tidak terjadi. Tapi tentunya itu bisa saja terjadi. Apalagi kalau mereka dalam keadaan lapar. Jumlah mereka sangat banyak. Dan kurangnya ketersediaan makanan bisa saja membuat mereka merebut bungkusan para pengunjung. Jadi alangkah bijaksana kalau di area seputar waduk dan Gua ditanami dengan aneka buah-buahan. Sebagai suplai makanan para monyet. Jadi mereka tidak tergantung dengan uluran tangan dari para pengunjung. Karena dari apa yang aku lihat, tumbuh-tumbuhan yang ada di sana sama sekali tidak mensupport kebutuhan hidup para monyet. Bukan pohon buah-buahan yang ada di sana, tapi pohon randu dan akasia. Jadi kasihan dengan para monyet. Bisa-bisa mereka menyerbu para pengunjung atau masuk ke pemukiman untuk mencari makanan.

Konon sebelum dibangun Waduk Jatibarang, dekat gua kreo terdapat air terjun kecil dengan air yang jernih dan tak pernah kering kendati tengah musim kemarau. Sekarang kayaknya air terjun itu telah berubah menjadi waduk Jatibarang. Dari kawasan jembatan yang menghubungkan tepian dengan Gua Kreo kita bisa menikmati pemandangan luasnya waduk. Ada banyak kegiatan di area waduk. Diantaranya ski air, stand boat, olah raga dayung.

Waduk Jatibarang sendiri baru selesai dibangun dan dioperasikan pada tanggal 4 Mei 2014. Bertepatan dengan Hari Air Sedunia. Waduk tersebut mampu menampung total air sebanyak 20,4 juta m3. Difungsikan sebagai pengendali banjir di wilayah Semarang, suplay air bersih bagi warga, serta pembangkit tenaga listrik.

Senja mulai turun saat kami meninggalkan kawasan gua Kreo. Dan tentu saja sunset yang indah berada tepat di atas perbukitan Gua Kreo. Udara sore yang sejuk, dan pemandangan yang menakjubkan. Sayang kami harus segera pulang kembali ke asal. Karena besok pagi anak-anak sudah mulai masuk sekolah. Sampai jumpa di acara jalan-jalan selanjutnya, ya…
Baca Selengkapnya....!