Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Minggu, 24 November 2013

Lomba Menulis Cerpen Genre Sastra Hijau

Berhadiah Total Rp 50 Juta + Perhutani Green Pen Award.



Lomba Menulis Cerita Pendek Hutan & Lingkungan

PERHUTANI GREEN PEN AWARD


Berhadiah:


Uang Tunai, Piagam dan Buku Menulia Sastra Hijau Bersama Perhutani




Peserta Kategori A (Pelajar SLTP dan SLTA)


Peserta Kategori B (Mahasiswa, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang dan Umum)


Syarat-Syarat Lomba:


1. Peserta lomba adalah: Warga Negara Indonesia, Pelajar SLTP dan SLTA (Kategori A) dan Mahasiswa, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang dan Umum (Kategori , di di Tanah Air maupun yang bermukim di luar negeri


2. Lomba dibuka 22 November 2013 dan ditutup 22 Februari 2014 (Stempel Pos/Jasa Kurir)


3. Judul bebas, tema cerita: Kehidupan manusia dan makluk hidup lainnya (binatang dan tumbuhan) dengan berbagai aspeknya terkait dengan hutan dan lingkungan hidup yang melingkupi eksistensi bumi


4. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif. Boleh menggunakan jargon bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa gaul untuk segmen dialog para tokoh cerita


5. Naskah yang dilombakan karya asli (bukan jiplakan, terjemahan atau saduran) dan belum pernah dipublikasi


6. Panjang naskah 5 – 10 halaman A4, ditik 1,5 spasi dengan huruf Times New Roman ukuran 12 font, margin standar.


7. Naskah diprint sebanyak 2 (dua) rangkap, file dimasukkan dalam CD dilampiri Biodata dan Identitas (Kategori A melampirkan fotocopy Kartu Pelajar/Surat Keterangan dari Sekolah; Kategori B melampirkan Kartu Mahasiswa/KTP bagi Mahasiswa, Guru, Dosen dan Umum melampirkan Fotocopy KTP). Cantumkan alamat, Telepon/HP dan E-mail yang mudah dikontak.


8. Peserta wajib melampirkan tulisan singkat tentang salah satu kegiatan Perum Perhutani. Tulisan ditik rapi sebanyak 70 – 100 kata, diperbolehkan menambahkan foto apabila ada. Sumber informasi mengenai Perum Perhutani dapat diaskes di Situs Remi: www.perumperhutani.com atau dari internet, surat kabar, majalah dll dengan menyebut sumbernya


9. Peserta mengirimkan karya i 1 (satu) judul, maksimal 2 (dua) judul, dikirimkan ke Panitia Lomba Menulis Cerpen Hutan dan Lingkungan (LMCHL) Perum Perhutani – Jl. Gedung Hijau I No.17 Pondok Indah, Jakarta Selatan 12450


10. Naskah yang dilombakan menjadi milik penyelenggara, hak cipta pada pengarang


11. Pemenang diumumkan 22 Maret 2014 melalui Situs: www.perumperhutani.com, www.rayakultura.net dan Grup-Grup Penulis di Jejaring Sosial


12. Hadiah Bagi Pemenang Kategori A


- Pemenang 1: Perhutani Green Pen Award + Uang Tunai Rp 4.000.000,-


- Pemenang 2: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 2.000.000,-


- Pemenang 3: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 1.000.000,-


- 3 (Tiga) Pemenang Karya Unggulan, masing-masing mendapat hadiah Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 750.000,-


- 50 (Lima Puluh) Pemenang Harapan mendapat Piagam Perhutani Green Pen Award


13. Hadiah Bagi Pemenang Kategori B


- Pemenang 1: Perhutani Green Pen Award + Uang Tunai Rp 5.000.000,-


- Pemenang 2: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 3.000.000,-


- Pemenang 3: Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 2.000.000,-


- 3 (Tiga) Pemenang Karya Unggulan, masing-masing mendapat hadiah Piagam Perhutani Green Pen + Uang Tunai Rp 1.000.000,-


- 50 (Lima Puluh) Pemenang Harapan mendapat Piagam Perhutani Green Pen Award




Catatan:


1. Seluruh Pemenang mendapat Buku Seni Menulis Sastra Hijau


2. Informasi Perhutani Green Pen Award dapat diakses di www.perumperhutani.com dan www.rayakultura.net


3. Bagi yang ingin mendalami Sastra Hijau dapat mengakses Artikel-artikel Penulisan Sastra Hijau di Situs: www.rayakultura.net




Jakarta, 22 November 2013


Naning Pranoto – Koordinator Lomba


Sumber : dari sini
Baca Selengkapnya....!

Jumat, 15 November 2013

[RESENSI BUKU] PENANGSANG TARIAN REMBULAN LUKA


Judul Buku : Penangsang, Tarian Rembulan Luka

Penulis : Nassirun Purwokartun

Penerbit : MetaMind Tiga Serangkai

Jumlah Halaman : xvi, 648 halaman 14 X 21 cm

ISBN : 978-602-9251-18-0

Harga : Rp. 86.000

“Penget!

Layang ingsun Kanjeng Sultan Pajang

Tumeka marang Harya Penangsang

Yen sira nyata wong lanang sarta kendel

Payo prang ijen, aja nggawa bala

Nyabranga marang sakulon bengawan iki

Sun enteni ing kana!

(poenika Serat Babad Tanah Djawi

Wiwit Saking Nabi Adam Doemoegi Ing Taoen 1647,

Kaetjab wonten ing Tanah Nederlan ing taoen 1941)

Dalam kesumat yang mengakar demi menegakkan kehormatan para gurunya, Hadiwijaya, Si Karebet Pengging, menebarkan genderang pergolakan tanpa jarak pada seterunya, Penangsang. Baginya, Sang Adipati Jipang itu menjadi penghalang nyata yang paling mengancam langkahnya mengendalikan Demak, jantung penyebaran Islam di Tanah Jawa. Upaya Hadiwijaya memecah belah trah Kesultanan Demak makin benderang ketika didapati kenyataan bahwa peran para Waliyyul Amri tak lagi mendapatkan sambutan peduli dari banyak orang.


Dibalik upaya Hadiwijaya melekatkan bentuk kesultanan menjadi kerajaan pada Demak, para kerabat Pengging, penasihat Hadiwijaya, merakit siasat yang lebih ulung, merebut Demak dari barisan trah Raden Patah dengan “meminjam” tangan Hadiwijaya. Tak peduli, muslimat itu melewati jalinan masa yang panjang hingga saatnya Hadiwijaya terkubur dalam waktu.

Gelapnya perjalanan Penangsang dalam menghadapi seteru hidupnya tak lantas melahirkan selongsong gelap dalam jiwa makrifatullahnya. Dalam ancaman surat penantang dan perlawanan dari kubu Hadiwijaya, kedekatannya pada Illahi Rabbi mengantarkanannya untuk menempa alam pikirannya dengan lebih bestari. Meladeni tanding senjata dengan Hadiwijaya atau menjatuhkan pilihan lain yang lebih sakral meskipun itu mengalirkan cekung-cekung luka dan mengabarkan duka layaknya tarian rembualan luka.


Sejarah adalah cermin. Membersihkan sejarah dari manipulasi artinya membersihkan cermin agar selalu berguna untuk berkaca. Dan penulisan novel Penangsang adalah salah satunya. (Hidayat Nur Wahid, Mantan ketua MPR RI)

Tulisan yang mengalir dan enak dibaca tentang perang suksesi Kesultanan Demak pasca mangkatnya Sultan Trenggono. Dalam buku ini kita disuguhi narasi sejarah dan imajinasi yang sangat memikat. (Agus Sunyoto, Penulis Walisongo,Rekonstruksi Sejarah Yang Dsingkirkan)

Sebuah petualangan sejarah yang mengasyikkan, ditulis berdasarkan riset yang cermat dan cerdas. (Joni AriaDinata, Redaktur Majalah Sastra Horison)

Sejarah selalu membuka ruang kosong imajinasi untuk menyampaikan kebenaran dan atau menyangkalnya. Haryo Penangsang paraga yang luar biasa, ksatria yang memesona dan karenanya dirindukan, menemukan gema yang menggetarkan dan menyempurnakan keberadaannya. (Arwendo Atmowiloto, Penulis Senopati Pamungkas.

Membaca novel ini membuat saya sangat terkaget-kaget dengan fakta realita yang disajikan. Apa yang tergambar tentang citra diri Penangsang langsung memporak-porandakan mindset saya tentang sosok Adipati Jipang, pewaris syah tahta Kasultanan Demak.
Dari buku tentang Joko Tingkir yang pernah saya baca saat SD dulu sosok Aryo Penangsang digambarkan sebagai seorang yang ambisius, pemarah, gila jabatan, dan mengahalalkan segala cara demi ambisinya menguasai dinasti Kesultanan Demak. Sebaliknya dengan si Hadiwijaya atau Joko Tingkir digambarkan sebagai seorang yang luar biasa kepahlawannya, budi pekertinya, dan semua itu bertolak belakang dengan gambaran masing-masing tokoh yang saya baca di novel Penangsang Tarian Rembulan Luka tulisan dari Nassirun Purwokartun ini.

Terkejut, kaget, dan sempat menjadi bingung juga dengan kenyataan yang saya baca. Sedangkan dalam novelnya Pak Nassirun ini watak Penangsang memang keras hati, namun ia sama sekali tidak memiliki ambisi untuk menduduki tahta Kesultanan Demak kendati secara garis keturunan dia sangat berhak. Justru si Hadiwijaya Joko Tingkir inilah yang licik dan menghalalkan segala cara demi mewujudkan ambisinya menguasai Kesultanan Demak. Termasuk juga perilaku bejatnya yang suka mengumbar hawa nafsu. Betul-betul membuat bingung.

Akhirnya saya pun berkesempatan berdialog dengan Pak Nassirun mengenai novel ini. Dan beliau menulis novel ini tidak sekedar nulis saja. Tetapi melalui riset yang panjang. Katanya beliau memerlukan waktu 10 tahun untuk memantapkan hati menuliskan kebenaran ini. Dan mengenai perilaku si Hadiwijaya Karebet Pengging ini mengenai peristiwa Dadung Awuk dan pertempuran dengan buaya (rakit sinangga bajul) pada buku Joko Tingkir yang saya baca waktu kecil ternyata penuh dengan makna kiasan.

Wah, saya jadi rada emosi menuliskan resensi ini. Tak apa, hanya sedikit rasa kecewa saya pada si Joko Tingkir yang sempat menjadi idola masa kecil saya. Saya benar-benar merasa tertipu dengan pemahaman masa kanak-kanak saya. Sebagai mana seorang kanak-kanak kita tentu akan mengidolakan sang pahlawan. Dan ternyata sang pahlawan itu adalah seorang pecundang.

Selain itu dalam novel ini yang digambarkan tewas dalam pertempuran berdarah di tepi Bengawan Sore kala purnama itu bukanlah Aryo Penangsang Sang Adipati Jipang. Karena jauh sebelum surat tantangan itu sampai kepada Adipati Jipang, Sang Aryo Penangsang telah hijrah mengikuti saran gurunya, yakni Sunan Kudus.

Sebagai orang Demak saya memang tertarik untuk mengetahui sejarah daerah saya. Dan sedikit banyak saya tahu tentang silsilah dan suksesi yang terjadi. Kecuali tentang kebalik-baliknya penggambaran sosok Joko Tingkir dan Aryo Penangsang selama ini.
Namun yang pasti novel ini sangatlah luar biasa. Membacanya kita serasa terhanyut dalam berbagai peristiwa yang terjadi para era 1500 yang lampau. Sayangnya yang saya baca ini langsung seri ke 3. Saya jadi penasaran dengan seri 1 dan seri 2-nya. Mudah-mudahan saya beroleh kesempatan untuk membacanya juga. Karena dengar-dengar novel 1 sudah sold out.

Baca Selengkapnya....!

Kamis, 14 November 2013

YUK, KITA NGE-BLOG!

Memiliki Acer Slim Aspire E1 benar-benar sebuah impian. Dan tentu saja impian itu akan sangat membahagiakan kalau bisa menjadi kenyataan. Memiliki Acer Slim Aspire E1 bukan hanya ingin “tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya” namun lebih dari itu. Acer Slim Aspire E1 akan banyak membantu saya menyelesaikan banyak pekerjaan. Karena Acer Slim Aspire E1 ini didukung oleh prosesor Intel®. Mulai dari Intel® Celeron® dan Core™ i3, dan 30% Lebih Tipis. Sudah pasti semua ingin memilikinya.
Notebook impian
Apa saya layak memiliki Acer Slim Aspire E1 ini?

Sebagai orang yang mempunyai hobby menulis, aku ingin bisa lebih produktif. Baik itu dalam hal menulis buku atau menulis di blog sebagai sarana untuk berbagi pengetahuan terhadap pembaca semuanya. Selain itu masih banyak juga angan-angan yang ada dalam benak saya seandainya memiliki Acer Slim Aspire E1 ini. Dengan bentuknya yang lebih tipis dibanding notebook biasa membuatnya mudah dibawa ke mana saja. Sehingga aku bisa menenteng-nentengnya ke sekolah tanpa perlu membuat pegal si pundak. Dan hobby menulis bisa disalurkan di mana saja kapan saja.


Selain itu keinginan untuk memperkenalkan teknologi kepada rekan-rekan guru akan bisa terlaksana. Paling tidak memperkenalkan mereka pada dunia yang mengasyikkan ini. Yaitu menulis dan berbagi pengetahuan melalui blog. Dan tentu saja membawa mereka kepada komunitas keren Kumpulan Emak-Emak Blogger.

Tetapi selama ini keinginan untuk memperkenalkan teman-teman agar tidak ragu untuk menulis belum sepenuhnya tercapai. Kesibukan telah membuat teman-temanku ini ragu. Dan tentu saja perasaan tidak mampu karena merasa belum mampu menguasai teknologinya. Padahal sungguh, di antara teman-teman ini ada yang pintar mendongeng, pintar berpantun, pintar berdakwah. Alangkah indahnya kalau kepintarannya itu bisa ditularkan kepada khalayak melalui blog. Siapa tahu bisa ikut ajang Guraru Award juga. Selama ini aku juga belum pernah ikutan karena selalu ketinggalan info.

Selain ingin mengenalkan dunia tulis menulis blog kepada sesama teman, tentu saja aku ingin terus bereksperimen membuat media pembelajaran berbasis IT untuk keperluan murid-muridku. Wah, kok larinya ke sana lagi, yah. Ya, karena aku ini guru, jadi ya fokusnya memang harus ke sana. Mendidik anak-anak generasi penerus bangsa ini dengan sebaik-baiknya. Termasuk memberikan pembelajaran berbasis IT kepada mereka. Supaya mereka menjadi anak-anak pintar yang kelak menguasai teknologi.

Dan karena aku mengajar di Taman Kanak-Kanak aku berkeinginan untuk membuat media belajar sambil bermain melalui game yang mengasyikkan. Jadi untuk selingan, anak-anak bisa belajar secara mandiri melalui komputer dengan permainan yang menarik. Semoga saja apa yang aku angankan ini dapat terwujud.


“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”



Foto dari :
www.acerid.com Baca Selengkapnya....!

Rabu, 06 November 2013

BEBAS BELAJAR DAN BERKREASI DENGAN NOTEBOOK TIPIS

Kemajuan teknologi sudah merambah di segala bidang. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Keberadaan perangkat notebook mutlak diperlukan untuk menunjang pembelajaran. Tak terkecuali juga di Taman Kanak-Kanak. Sekali waktu kalau anak-anak jenuh kan bisa diajakin main game atau belajar dengan multimedia. Wah, mereka senang sekali kalau diajak belajar dengan multimedia ini. Apalagi kalau media pembelajarannya gurunya yang bikin, jadi tambah semangat ngajarinnya.

Inovasi pembelajaran di kelas dengan Multimedia
Kendati tidak terlalu signifikan, namun keberadaan notebook di sekolah sangat menunjang pekerjaanku sehari-hari. Membuat administrasi pembelajaran sekarang aku kudu pakai notebook. Rempong kalau harus nulis Rencana Kegiatan Harian pakai tangan melulu. Tiap tahun nulis kaya gitu terus rasanya jadi bosen.

Maka keberadaan notebook juga mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita mau bikin Rencana pembelajaran tinggal ketik, simpan dan print. Kita punya file. Kalau sewaktu-waktu dibutuhkan tinggal di buka lagi. Ada pengembangan atau inovasi pembelajaran tinggal edit saja. Nggak perlu repot.

Namun memang keberadaan notebook di kalangan guru TK itu belum membumi istilahnya. Karena apa, ya? Merasa ribet karena nggak menguasai IT sebagaimana alasan teman-teman? Atau karena ada rasa enggan dan malas untuk belajar? Wah, aku pikir itu karena belum tahu manfaat dari si notebook itu sendiri kali ya. Atau dipikir pembelajaran di TK nggak perlu repot pakai notebook. Tapi setidaknya kita bisa memanfaatkannya untuk mengurangi beban kita dalam menggarap administrasi.


Jadi walau pun belum ada ijin nulis Rencana Pembelajaran dengan notebook, bagiku tak masalah. Ntar kalau dikomplain sama atasan ya tinggal nerangin sisi praktisnya saja. Lanjut terus.


Menunggu giliran presentasi Lomba Multi Media
Selain membantu meringankan beban administrasi, notebook juga membantuku banyak dalam hal berkreasi. Kalau ada waktu senggangn saya suka kutak-katik membuat media pembelajaran dengan notebook. Yah, walau baru menguasai PowerPoint, cukuplah untuk anak TK. Hihihi, masih belum tergerak untuk mempelajari Flash nih. Alhasil aku pernah juga ngirim hasil otak-atikku ke Lomba Pembuatan Bahan Ajar Berbasis Multimedia. Gak menang, Cuma dipanggil masuk final. Lumayanlah, jadi ketemu sesama teman yang punya interest yang sama.

Lomba Multi Media di LPMP Jawa Tengah
Nah, karena dulu kutak-katiknya pakai notebook jadul, sekarang pingin juga nih punya yang baru. Yang lebih canggih, lebih murah, dan so pasti lebih tipis biar gak keberaten kalau mondar-mandir bawa si notebook ini. Kayaknya Acer Slim Aspire E1 patut juga jadi lirikan nih.

Hasil googlingan untuk Acer Slim Aspire E1 nih. Lihat keunggulannya:

Acer Slim Aspire E1 didukung performa Intel® Processor di dalamnya serta dipersenjatai dengan AMD quad-core processor A6-5200 (25 W) untuk menjalankan berbagai aplikasi sekaligus serta dual-core E1-2500 (15 W) yang hemat daya sehingga bisa digunakan di luar ruangan dengan lebih lama. Wah, jadi teringat sala si notebook sekarang yang sudah lowbat. Kalau nggak ditancepin ke steker , lima belas menit juga sudah kolaps. Akibat sering di-on-kan seharian kali, ya. Terus belum lagi gabungan dengan graphics AMD RadeonTM HD 8000 series berkapasitas 512MB memberikan pengalaman multimedia yang menyenangkan.

Asyik buat kerja
Adapun fasilitas multimedia lengkap yang dimiliki Acer Slim Aspire E1 yaitu:

1. DVD- Super Multi double-layer drive, sehingga mampu membaca beragam media dari CD atau DVD serta tersedia M-DISC READYTM Drive untuk menyimpan data secara permanent dan dapat bertahan sampai dengan 1000 tahun.

2. USB 3.0 sehingga transfering data 10X lebih cepat dibandingkan USB 2.0. waktu jadi kian hemat saat hendak berbagi file/data, musik, video resolusi tinggi (HD) dan juga hemat daya listrik lagi.

3. Chicklet and Fine Tip Keyboard. Jarak antara tombol yang satu dengan yang lain didesain untuk memberikan kenyamanan bagi pemakai sehingga saat mengetik kita gak perlu takut salah pencet tombol yang berdekatan.

4. Selain itu nih Slim Aspire E1 ini telah dilengkapi dengan kartu grafis Nvidia® GeForce® GT720M dengan kapasitas sebesar 2GB. Dengan grafis seperti ini, kita bisa menikmati game ataupun video HD dengan tampilan grafis lebih tajam dan tanpa gangguan (lag). Selain itu detail gambar juga lebih jernih.

Asyik buat main game
Jadi keingetan suami sama anak-anak yang suka sekali main game. Kadang si sulung suntuk kok loadingnya lama. Wah, jadi semakin kepingin memiliki Slim Aspire E1 ini. Dengan Slim Aspire E1 kerjaan semakin ringan, main game juga semakin asyik, dan kita bisa tampil keren dengan notebook slim yang paling tipis di kelasnya, pastinya.


“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.

Baca Selengkapnya....!

Minggu, 03 November 2013

TERIMA KASIH TREMBESI

Masih ingat tentang cerita “The Lovely Trembesi” beberapa waktu lalu? Sekarang pohon-pohon trembesi itu sudah cukup besar. Teduh menaungi jalan. Sehingga kalau berkendara sepanjang Demak-Kudus tidak begitu kepanasan. Udara semilir yang berhembus diantara rimbunnya dedaunan juga kian menyegarkan.

Sedangkan efeknya buat tempat tinggalku cukuplah terasakan. Udara tidak lagi pengap seperti dulu. Aku tidak tahu apa itu pengaruh dari semakin tumbuhnya trembesi di dekat rumahku. Kita tahu kan, polusi udara yang dihasilkan oleh emisi kendaraan sangat berbahaya bagi kesehatan.

Gas buangan semacam Karbondioksida, karbon monoksida, timbal dan segala macamnya itu jika terhirup oleh manusia lama kelamaan akan menimbulkan bermacam penyakit seperti meningkatnya kegelisahan, iritasi mata, bronkitis kronik (menahun), penyakit jantung, dan masih banyak lagi. Sedangkan bagi balita yang banyak menghirup udara kotor begitu juga rentan terkena penyakit pernafasan seperti penyakit flek. Mengerikan ya.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk juga dibarengi dengan bertambahnya kendaraan bermotor. Sekarang ini tiap pagi kepadatan kendaraan bermotor di tempatku tak ubahnya seperti di kota besar saja. Para pekerja dan anak sekolahan, entah itu memiliki SIM atau tidak, lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor sebagai sarana tranportasinya. Dan jumlahnya meningkat tajam dibandingkan dengan tahun lalu.


Mungkin mahalnya biaya transportasi memaksa anak-anak SMA itu menggunakan sepeda motor untuk ke sekolah. Selain lebih cepat sampai, juga lebih irit. Seandainya pemerintah mampu menciptakan alat transportasi yang lebih murah dan aman, ya.


Tapi aku salut juga dengan anak-anak SMP sekarang yang rumahnya dekat perbatasan. Daripada naik angkot mereka lebih memilih bersepeda ramai-ramai ke sekolah. Aku sering melewati mereka. Salut untuk anak-anak itu. Jadinya juga berandai-andai kalau saja pemerintah kabupaten Demak mau memberikan fasilitas jalur khusus untuk sepeda, tentu akan lebih menyenangkan. Biar anak-anak itu lebih terjamin keamanannya.

Kembali pada si trembesi. Kendati tidak serta merta mampu mengatasi masalah pencemaran udara, namun kehadiran mereka sangatlah berarti. Melihat mereka kian tumbuh besar hati serasa senang. Mudah-mudahan mereka akan tetap lestari di sana. Menjadi pengontrol bagi udara yang kian terolusi. Terima kasih trembesi.

Baca Selengkapnya....!

Sabtu, 02 November 2013

GURU SUKSES

Hari Jum’at kemarin aku bersama rombongan guru-guru lainnya menghadiri walimahan seorang rekan. Turut bersama rombongan kami ibu guru sepuh yang sudah pensiun beberapa waktu lalu. Wah, senangnya bukan main. Aku yang sudah kangen pada beliau begitu senang dengan pertemuan ini. Ibu guru sepuh tampak sehat.

Sampai di acara walimah suasana masih sepi. Karena memang belum waktunya para undangan datang. Kami lalu berfoto ria dengan sang pengantin. Dan ketika usai sesi foto bersama tiba-tiba sang fotografer menghampiri kami. Tepatnya sih menghampiri ibu guru sepuh yang kebetulan duduk di sampingku.

Sang fotografer menyalami Ibu Guru sepuh. Sambil mencium tangan beliau sang fotografer ini mengatakan kalau ia adalah mantan muridnya. Lha Ibu Guru sepuh tentunya lupa sama nama muridnya yang satu ini. Karena terhitung sudah puluhan tahun. Dari jaman orok umur 5 tahun kala diajar Ibu Guru sepuh dan kini menjadi sosok manusia dewasa. Wajah pun telah berubah.

Ibu Guru sepuh senyum-senyum sambil nanya namanya si Mas fotografer ini. Lalu perbincangan pun terjadi antara Ibu Guru sepuh dan mantan muridnya ini. Ibu Guru sepuh kelihatan sumringah. Senang karena masih ada muridnya yang terus mengingat beliau. Kendati jaman telah berubah. Lalu Ibuu Guru sepuh juga bercerita kalau kemarin baru periksa ke dokter. Dan ternyata si dokter ini juga mantan muridnya Ibu Guru sepuh. Ibu Guru sepuh menjadi rikuh karena ia dibebaskan dari biaya pemeriksaan. Lain kali mau periksa ke sana lagi jadi pekewuh, katanya.


Dalam hati aku berpikir, seperti inilah guru yang sukses itu. Dia berhasil mendidik muridnya dengan baik. Dan si murid pun masih mengakui dan hormat pada gurunya eh mantan guru TK-nya sekian puluh tahun lalu.


Dan aku kembali teringat dengan tulisan dari Pak Suyatno, tentang Memburu Roh Guru Berprestasi. Di sana dikisahkan tentang 3 orang guru. Bu Mus, Pak Fredy dan Pak Toyo. Bu Mus mengajar dengan ketulusan hati. Gedung sekolahnya hampir ambruk, namun ia mampu mengantarkan ke 12 muridnya berkembang sesuai dengan karakteristik masing-masing. Hingga mereka semua menjadi “orang”.
Pak Fredy, seorang guru yang energik, serign ikut pelatihan, akrab dengan dunia internet, dekat dengan pengambil kebijakan, serta selalu memenangi beberapa perlombaan untuk guru. Muridnya senang dengan kesuksesan Pak Fredy. Namun dari 40 orang muridnya hanya 5 yang bisa menjadi “orang”

Lain lagi dengan Pak Toyo, beliau tidak kenal internet, buta terhadap lomba guru, berpenampilan biasa-biasa saja. Namun Pak Toyo mengenali murid-muridnya satu demi satu sehingga mampu menentukan menu pembelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing anak. Pak Toyo selalu datang ke sekolah tepat waktu, menyapa anak penuh kehangatan, dan masing-masing muridnya mampu mengenali jati dirinya masing-masing. Ketika dewasa si murid berhasil memperoleh pekerjaan sesuai karakternya.

Melihat gambaran dari ketiga guru tersebut siapa yang layak disebut guru berprestasi? BU Mus, Pak Frady atau Pak Toyo?
Jika dilihat dari keberhasilannya mendidik murid, maka yanglayak disebut guru berprestasi adalah Bu Mus dan Pak Toyo. Tapi jika dilihat dari banyaknya piala dan sertifikat penghargaan maka Pak Fredy-lah orangnya.

Hmm, agak susah juga jadinya.

Kembali ke Ibu Guru sepuh. Ibu Guru sepuh bukanlah orang yang berpendidikan tinggi. Ijasahnya hanya SKP menjahit. Setara SMP. Namun Ibu guru sepuh sangat berdedikasi dalam mendidik murid-muridnya. Dua tahun sampai masa pensiunnya aku adalah patner mengajarnya. Memang sih, karena pendidikanku lebih tinggi, akulah guru inti di kelas. Namun bukan berarti aku lebih hebat dari beliau. Aku masih kalah jauh, terutama dalam hal menangani anak-anak. Kendati demikian aku bisa melihat semangat yang menyala-nyala dalam diri Ibu Guru sepuh untuk mengajari setiap murid kami. Dan dilihat dari segi keuangan, Bu Guru sepuh sama sekali bukan orang yang sukses. Beliau bukan guru PNS. Dan pengabdiannya selama 35 tahun lebih menjadi guru pensiun dengan honor terakhir sekitar 450ribu. Namun sungguh Bu Guru Sepuh tidak melihat dari sisi materi dalam mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan.


Dalam beberapa kali perbincangan semasa masih menjadi patner kerja, Bu Guru sepuh berulang kali bilang, memang ia tidak S1, tidak memahami teori mengajar, namun ia selalu berharap semau muridnya mengerti akan pelajaran yang ia sampaikan, menjadi anak soleh solehah dan berhasil menjadi orang. Itu adalah sebuah kebanggaan, katanya.

Dan kebanggaannya terjawab sudah. Kendati muridnya sudah sama-sama tua, mereka masih mengingat Ibu Guru sepuh sebagai gurunya. Padahal Ibu Guru sepuh hanyalah salah satu dari guru TK. Yang kebayanyak tidak diperhitungkan sama sekali. Namun anak-anak justru mengingat dengan baik.

Bagaimana denganku? Mungkinkah aku masih akan tetap dikenang oleh murid-muridku kala mereka besar nanti? Semoga saja. Aku masih harus banyak belajar dari Ibu Guru sepuh.

Baca Selengkapnya....!